M e n i k a h . .
Menjadikan dua insan bersatu membentuk sebuah ikatan yang terpondasi dengan kuat.
M e n i k a h . .
Pembuktian nyata dari sebuah kata yang disebut cinta.
M e n i k a h . .
Babak kehidupan yang baru akan dimulai.
Tentu saja setiap manusia pasti ingin melakukan hal tersebut. Diselimuti perasaan bahagia saat bersanding dengan seseorang yang telah menjadi pilihannya. Orang-orang yang sedang menjalin kasih seringkali terbesit, "Akan dibawa kemanakah hubungan kita selanjutnya?". Dengan menikah maka terjawablah pertanyaan itu. Mengucap janji suci langsung dengan Yang Maha Kuasa. Menjadi pengantin dan status baru pun mulai disandang. Membentuk sebuah keluarga yang mengharapkan kebahagiaan selalu menyertai. Begitu indah bukan kehidupan awal ini?
Tentang menikah...
Saat ini saya belum mengalaminya. Dalam perjalanan usia saya yang sampai sekarang baru saja menginjak seperempat abad, satu persatu teman seperjuangan baik sejak masa Sekolah Dasar, Menengah Pertama, Atas bahkan Perguruan Tinggi mulai melepas masa lajangnya. Undangan Pernikahan seakan datang lagi dan lagi. Menyaksikan mereka berdampingan dengan masa depan yang telah jelas terlihat. Menghadiri acara dengan teman lain yang masih bernasib 'sama', tak bisa bohong bahwa perasaan iri pun mencuat. Meski ikut berbahagia dengan perayaan ini, namun ada keinginan juga untuk bisa merasakan berada di posisi mereka. Menjalani prosesi yang semestinya, menyambut setiap tamu yang seakan berebut untuk berfoto dengan sang pengantin, serta membuat jepretan momen-momen berharga juga yang akan menjadi harta serta kenangan terindah seumur hidup. Aahh.. Cukup senyuman (miris) saja yang bisa tersampaikan.
Tentang menikah...
Dulu sewaktu Sekolah Menengah Atas, saya pernah berkata ingin menikah di usia 24 tahun. Tanpa pemikiran apapun, di masa labil saya kala itu menganggap bahwa angka tersebut adalah idealnya. Dan itu pun terbawa sampai ke bangku kuliah. Sewaktu ada tugas untuk menulis hal apa yang ingin dilakukan beberapa tahun kedepan, saya menulis angka yang sama untuk salah satu hal yang disebut menikah itu meski terlihat masih gelap. Waktu terus berjalan. Harapan mulai muncul saat saya merasa telah menemukan dia, yang diinginkan. Namun nyatanya keinginan itu tak berbanding lurus dengan kenyataan yang didapat. Dua bulan setelah usia saya memasuki 24 tahun, justru perpisahanlah yang menjadi jalan terbaiknya. Yaa memang, bukan jodoh. Itu jawaban teramannya.. Sakit.. Kecewa.. Perasaan negatif meluap. Butuh waktu untuk bisa kembali ke keadaan semula. Segalanya harus saya mulai dari awal lagi. Untuk membuka hati, menurut saya itu perlu. Harus ada kemauan dari diri sendiri untuk ber'interaksi' lagi dengan lawan jenis karena hidup terus berlanjut. Waktu tetap berjalan tanpa menunggu kita untuk berubah. Namun dalam hal menerima hati, itulah yang tersulit. Diperlukan keselektifan. Tak ingin mengalami peristiwa yang sama seperti dulu untuk kedepannya. Dengan hal tersebut, jika berkaca lagi pada keinginan saya dulu, maka mulai tipislah si keinginan itu akan terwujud. Tapi keinginan adalah keinginan, bukan kebutuhan. Apa yang saya inginkan itu hanya untuk kepentingan ego saja. Yang membuat saya sadar, jika itu dipaksakan maka khawatir ada sesuatu yang tak dikehendaki bisa terjadi.
Tentang menikah...
Sekarang saya malah lebih santai dalam menyikapi hal ini. Semakin dewasa, semakin terasa luas juga pola pikir saya. Banyak hal yang harus dipikirkan selain menikah untuk jadi topik utamanya. Dari berbagai aspek kehidupan tak bisa untuk dikesampingkan bahkan diabaikan. Di usia emas ini, saya ingin lebih mendapat kebaikan dulu dari pekerjaan yang sedang dijalani. Mewujudkan dulu impian-impian yang saya pikir, "ini akan lebih menyenangkan jika dilakukan oleh saya seorang diri!". Memang menikah itu adalah salah satu impian. Tapi tak menggebu-gebu dan bukanlah sesuatu mendesak yang harus disegerakan. Walau banyaknya bisikan terkutuk dari lingkungan terdekat, anggaplah itu sebagai do'a saja. Menelan pil pahit yang di kemudian hari akan menjadi kebaikan. Menikah itu bukanlah ajang perlombaan. Bukan siapa cepat, dia dapat. Malah justru siapa yang merasa cepat, belum tentu dia tepat. Faktanya sudah terjadi dimana-mana. Yang menikah di usia muda, belum tentu akan manis seperti yang digembor-gemborkan. Dan yang menikah dalam usia yang tidak muda lagi, belum tentu juga bahwa itu adalah hal yang terlambat. Waktu begitu berpengaruh dan usia bukanlah patokannya. Semua kembali ke pribadi masing-masing. Kuatkan hati dan bersikaplah bodo amat pada mereka-mereka yang hanya berlontar dari sudut pandangnya saja. Bukan hubungan ala anak remaja lagi yang saya butuhkan sekarang. Pun bukan hubungan yang dipaksakan untuk segera menuju halal. Kini saya berharap untuk bersama dengan yang bisa menjadi satu-satunya. Bisa meyakinkan dan yang paling jelas siap dalam segalanya. Yang dalam menjalin hubungan bukan berarti akan selalu terasa mulus. Tetap ada do'a selalu terpanjat di dalamnya. Memohon harapan untuk benar-benar dipersatukan. Dan yang masih dalam pencarian pun, selalu tercurah harapan untuk bisa dipertemukan. Menikah itu pasti.. Jodoh tak akan kemana. Jodoh tak mungkin tertukar. Yakinlah bahwa suatu saat nanti pada waktu yang tepat Tuhan telah merestui kita untuk bisa melaksanakan hal sakral itu. Yang jelas, pastikan hanya terjadi SEKALI DALAM HIDUP !! :)
No comments:
Post a Comment