Mungkin ini terlalu cepat. Aku baru beberapa waktu
mengenalmu, namun kau ungkap perasaan yang tak sebanding denganku. Perlakuanku
padamu hanya sebatas teman biasa walau aku nyaman dan tenang saat bersamamu.
Tapi tak semudah itu kujatuhkan hati. Untuk kali ini tidak, kukatakan. Aku dan
kamu masih tetap bisa bersama dengan status teman. Selebihnya aku pasrahkan
pada waktu yang terus mengiringi.
Seperempat tahun memang bukan waktu yang lama untuk aku dan
kamu saling mengetahui. Lewat sebuah perkumpulan salahsatu komunitas kesukaan
kita, aku dan kamu dipertemukan. Seperti halnya berjumpa dengan orang baru,
saling berjabat tangan dan memperkenalkan nama. Memulai dialog dengan agak
hati-hati karena belum memahami sifat satu sama lain. Sampai di
pertemuan-pertemuan berikutnya kurasa kita sudah saling mendalami mengenai diri
masing-masing. Kamu nyaman.? Aku pun demikian.
Namun.. ada yang salah dengan ini. Iya, dengan kamu! Kau
terlalu menganggap ini lebih. Kenyamanan mu padaku dan sebaliknya tidaklah
sama. Kau yang terlalu memaksakan dan terkesan buru-buru untuk mengikat
‘status’ antara kita. Bagaikan petir yang menyambar di siang hari terik saat
detik demi detik gerakan bibirmu mengucap kata yang disebut cinta itu. Indah.
Puisi yang bak membawa sang pujaan hati terbang menuju langit ke tujuh yang
penuh kebahagiaan abadi. Dan disana telah ada pangeran yang menanti untuk membangun
kehidupan bersama. Itukan keinginanmu.??
Maaf kawan, aku enggan bukan karena ada yang lain tertambat
di hati, tapi aku memang tak bisa mewujudkan impianmu. Tidak untuk sekarang.
Mengertilah… semua butuh waktu, termasuk cinta. Aku takut salah melangkah dan
merusak pertemanan yang telah kita tanam. Jalani saja seiring waktu berlalu,
sampai aku benar-benar bisa mengubah pikiran atau bertahan pada keputusanku
saat ini.