Thursday, March 24, 2016

Cerpen: Sky of Love



Bayang-bayang dirimu tak pernah lepas dari ingatanku sampai saat ini. Ya! saat ini yang masih dan selalu kuinginkan adalah dirimu. Tak pernah sedikitpun kupalingkan wajah ini pada orang lain. Hatiku masih tertutup rapat oleh kehadiranmu. Sosok kamu yang saat itu selama bertahun-tahun selalu melukiskan keindahan di jajaran hari-hariku dan melekatkan memori manis tepat di pusat otak ini. Ragamu yang menjagaku sepanjang hari. Hingga membuatku yakin kau bukan hanya persinggahan, melainkan tempat hatiku berhenti. Selamanya..

Ah.. manusia hanyalah bisa berharap. Menuliskan rangkaian rencana dalam buku kehidupan. Tapi kembali lagi, semua ketentuan hanya milik Pencipta. Ternyata takdir Tuhan tak sejalan dengan inginku. Aku bisa apa?

Hanya satu kata. Rindu. Masa-masa indah yang kita ukir selama ini. Saat aku dan kamu hanyut dalam tawa bersama. Saat kamu sering mengalah untuk keegoisanku namun tetap bertahan dengan diriku. Kamu yang banyak memberiku pelajaran serta nilai-nilai hidup. Oh ya, kau tahu? Pahatan nama kita di pohon itu masih terjaga. Kumpulan huruf itu tetap terlihat jelas, Tapi tak sebanding dengan ikatan kita saat ini. Rasanya ingin sekali aku mengulang semua kebahagiaan itu. Tak sekedar hanya mengingat dan membongkar masa lalu. Sekarang semuanya tinggal kenangan. Tak akan terjadi lagi kebahagiaan itu. Kau, aku merindukanmu..

Kau menghilang. Pergi jauh tak terhitung jarak. Tak dapat lagi aku dan kamu berjumpa secara nyata. Kita sudah tak dapat menginjak tanah yang sama. Sekarang kau ada disana. Langit luas itulah dirimu. Kulihat wajahmu terbentuk halus di awan. Saat malam bulan sabit bercahaya di langit menandakan kau tersenyum padaku. Bintang pun berkilauan seperti putihnya kasih sayangmu. Selalu ku meminta pada angin untuk sampaikan untaian kalimat yang terucap ke titik dimana kau berada. Memang ragamu tak berwujud, namun jiwamu tetap abadi hidup dalam hatiku. Kerinduan diriku terobati ketika memandang langit cintamu. Kutitip salam dari bumi untuk langit cinta yang berpenghuni. Suatu saat aku pun pasti akan berada disitu. Mendampingimu untuk kekal di keabadian.

“Kulihat awan membentuk wajahmu. Desau angin meniupkan namamu. Bulan sabit melengkungkan senyummu. Tabur bintang serupa kilau auramu”.

No comments:

Post a Comment