Friday, October 16, 2015

Cerpen: Almost is Never Enough


Satu tahun sisa waktu kami untuk menimba ilmu di sekolah menengah pertama ini. Pelajaran tambahan pun mulai kami ikuti sekaligus mengikuti kursus yang menggiurkan karena mereka akan menjamin kalau kami dapat lulus dengan nilai yang memuaskan. Tetapi walaupun demikian kami juga harus belajar dengan giat demi mendekatkan jarak dengan cita-cita.

Suara klakson sepeda motor sudah terdengar di depan rumahku. Irsan, salahsatu sahabatku sudah menjemput. Rumah kami berada di satu komplek dan berdekatan, jadi setiap hari selalu pergi ke sekolah bersama-sama.

Sampai di kelas, tiga sahabat kami yang lainnya sudah menunggu. Menunggu untuk menyalin PR matematika dari Irsan ataupun aku. Memang mereka sangat tidak menyukai pelajaran itu, makanya dari kelas 1 SMP merak tak pernah sekalipun mengerjakannya.

“kalian ga pernah berubah ya? dari awal kenal sampe sahabatan sama kalian terus aja kaya gini, gimana kalian bisa ujian matematika nanti?” Tanya Irsan

“tenang ajalah ujian itu gampang, kan kita udah ikut pelajaran tambahan, ikut les juga lagi.” Jawab Devia

“Iya nih, lagian guru juga bakalan ngasih kunci jawaban, aku yakin deh. Kakak kelas taun kemaren juga bilangnya gitu.” Jawab juga Tyan

“Yaudah deh, pada bisa ngelesnya,, terserah kalian aja lah..” Irsan

Tak lama, seorang perempuan masuk ke kelas dan menghampiri kami,

“Tyan, kok masih disini sih, ayo rapat Osis..”  ajak orang itu

“oh iya aku lupa!! Duh gimana ya aku belum selesai lagi ngerjain PR nya, mana pelajaran pertama ini!” Tyan
“hmmm.. yaudah kamu rapat aja sana, biar aku yang ngerjain, daripada nganggur gaada kerjaan kan?” Jawabku

Mereka pun pergi ke ruang Osis.

“ciyeee ciyeeee..” Canda Alsy

“ih apaan sih, ga lucu tau!” Jawabku ketus

“udah udah cepet kerjain malah pada ngobrol.” Devia

“eh.. tuh cewe siapa sih? Sering banget aku liat dia bareng ma Tyan terus.” Tanya Irsan

“setau aku sih dia namanya Dira, anak Osis juga. Terus di facebooknya dia juga sering upload foto berdua gitu sama Tyan. Itu kata sodara aku sih yang sekelas sama dia.” Alsy

“udahlah ngapain sih bahas mereka, mending cepetan deh ngerjain PR nya! Sebentar lagi bel tau!” Ucapku
“iya deh siap Ibu Chery sayang, calon guru matematika.” Jawab Alsy

Hmmm.. sebenarnya aku menyukai Tyan dari awal kita berteman. Dulu aku ingin sekali dekat dengannya, dan seiring berjalannya waktu keinginan aku terkabul. Aku dan dia pun kini menjadi sahabat bersama dengan Devia, Alsy dan Irsan. Kita menjunjung tinggi persahabatan namun tak melarang jika diantara kami ada yang saling jatuh cinta. Tyan sering sekali memberikan perhatiannya padaku. Dan teman-teman pun mengatakan kalau kami serasi. Tapi mungkin itu cuman perasaan mereka saja. Sampai sekarang kami belum ada yang saling menyukai. Entah itu fakta, atau kami yang tidak saling jujur mengenai perasaan. Karena untuk masalah percintaan, itu terlalu dini untuk kami yang baru berada di fase awal remaja. Walaupun demikian, salahsatu dari kami, Devia sudah menjalin kebersamaan dengan kakak kelas yang sekarang sudah menjadi alumni. Untuk yang lainnya? Ya seperti inilah, bersama dengan sahabat saja sudah membuat kami bahagia.
**
Bel istirahat bunyi, dan kami pergi ke kantin bersama. Tak kusangka Tyan memberiku cokelat, yang merupakan makanan kesukaanku. Sebagai ucapan terimakasihnya karena sudah menyalinkan PR miliknya. Aku senang bukan kepalang. Teman-teman hanya tersenyum melihat ke arahku dan Tyan. Memang jika aku bertemu dengan cokelat, aku tak bisa menahan untuk mengekspresikan kebahagiaanku. Namun jika yang memberikannya adalah orang yang kusukai, ah.. rasanya aku ingin jingkrak-jingkrak dan… seperti itulah pokoknya. Namun aku tahan dan berusaha bersikap seperti biasa lagi.
**
“Cher mau pulang sama aku atau sama Tyan?” Tanya Irsan

“ya sama kamu kan biasanya juga. Kenapa sih?” Jawabku

“siapa tau aja mau bareng Tyan, kan sama-sama se-komplek kita.” Goda Irsan

“apaan sih gaje tau!!” ketus aku

“Iya apaan sih gajelas kamu San.” Ucap Tyan sambil pergi keluar kelas

Memang aku, Irsan dan Tyan tinggal di daerah yang sama. Hanya rumahku paling dekat dengan Irsan jadi setiap hari aku lebih memilih pergi dengannya. Selain itu, aku takut salah tingkah jika bersama dengan Tyan, apalagi hanya kami berdua. Aku sering berkhayal apa dia juga menaruh hati padaku? Tapi dia belum pernah sekalipun mengungkapkannya. Bicara hal romantis pun belum pernah. Dia selalu menunjukkannya dengan perbuatan saja. Tapi aku rasa itu hal biasa yang dilakukan oleh satu sahabat ke sahabat lainnya.

“Cher, asal kamu tau ya, Tyan itu suka tau sama kamu.” Ucap Irsan
“hah?? Apaaa??” Aku

“iya.. udah keliatan kali dari sikapnya dia ke kamu kaya gimana. Devia sama Alsy juga ngerasa hal yang sama.” Irsan

“tapi dia ga pernah bilang apa-apa sama aku. Sikap dia juga biasa-biasa aja ga ada yang lebih.” Aku

“udah deh jangan nyangkal Cher, kamu juga suka kan sama dia?” goda Irsan

“apaan sih Irsaaann!! Udah deh lah yang bener aja tuh ngejalanin motornya, ntar malah jatoh lagi.” Ucap Aku

Aku bingung. Apa benar yang dikatakan Irsan. Tapi belum ada bukti yang kuat. Saat Irsan menanyakan pada Tyan, dia selalu menyangkal. Aku pun demikian saat Devia bertanya hal itu. Arrrggghhh!!
**
Tak terasa waktu berjalan dengan cepatnya. Tibalah kami menjalani ujian nasional yang berlangsung selama empat hari. Kemudian setelah menunggu satu pekan hasil ujian pun keluar. Dan kami berlima lulus dengan hasil yang memuaskan. Usaha kami tak sia-sia. Dan kami mulai mencari SMA yang diinginkan. Kita sepakat untuk masuk ke sekolah yang sama dan merupakan sekolah unggulan juga. Namun ternyata, Tyan memberitahu bahwa dia akan melanjutkan sekolah di Kalimantan. Mengikuti ayahnya yang seorang tentara dan ditugaskan untuk bekerja disana. Kami sangat sedih, terutama aku pastinya. Tyan pergi meninggalkan kami dan ia berjanji akan selalu menghubungi kami walau jarak yang terbentang jauh.
**
Waktu terus berlalu. Enam tahun berjalan. Kami semakin tumbuh dewasa. Pada saat SMA aku hanya satu kelas dengan Alsy. Tapi kami ber-empat masih terus bersama walau waktunya menjadi berkurang. Tyan pun sering meneleponku dan menceritakan pengalamannya berada disana. Hanya saja setelah lulus, dia jadi jarang dan bahkan sudah tak pernah menghubungiku lagi. Mungkin kini dia sibuk. Aku, Irsan, Alsy dan Devita melanjutkan ke perguruan tinggi yang berbeda. Devia dan Alsy diterima di salahsatu perguruan tinggi di ibukota. Sementara aku dan Irsan tetap setia berada di kota tercinta.

Menjelang HUT RI, karang taruna di komplek ku menyiapkan acara untuk menyambut HUT tersebut. Saat aku datang ke tempat rapat, aku lihat adiknya Tyan yang umurnya tak jauh berbeda sedang duduk disana. Apa? Berarti Tyan juga ada disini. Dan benar saja, tak lama ada dua telapak tangan yang menutup mataku. Setelah aku melihat, ternyata orang itu adalah Tyan! Aku langsung memeluknya. Kemudian aku sadar dan melepas pelukan itu lalu meminta maaf.

“sorry Tyan.. aku ga sengaja. Aku refleks aja gitu. Ya kalo ketemu sama Alsy sama Devia juga aku bakal ngelakuin hal yang sama.” Ucap aku terbata-bata

“iya gapapa kok Chery. Aku seneng kok kamu peluk hehe..” jawab Tyan

“woy bro!! gimana berhasil ga kejutan buat Chery nya?” terdengar teriakan dari belakangku. Ternyata itu adalah Irsan yang sudah mengetahui bahwa Tyan akan kembali lagi dan merahasiakan kejutan ini.

“ohh jadi kalian sengaja.. jahat banget sih. Dan udah seminggu Tyan ada disini tapi ga ngasih tau aku? Sahabat macam apa kalian hah??” sebal Aku sambil menjewer kuping mereka berdua.

“aduh duh.. ampun Cher ampuunn..” teriak mereka.

Setiap hari aku, Tyan, Irsan dan seluruh karang taruna komplek berkumpul dan bekerjasama untuk merayakan acara tersebut. Tak kusangka sikap Tyan padaku masih sama seperti dulu. Tak berkurang sedikitpun. Malah sekarang dia jadi lebih berani untuk mengungkapkan sesuatu yang special untukku. Namun dalam benakku, apa dia tidak punya kekasih? Selama enam tahun terpisah, mana mungkin dia masih tetap sendiri. Dan ternyata memang, ia sudah memiliki hubungan dengan seorang wanita. Karena adiknya memberitahuku tentang hal ini. Tapi kini aku sedang sendiri. Kekasihku terdahulu terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga aku merasa tak nyaman lagi dan memutuskan hubungan. Apa yang harus aku lakukan? Aku tak ingin disebut sebagai perusak hubungan orang.

“nih minum dulu..” Tyan

“thankyou..” jawabku

“mau aku beliin makanan juga? Mau apa? Cemilan atau apa?” Tanya nya

“gausah aku ga lapar kok Yan.” Jawabku

“oh yaudah deh. Eh udah lama ya kita ga ketemu. Aku kangen banget sama kamu Cher,, sorry ya aku ga pernah ngehubungin kamu lagi…” Ucap Tyan sambil menyenderkan kepalanya ke pundakku

“karena kamu udah punya pacar kan?” tanya ku sambil menatapnya

Seketika Tyan langsung kembali duduk tegap dan pergi meninggalkanku. Tak perlu ia jawab, dengan melihat sikapnya seperti itu aku sudah yakin kalau Tyan memang sudah tak sendiri.
**
“San, menurut kamu sikap Tyan ke aku sekarang kaya gimana?” tanyaku

“Tyan masih sama kaya dulu. Dia tetep perhatian sama kamu, peduli, ngelindungin kamu. Bahkan sekarang dia lebih dari dulu. Emang dia ga pernah secara langsung bilang ke aku. Tapi coba liat dari sikapnya itu, udah bisa ngebuktiin. Dia itu sayang sama kamu Cher, dari dulu! Dan sampai sekarang gaada yang berubah!” Jawab Irsan

“tapi kenapa dia punya pacar kalo dia sayang sama aku? Dan kamu tau, mereka udah pacaran dua tahun. Masa sih selama itu Tyan masih nyimpen perasaan sama aku. Apa coba maksudnya!!” tanyaku

“iya aku tau Cher.. buat masalah itu aku juga ga ngerti sama jalan pikirannya. Dia ga pernah curhat apapun tentang pacarnya sama aku. Coba kamu tanya sendiri sama dia. Mungkin dia bisa jujur kalo sama kamu.” Jawabnya

“kamu juga sayang kan sama Tyan? Dari dulu?” tanya Irsan

“iya.. aku emang sayang sama dia. Dari dulu. Dari awal kita temenan. Tapi aku gabisa buat apa-apa. Aku cewe, aku gabisa dengan gampangnya nyatain perasaan aku sama dia. Aku cuman bisa nunggu. Tapi waktu yang aku tunggu gapernah ada, San! Dan sekarang aku ketemu lagi sama dia, perasaan yang dulu itu tumbuh lagi..” jawabku hingga tak terasa air mata menetes.

“cinta itu rumit. Padahal kalian begitu deket. Padahal kalian punya perasaan yang sama. Tapi gengsi yang ngalahin kalian. Hingga akhirnya kalian menyesal kan?” Ucap Irsan

Aku hanya bisa mengangguk. Aku tak sanggup untuk berbicara lagi.
**
Esoknya aku mengajak Tyan untuk bertemu.

“hey.. kenapa kok tiba-tiba pengen ketemu berdua?’ tanya nya sambil tersenyum

“Yan,, aku ngerasa kamu perhatian banget sama aku. Dan temen-temen yang lain juga bilang gitu?” tanya ku

“itu em.. hmm.. yaaa.. kita kan sahabat jadi ya wajar kan aku perhatian sama kamu.” Jawabnya

“tapi Yan, kamu tuh udah melebihi batas sewajarnya. Masa sih kamu ga nyadar juga? Kamu itu udah punya pacar, dan aku sekarang lagi sendiri. Terus yang lainnya ngeliat sikap kamu ke aku kaya gitu, mereka pasti berpikir kalo aku itu cewe penggoda lah, perusak hubungan oranglah. Trus nanti kalo ada yang ngasih tau ke pacar kamu tentang ini, aku juga kan yang pasti disalahin!! Kamu ngerti dong!!” ucapku dengan emosi

“biarin aja orang lain mau bilang apapun, jangan kamu peduliin.” Ucapnya

“jangan peduli? Aku Yan yang jadi bahan omongan mereka. Dan aku ngerasa terbebani banget sama ini semua!!” bentakku

“tapi Cher… aku sayang sama kamu!!” jawab Tyan

“aku sayang sama kamu! Dari dulu, dari awal kita ketemu aku udah pengen deket sama kamu. Aku selalu pengen ngejaga kamu dan ngelindungin kamu Cher.” Ucap Tyan

“sayang? dari dulu? kenapa kamu baru bilangnya sekarang? Sekarang bukan dulu lagi. Dan yang dulu ga akan terjadi sekarang. Kalau kamu ngungkapin itu dari dulu, sekarang ga akan ada hal kayak gini. Apa dulu kamu malu? Apa kamu ga yakin hubungan kita akan bertahan lama? Kamu ga akan tau jawabannya kalo kamu ga mencoba! Dan sekarang, disaat yang ga tepat kamu malah ungkapin sesuatu yang seharusnya kamu ungkapin dulu! Kalo aja dulu kamu bilangnya, aku pasti bisa jawab iya. Karena aku juga sayang sama kamu. Bahkan sekarang pun aku masih sayang sama kamu. Tapi gimana sama pacar kamu? Mana bisa kamu mencintai dua orang wanita dalam waktu yang sama. Kalian itu udah lama bersama, jangan gara-gara aku hubungan kalian jadi retak!” ucapku diiringi uraian air mata

“aku gatau Cher, aku emang sayang sama dia. Tapi aku juga sayang sama kamu. Setelah ketemu kamu lagi, perasaan aku yang dulu dengan cepatnya tumbuh begitu besar. Dan aku gabisa nahan itu Cher!” Ucap Tyan dengan tersedu

“Tyan, yang dulu biar kita kubur aja. Kita lebih baik menatap ke depan. Kehidupan kita sekarang udah berubah. Kamu harus tetep pertahanin hubungan kalian. Dan aku, aku bahagia dengan kehidupan aku sekarang.” aku

“tapi ga segampang itu Chery” jawabnya

“iya, emang ga gampang. Tapi ini kehidupan. Kenyataannya kita harus berjalan terus ke depan. Kita udah punya kehidupan masing-masing. Kalo kamu mencoba, kamu pasti bisa! Kita akan tetep jadi sahabat selamanya. Bareng Irsan, Devia sama Alsy. Ya kan?” ucapku

“it’s ok! Sahabat..” jawabnya

Aku dan Tyan pun beradu tangan seperti yang sering kita lakukan dulu bersama sahabat yang lainnya. Status kami adalah sahabat. Dan akan selalu menjadi sahabat selamanya. Penyesalan yang kami alami sungguhlah sakit. Karena hati yang menjadi korban dari peristiwa ini. Memang, well we almost, we almost knew what love was. But almost is never enough..

No comments:

Post a Comment