Friday, August 29, 2025

Interview Moment with GENERATIONS from EXILE TRIBE (Ryota Katayose 1st Solo Album "Bouquet")

Hari ini adalah tanggal 29 Agustus, saya ucapkan selamat ulang tahuuunnn untuk Ryota Katayose!! Di usia 31 tahun ini, semoga kesehatan, kesuksesan, dan kebahagiaan selalu menyertai setiap langkah Ryota! Sebagai hadiah dari saya untuknya //walahh//, maka kali ini saya membuat postingan mengenai wawancara Ryota Katayose yang membahas lebih dalam soal album solo pertamanya “Bouquet”. Wawancara ini bersumber dari tujuh media online, saya ambil poin-poin pilihannya, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Selamat membaca~ ^^
 
sumber foto: EXILE TRIBE MAGAZINE
Lima tahun berlalu semenjak single digital solo pertama ”Possible” dirilis, kini Ryota Katayose telah menyelesaikan album solo pertamanya “Bouquet” yang rilis pada 6 Agustus 2025. Kami berbincang dengannya tentang lagu-lagu baru yang disertakan, proses penulisan lagu, video musik, buklet, dan pemikiran yang ia tuangkan ke dalam album yang menggabungkan lagu dan seni ini!
 
1. Tolong beritahu kami pendapat jujurmu tentang penyelesaian album solo pertamamu “Bouquet”.
Aku menulis tentang ini di photobook (bonus yang disertakan dengan edisi terbatas pertama), tetapi ada proses yang disebut mastering di mana aku mendengarkan setiap lagu secara keseluruhan, termasuk nuansa musiknya, dan saat itu aku berpikir, “Itulah aku,” dan, “Itu intens.” (haha). Sekarang mudah untuk membuat daftar putar dan semacamnya, tetapi ada sesuatu yang istimewa tentang menyelaraskan dan mendengarkan lagu-lagu yang aku buat sendiri. Mungkin berlebihan untuk mengatakan ini, tetapi rasanya seperti sebuah film, dan aku benar-benar merasa bahwa inilah karya yang disebut “Bouquet”.
 
2. Karya ini memberikan kesan bertemu dengan “Ryota Katayose yang baru”. Rasanya mengejutkan, seperti melihat sisi seseorang yang sudah dikenal seumur hidup, tetapi tidak disadari keberadaannya. Citra seperti apa yang kamu bayangkan saat mulai mengerjakan karya ini?
Mengenai karya soloku, sejak perilisan digital pertama “Possible” di tahun 2020, aku sering berkesempatan menggubah lagu sebagai lagu pembuka atau lagu tema untuk project yang aku bintangi. Kesempatan seperti ini jarang datang, dan justru karena lagu-lagu yang aku ciptakan melalui pengalaman ini begitu intens, lagu-lagu itu memiliki citra visual yang melekat, dan banyak di antaranya merupakan lagu yang kuat. Jadi, sekitar musim semi tahun lalu, aku mulai mengeksplorasi cara menggabungkan lagu lama ini sebagai persiapan untuk album soloku, dan cara menciptakan lagu-lagu baru. Konsep yang terasa paling alami adalah sebuah buket. Faktor lainnya adalah aku sudah mulai menulis teks untuk photobook, dan saat itu, aku punya gambaran samar bahwa, “Ini akan menjadi karya yang benar-benar seperti buket.”
 
3. Jadi, teks untuk photobook ditulis sebelum membuat musik?
Tergantung isinya. Cerita-cerita tentang masa kecilku ditulis di menit-menit terakhir. Aku menulisnya sebagai memo, lalu mengetiknya dengan cepat tepat waktu untuk perilisan album.
 
4. Seperti apa lima tahun itu?
Ini terjadi sebelum pandemi COVID-19, jadi jika dipikir-pikir, lima tahun ini sungguh luar biasa. Ada banyak lagu yang lahir dari berbagai situasi, seperti lagu tema drama yang pernah aku bintangi. Itulah mengapa aku memiliki perasaan yang mendalam untuk setiap lagu, dan album ini menjadi salah satu yang memungkinkanku mengenang karya-karya yang berkaitan dengan lagu-lagu tersebut dan emosi yang aku rasakan saat itu. Aku harap album ini akan membuat para pendukungku bernostalgia dan berpikir, “Dulu memang seperti ini, ya?”
 
5. Saat kamu menggarap album solo pertamamu “Bouquet”, album seperti apa yang kamu pikirkan?
Sampai sekarang, ketika aku tampil di produksi video, aku sering diminta untuk menulis lagu tema. Aku menggabungkan semua lagu itu menjadi satu album, dan aku muncul dengan berbagai ide, seperti ingin menciptakan lagu lain bersama Taku Takahashi-san (m-flo), beliau lah yang menyediakan lagu solo pertamaku “Possible”, dan aku ingin bernyanyi dari perspektif perempuan, dan aku mulai mewujudkannya.
 
6. Pikiran macam apa yang ada di balik judul tersebut?
Sejak aku merilis lagu “Possible” di tahun 2020, ini adalah puncak dari sekitar lima tahun aku merilis lagu secara digital dengan nama soloku, jadi lagu ini menyertakanku di berbagai kesempatan. Aku memilih judul “Bouquet” karena aku pikir aku bisa mengekspresikan perasaan menyatukan semuanya. Setiap lagu terasa intens, dan ketika aku memutuskan untuk menggabungkan beragam lagu dari berbagai genre, aku bertanya-tanya seperti apa bentuknya, dan aku berpikir kenapa tidak menjadikannya sebuah buket (haha). Aku punya ide bahwa dengan menggabungkan setiap lagu, yang memiliki individualitas yang kuat, menjadi satu seperti buket, hasilnya akan terlihat lebih indah, dan dari situlah judul “Bouquet” muncul.
 
7. Kapan kamu mulai mengerjakan album “Bouquet”?
Sekitar Februari tahun lalu. Kami bertukar ide dengan staf, terutama tentang lagu-lagu baru seperti apa yang sebaiknya kami ciptakan untuk melengkapi lagu-lagu yang sudah ada. Saat mengerjakan “tenkiame/ Konya wa Boogie Back”, aku sudah mengincar album ini dan mulai memikirkan lagu-lagu untuk album tersebut, jadi butuh waktu sekitar satu setengah tahun. Album ini penuh dengan semua hal yang lahir pada masa itu.
 
8. “Bouquet” yang berisi total 10 lagu juga menyertakan lagu solo pertamamu, “Possible”.
“Possible” ditulis sebagai lagu tema untuk “Kizoku Kourin -PRINCE OF LEGEND-” dan Kizoku Tanjou -PRINCE OF LEGEND-”, di mana aku juga tampil. Lirik lagu utamanya diproduseri oleh penyanyi-penulis lagu Taichi Mukai-san, dan suaranya diproduseri oleh Taku Takahashi-san dari m-flo. Aku merekamnya karena aku pikir lagu itu menandai titik penting yang mewarnai citra soloku.
 
sumber foto: BOYS pia

9. Apa posisi ketiga lagu baru pada album ini?
Lagu pertama, “Stay or Go prod. by Taku Takahashi (m-flo),” diproduseri oleh Taku-san, yang juga memproduseri “Possible”, dan aku sangat ingin bekerjasama dengannya di album solo pertamaku, jadi aku berkonsultasi dengannya. Setelah menjelaskan susunan album, Taku-san berkata, “Ayo kita buat sesuatu yang lebih cepat!” dan begitulah kami mulai membuat lagu ini (haha). Nuansa kecepatannya terasa pas, dan menurutku lagu ini memberikan momentum dan membuatnya lebih hidup. Aku rasa lagu ini yang paling dekat dengan aktivitas GENERATIONS.
 
10. Apakah kamu mulai mengerjakan ketiga lagu baru sambil mempertimbangkan keseimbangan dengan lagu-lagumu yang sudah ada?
Sama halnya dengan single “tenkiame” yang aku produksi bersama eill-chan. Alih-alih bertanya pada diri sendiri lagu baru seperti apa yang ingin aku buat, aku mulai dengan bertanya pada diri sendiri orang-orang seperti apa yang ingin aku ajak bekerjasama. Aku sudah mendengarkan Taku-san yang sudah kukenal cukup lama, dan Asako Toki-san yang baru pertama kali aku tawarkan untuk bekerjasama, dan aku sangat senang bisa bekerja dengan mereka di album pertamaku.
 
11. Mana yang sebenarnya merupakan lagu utama?
Lagu “Stay or Go”. Tapi memang benar, semuanya cukup keras sehingga terdengar seperti semua adalah lagu utama (haha). Untuk lagu-lagu yang sudah ada, kebanyakan lagu tentang drama dan film yang aku bintangi sebagai aktor, jadi aku punya ikatan batin dengan lagu-lagu tersebut. Semua lagunya begitu indah sehingga yang manapun bisa menjadi lagu utama. Namun, karir soloku dimulai dengan “Possible”, yang aku rilis pada tahun 2020, jadi aku menawarkan Taku-san, yang memproduksi musiknya saat itu untuk berkolaborasi dalam sebuah lagu untuk album soloku juga. Kali ini, aku memilih “Stay or Go” sebagai lagu utama.
 
12. Meskipun banyak lagu bertempo sedang, “Stay or Go” adalah lagu yang penuh tempo cepat, dan benar-benar membuka album dengan pembukaan yang spektakuler.
Benar sekali. Saat pertama kali bertemu, aku memberitahu Taku-san tentang nuansa lagu-lagu kami yang lain dan orang-orang yang bekerjasama denganku, dan beliau berkata, “Oke, ayo kita buat lagu yang cepat!” hanya dengan kata-kata itu, lagu ini selesai (haha). Melodinya terasa pas jika dikerjakan oleh GENERATIONS, jadi aku bisa mendekatinya tanpa ada rasa canggung. Terlebih lagi, lagu ini menggabungkan gaya m-flo, Taku-san, dan gaya soloku, jadi aku rasa kami mendapatkan lagu yang hebat dan sempurna untuk lagu pertama. Dimulai dengan “Stay or Go” yang benar-benar menyatukan album ini.
 
13. Apakah kamu puas dengan hasil akhirnya?
Ya, aku sangat puas! Ryohei-san lah yang menulis lirik lagu ini. Sebagai penggemar m-flo, aku sangat senang Ryohei-san bisa mengerjakan bagian atas dan liriknya sampai-sampai aku berpikir, “Serius?!” Meskipun begitu, aku memberanikan diri untuk meminta liriknya. Sudah lima tahun sejak lagu debutku “Possible”, jadi aku memintanya untuk menulis tentang seperti apa orang-orang di dunia “Possible” lima tahun dari sekarang, meskipun bukan Ryohei-san yang menulis liriknya (haha).
 
14. Apakah kamu juga yang mengusulkan tema “Stay or Go” yaitu tetap di tempat atau terus maju?
Sebenarnya kami tidak membahasnya secara mendalam, tetapi aku percaya bahwa setiap saat, bagi siapapun, selalu ada pilihan itu. Dalam arti tertentu, ini adalah tema universal. Namun lagu ini diakhiri dengan ~Kagayaite… Stay Gold~. Aku rasa liriknya juga mengandung deklarasi tekadku sebagai artis solo, bahwa aku akan terus melangkah maju menuju kecemerlangan abadi, dan sebaliknya, aku menerima pesan dari liriknya.
 
sumber foto: BOYS pia

15. Kamu berkolaborasi dengan Taku-san untuk lagu utama “Stay or Go prod. by Taku Takahashi (m-flo)”. Apa yang membuatmu memutuskan untuk menawarinya membuat lagu tersebut?
Karir soloku dimulai dengan “Possible”, yang ditulis bersama Taku-san. Saat itu, aku memintanya untuk bekerjasama karena aku adalah penggemar berat Taku-san dan m-flo, jadi aku sangat ingin bekerjasama dengannya di album ini. Proses produksinya sendiri langsung dimulai. Kami bertemu langsung untuk mendengarkan beberapa lagu yang akan dimasukkan, lalu kami sepakat, “Oke, ayo kita kerjakan dengan cepat.”
 
16. Ceritanya berkembang dengan cepat!
Taku-san juga bersamaku di GENERATIONS, jadi aku rasa beliau juga menyeimbangkan segalanya dengan grup. Hal baik tentang menjadi artis solo adalah kita bisa melakukan hal-hal yang berbeda dari grup, tetapi jika kita melakukannya terlalu berbeda, akan sulit untuk mengimbanginya. Rasanya beliau benar-benar memikirkan keseimbangan itu, dan awalnya aku berencana menjadikan “Possible” sebagai lagu pertama, tetapi kemudian beliau menulis “Stay or Go” dan aku berpikir, “Ah, inilah lagu pertamanya.” Dengan lagu ini, aku bisa mendengarkannya dengan tenang. Aku bersyukur bisa merasa baik-baik saja, apapun lagu yang akan datang setelah ini.
 
17. Potongan terakhir jatuh pada tempatnya dengan sempurna.
Benar sekali. “Stay or Go” adalah lagu yang membuat kita membayangkannya dibawakan di atas panggung, dan memiliki lagu dengan skala seperti ini membuat seluruh album berkilau dan memberikan nuansa yang indah. Sebenarnya aku tidak pernah bilang ke Taku-san, “Tolong buatkan lagu utama,” tapi aku rasa beliau pasti sudah menduganya akan jadi seperti itu dan membuatnya seperti itu. Menurutku beliau benar-benar ahli, seperti yang diharapkan dari seseorang dengan pengalaman panjang di industri produksi.
 
18. Apa yang kamu katakan kepada Taku Takahashi-san?
Pertama-tama, ketika aku mengatakan kepadanya bahwa “Possible” membentuk arah yang kuambil sebagai artis solo, beliau sangat senang. Jadi aku bertanya apakah beliau ingin menciptakan lagu lain bersamaku untuk sebuah album? Dan menjawab, “Tentu saja.” Aku sangat berterima kasih padanya. Saat itu, semua lagu untuk album telah dirilis, jadi beliau melihat keseimbangannya dan berkata, “Ayo kita buat lagu dengan BPM yang lebih cepat kali ini.” Setelah itu, ketika tiba saatnya untuk menciptakan lagu dan menulis baris teratas serta lirik, Taku-san mengundang Ryohei Yamamoto-san untuk bekerjasama dengan kami. Ryohei-san memiliki ketertarikan yang kuat dengan m-flo, dan sebagai penggemar m-flo, aku secara alami mengenal Ryohei-san. Jadi aku pikir ini adalah lagu yang sangat bersemangat untuk diciptakan. Sudah lima tahun sejak “Possible” ke “Stay or Go”, dan mereka memerhatikan dengan saksama bagaimana ceritanya berkembang.
 
19. Sebagai penggemar m-flo, kamu senang bahwa Ryohei Yamamoto-san berpartisipasi dalam menulis lirik dan menggubah musik.
Betul sekali! Saat aku sedang memproduksi bersama Taku-san, beliau menyarankanku untuk meminta Ryohei-san menulis liriknya, dan karena aku juga penggemar berat m-flo, aku langsung merespons, “E?!” (haha). Aku sudah tidak sabar ingin melihat bagaimana jadinya. Ryohei-san juga banyak memikirkan tanggal rilis albumnya.
 
20. Apakah kamu pernah memesan sesuatu padanya?
Sebenarnya aku meminta agar lagu ini memiliki kemiripan dengan “Possible”. Aku membayangkan seperti apa dunia lima tahun setelah “Possible”. Taichi Mukai-san menulis “Possible”, dan kesedihan serta keceriaan yang sedikit linglung yang menghubungkan keduanya kontras dengan atmosfer suram “Possible”. Lagu “Stay or Go” lahir karena “Possible”. Selain itu, ketika aku mendengar lagu-lagu yang lebih cepat, aku pikir aku ingin membuat lagu two-step karena ini, Taku-san sepertinya mudah merekam vokal sekali di track sementara lalu mengedit track itu lagi. Jadi ketika aku bertanya apakah beliau menginginkan lagu two-step, beliau berkata, “Oke,” dan melakukannya tanpa ragu (haha). Aku menganggapnya sebagai lagu yang seperti perayaan album soloku.
 
21. Bagaimana rekamannya?
Aku rasa melodi lagu ini mencerminkan apa yang telah aku lakukan dengan GENERATIONS. Lagu-lagu GENERATIONS penuh dengan lagu-lagu yang mudah untuk menari dan bertempo cepat. Lagu ini juga memungkinkan kalian merasakan sisi soloku, jadi rekamannya menyenangkan.
 
22. Apakah kamu mendiskusikan rekaman vokal dengan Taku-san saat rekaman?
Taku-san tidak ada saat rekaman, tapi beliau bilang, “Aku ingin merekam vokalnya sekali, lalu aku ingin memikirkan lagunya lagi setelah menerima rekaman itu,” jadi, lagunya ternyata benar-benar berbeda dengan saat aku merekamnya (haha). Sebelum kami mengganti lagunya, beliau bertanya, “Ada permintaan?” jadi aku bilang bahwa aku ingin membuatnya menjadi two-step. Lagunya ternyata terasa bersemangat. Selain itu, untuk chorus, Ryohei-san telah menyiapkan beberapa versi berbeda, tetapi setelah mencoba beberapa versi berbeda, kami memutuskan chorus yang sekarang. Chorus itu memiliki elemen yang paling beragam dan merupakan yang terbaik.
 
23. Apa yang kamu ingat saat rekamannya?
Lagu-lagu Taku-san selalu pop dan gemerlap, apapun lagunya. Jadi, aku mencoba bernyanyi dengan nada vokalku sendiri yang sesuai dengan itu, dan dengan mempertimbangan perubahan adegan. Saat rekaman, belum diputuskan untuk membuat video musik, tetapi aku bernyanyi sambil berpikir mungkin kami akan membuat video musik untuk lagu ini, jadi aku rasa lagu ini mengekspresikan satu pandangan dunia melalui track, vokal, dan videonya.
 
24. Komentar macam apa yang kamu terima dari Taku-san tentang menyanyikan lagu ini?
Saat menyanyikan “Stay or Go”, aku sadar ingin menunjukkan berbagai sisi diriku dalam satu lagu. Tentu saja, itu juga terjadi waktu aku di GENERATIONS, tapi aku juga sadar dengan caraku sendiri untuk menunjukkan sisi yang unik dalam bernyanyi solo, yang berbeda dengan saat aku bernyanyi duo.
 
25. Apa yang kamu pikirkan saat pertama kali mendengar lagu ini?
Aku terkejut dengan judulnya, “Stay or Go”. Semuanya terangkum dalam judul itu. Lagu ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang kehidupan secara keseluruhan. “Pergi atau Bertahan?” aku pikir hanya itu pilihannya. Aku juga sangat menyukai bagaimana “Stay or Go” berpadu dengan “Stay Gold” di bagian chorus, dan aku pikir lagu ini memiliki pesan positif tentang melangkah maju menuju sesuatu yang akan bersinar selamanya, meskipun tidak ada yang abadi.
 
26. Pasti ada perbedaan kedalaman suaramu saat menyanyikannya sekarang dibandingkan lima tahun yang lalu.
Aku benar-benar berpikir begitu. Aku merasa terutama sekarang aku dapat menyampaikannya dengan sepenuh hati. Selain itu, aku pikir menyanyikannya sekarang terasa bermakna karena pilihan yang harus kita buat seiring bertambahnya usia menjadi semakin berat.
 
27. Ini adalah lagu yang sangat dramatis yang mengingatkan kita pada gambaran laut.
Lagu ini benar-benar membangkitkan kenangan. Ryohei-san memikirkan lagu ini berdasarkan tanggal rilis albumnya, dan ini adalah lagu yang menyegarkan dan cocok untuk musim panas.
 
28. Apa bagian favoritmu dari lagu “Stay or Go”?
Demo awalnya tidak memiliki ritme two-step. Aku merekamnya dengan asumsi Taku-san akan menyentuh lagu itu sekali lagi setelah aku selesai, tapi bukankah Taku-san dikenal dengan ritme two-stepnya? Jadi aku menyarankan, “Aku ingin membuatnya two-step,” dan begitulah lagunya, dan itulah yang paling aku sukai. Tidak jauh berbeda (dari saat direkam), tapi demonya tidak ringan, jadi aku rasa akhirnya menghasilkan suara yang lebih aku sukai.
 
sumber foto: USEN encore

29. Lalu, lagu kolaborasi dengan Asako Toki-san “Smoky Town Rain” sangat menyegarkan!
Aku selalu menyukai musik Asako Toki-san. Ketika aku melihatnya tampil langsung beberapa waktu lalu, beliau berkata, “Setelah 20 tahun tampil langsung, aku akhirnya merasa nyaman dan tidak gugup, dan aku pikir perjalananku masih panjang.” Aku merasa musikalitas Toki-san yang unik, dengan resonansi yang bertahan lama dan cara beliau mengungkapkan lirik, sungguh mewah. Dan sekarang di usiaku, aku ingin menggarap musik bersamanya.
 
30. “Smoky Town Rain” yang diproduksi oleh Asako Toki-san memberikan nuansa yang sepenuhnya berbeda dari album GENERATIONS.
Aku selalu menyukai musik Toki-san, jadi aku senang mendapat kesempatan berkolaborasinya dengannya. Sebelum pertemuan kami, aku berkesempatan menonton konser Billboard Live-nya, jadi aku pertama-tama menceritakan perasaanku di sana. Saat kami berbincang tentang akar musikku, kami mulai bercerita tentang bagaimana di zaman sekarang, jarang sekali menemukan lagu yang menampilkan keindahan Jepang dan memungkinkan kita merasakan apa yang tersirat di dalamnya. Kami berbincang tentang masa kecilku, termasuk bagaimana ayahku yang seorang guru musik, dan betapa menariknya aku memilih menyanyikan lagu-lagu bernuansa nostalgia seperti lagu-lagu pop di zaman sekarang. Aku juga teringat bahwa akar musikku berasal dari musik Yumi Matsutoya-san yang musiknya aku dengarkan berkat ibuku. Aku ingin bereksperimen dengan reaksi seperti apa yang akan aku dapatkan jika aku membawakan lagu solo seperti itu di zaman sekarang, jadi aku menyarankannya kepada Toki-san, yang setuju sambil berkata, “Keren sekali.” Kami memutuskan untuk membuatnya tetap sederhana dan apa adanya, dan begitulah lagu itu tercipta. Dengan melodi A, chorus, dan perubahan kunci, aku rasa lagu ini menarik secara musikal.
 
31. Permintaan seperti apa yang kamu ajukan padanya?
Yang paling ingin aku sampaikan melalui kerjasama dengan Toki-san adalah keindahan bahasa Jepang dan keindahan musik. Toki-san mempertimbangkan hal itu dan menciptakan lagu tersebut. Lagu yang sebenarnya dikirimkan tidak memiliki banyak lirik, tetapi sangat relevan sehingga aku bertanya-tanya, “Apakah beliau sungguh bisa menebak keinginanku?” Ternyata lagu itu sangat dekat dengan banyak orang, lagu yang benar-benar menyentuh hati.
 
32. Apakah Toki-san sutradaranya?
Ya. Sungguh sebuah kemewahan. Saat rekaman, beliau mendengarku bernyanyi pelan di pengambilan pertama dan berkata, “Itu bagus sekali,” jadi aku pikir mungkin sebaiknya aku jangan terlalu bersemangat bernyanyi, tapi aku tetap bernyanyi. Sulit karena itu adalah gaya bernyanyi yang belum pernah aku gunakan sebelumnya, tetapi itu adalah pengalaman yang sangat berharga karena aku tidak hanya bisa bersentuhan dengan musik Toki-san yang aku sukai, tetapi juga menemukan hal-hal baru tentang diriku.
 
33. Liriknya sangat sederhana sehingga mengingatkan pada adegan cerita.
Aku berlatih cukup banyak sebelum rekaman. Lagu ini sulit, jadi aku gugup saat rekaman. Aku bernyanyi sambil mengenang asal-usul dan lagu-lagu yang aku kenal sejak kecil. Aku rasa lagu ini akan menarik bagi generasi kita untuk mendengarkannya dan mengenang. Orang tuaku dulu mendengarkan lagu ini di mobil. Dan bagi yang belum familiar, aku rasa ini akan menjadi lagu yang sangat segar untuk generasi sekarang. Lagu ini akan membuat kalian berpikir, “Enak juga,” bahkan ketika kalian mengingatnya 10 tahun dari sekarang, dan ini adalah lagu yang tidak akan pernah bisa aku coba di GENERATIONS, jadi aku rasa ini adalah lagu yang bisa aku raih karena aku seorang artis solo.
 
34. Bagaimana rekaman suara untuk “Smoky Town Rain”?
Gambarannya sudah terbentuk sampai batas tertentu dari ide dan sensasi yang muncul dalam diriku. Oleh karena itu, selama proses rekaman, aku merasa mampu menuangkan gayaku sendiri ke dalam lagu dan menghadapinya secara langsung.
 
35. Untuk lagu “Smoky Town Rain”, kami rasa Katayose-san telah mengubah cara bernyanyi, nada suara, dan caramu menunjukkan ekspresi wajah agar sesuai dengan lagunya.
Ini mungkin agak teknis, tetapi lagunya sendiri sering berubah kunci di chorus A dan B, jadi aku butuh waktu cukup lama untuk terbiasa dengan perkembangan musiknya. Karena itu, aku berlatih cukup banyak untuk persiapan rekaman, dan waktu itu juga sangat berharga. Ketika aku benar-benar menyanyikannya, aku merasa lagu itu memunculkan sisi diriku yang berbeda dibandingkan saat aku bersama GENERATIONS, dan itu menjadi salah satu lagu favoritku.
 
36. Apakah ada bagian dari lagu ini yang kamu sukai, lirik yang kamu sukai, atau bagian yang kamu ingin pendengar perhatikan?
Ada interlude yang cukup panjang, tetapi interlude seperti itu tidak ditemukan di lagu-lagu zaman sekarang. Namun, aku rasa karena aku membuatnya seperti itu, perasaan pendengar dapat tersampaikan melaluinya. Aku akan senang jika kalian bisa meluangkan waktu untuk mengenang lagu ini.
 
sumber foto: USEN encore

37. Kamu menulis lirik untuk “Asahi no youni, Yume wo Mite”, gambaran seperti apa yang terbayang di benakmu saat menulisnya?
Judulnya dibuat terlebih dahulu, dan Masaya Wada-san membuat demo berdasarkan tema tersebut, lalu aku menulis liriknya, sehingga lagunya selesai sesuai urutan tersebut. Namun, saat aku menerima demonya, aku sudah memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang lagu tersebut, sehingga aku bisa menulis liriknya dengan jujur.
Sebenarnya, aku mulai mengerjakan lagu ini ketika judulnya pertama kali muncul di benakku. Dan aku menghabiskan sekitar enam bulan menciptakan lagu ini berdasarkan tema tersebut.  Aku menjadikannya rutinitas untuk menyaksikan matahari terbit pertama setiap tahun, dan betapa pun seringnya aku mengalaminya, aku selalu tersentuh. Aku selalu bertanya-tanya apakah aku bisa menangkap keindahan itu dalam sebuah lagu, jadi aku menulis lirik tentang hal-hal yang cenderung aku lupakan seiring berjalannya waktu, dan bagaimana sesulit apapun keadaan, hari esok selalu datang. Matahari pagi terbit untuk semua orang, jadi aku menulis lagu ini dengan harapan lagu ini akan mendorong pendengar untuk bermimpi dengan perasaan yang sama, selembut matahari pagi. Aku pertama kali membagikan gambaran lagu ini dengan komposer Masaya Wada-san, dan beliau menciptakan lagu yang persis seperti yang aku bayangkan, jadi aku berpikir bahwa beliau luar biasa! Aku sedang merapikan rumah sambil memikirkan lirik untuk lagu ini, ketika tiba-tiba aku melihat ke luar jendela dan mengira aku melihat pelangi. Suasana saat itu membekas di benakku, jadi aku menambahkan frasa “Niji no maboroshi (ilusi pelangi)”. Selain itu, karena kita hidup di zaman di mana sulit membedakan mana yang benar dan salah, aku mengemas lagu tersebut dengan pesan bahwa kita harus menghargai hal-hal yang dapat kita yakini dan hal-hal yang telah ada sejak lama.
 
38. Di mana kamu menulis liriknya?
Aku kebanyakan mengerjakannya di rumah. Untuk “Asahi no youni, Yume wo Mite”, aku memberitahu Masaya Wada-san tentang judul dan konsep lagunya, lalu beliau menciptakannya. Setelah itu, aku tinggal memikirkan bagaimana cara memasukkan lirik dan pesan lagu yang ada di pikiranku.
Aku punya gambaran yang jelas dalam pikiran, tetapi aku kesulitan dengan bagian chorus. Suatu hari, saat sedang merapikan kamar, aku tiba-tiba melihat ke luar dan ajaibnya merasa seperti melihat pelangi. Pengalaman itulah yang menjadi lirik untuk bagian chorus.
 
39. Judul ini begitu indah dan mudah diingat. Apa yang membuatmu memilih judul tersebut?
Aku suka menyaksikan matahari terbit pertama di tahun ini pada hari tahun baru, dan aku sering menemukan inspirasi di sana. Siapapun bisa menyaksikan matahari terbit dan menghargai keindahan alam, tetapi aku merasa kita hidup di zaman di mana kita cenderung melupakannya. Lirik lagu ini mengadung lirik ~Sukurin no naka de reteru /(Aku lupa bernapas saat menonton layar)~, dan di zaman ini, aku mendapati diriku terjebak dalam perangkap ini bahkan sebelum aku menyadarinya. Jadi aku ingin menyampaikan pesan, “Mengapa kita tidak memerhatikan hal ini?”, dan ketika perasaan bahwa “matahari terbit itu… indah”, yang dapat diterima siapapun dengan jujur, bergema di dalam diriku, aku merasakan keinginan untuk menyampaikan pesan positif kepada mereka yang mendengarkan lagu ini, mendorong mereka untuk memiliki impian dan tujuan. Aku memiliki keinginan yang kuat untuk menulis lagu ini sebagai artis solo, dengan judul ini, dan membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk menulisnya.
 
40. Dalam situasi apa lirik lagu tersebut ditulis?
Anehnya, aku bisa menulisnya tanpa terburu-buru dalam keseharianku. Ada beberapa adegan yang aku lihat saat merapikan rumah. Aku punya gambaran dan pesan yang jelas yang ingin aku tulis, jadi aku rasa aku bisa menuangkan semuanya tanpa rasa canggung.
 
41. Pemandangan macam apa yang tiba-tiba kamu perhatikan?
Aku agak kesulitan dengan frasa chorusnya, lalu saat merapikan rumah, tiba-tiba aku melihat ke luar dan merasa seperti melihat pelangi. Hari itu cerah dan sebenarnya tidak ada pelangi, tapi aku pikir pelangi itu misterius. Sulit membedakan mana yang benar-benar ada dan mana yang tidak. Justru karena pelangi itu muncul setelah hujan yang tak terduga, maka pelangi itu terasa cepat berlalu. Aku menulis lirik ~Niji no maboroshi (ilusi pelangi)~ dengan harapan bisa memasukkan perasaan sederhana ke dalam chorusnya.
 
42. Daripada merujuk pada catatan tertulis, apakah itu terdiri dari emosi impulsif yang muncul dari dalam?
Aku rasa musikalitasnya lahir dari obrolan dengan Wada-san tentang apa yang aku rasakan saat ini dan apa yang ingin aku tinggalkan dalam karya ini. saat aku mendengarkan demonya, lagunya sangat mantap, dan meskipun santai, lagu ini memiliki atmosfer ambient yang tidak bisa disebut balada. Sejalan dengan tema utamaku, “Bermimpilah seperti matahari pagi”, aku bisa menulis tanpa memaksakan diri untuk memasukkan kata-kata seperti ini.
 
43. Katayose-san, jika menyangkut produksi, kamu berdiskusi secara mendalam dengan semua orang, ya?
Ada banyak lagu yang aku tulis setelah diskusi yang saksama. Lagu-lagu drama sebagian terhubung dengan karya itu sendiri, dan kreativitas penulis tercermin di dalamnya, jadi aku merasa seperti menerima naskah drama yang aku sukai. Namun karena ini album solo, aku rasa lagu-lagu baru, khususnya, sangat dipengaruhi oleh apa yang aku ciptakan dari dalam diriku sendiri.
 
44. Video Musik juga direkam untuk “Asahi no youni, Yume wo Mite”, bisakah kamu memberitahu kami tentang apa video itu?
Alih-alih video musik, ini seperti visualisator. Ada beberapa bagian yang mirip dengan video gambar, tetapi sangat konseptual, dan sutradara mampu menciptakan video tersebut dengan memahami perasaanku saat menulis lagu tersebut. Kami syuting di lokasi Kota Ishinomaki, Prefektur Miyagi. Aku tahu bahwa kenalanku, Takanosuke Yasui-san, sedang mengerjakan project berjudul “Museum Seni Pesisir”, jadi aku menyarankan agar lokasi tersebut dipilih. Dengan kerjasama masyarakat Ishinomaki, kami merekam film ini dengan tema lanskap dan alam asli Jepang. Aku menulis lirik tentang pemandangan matahari pagi dan pemandangan berharga dan penting lainnya yang kita anggap remeh, jadi lokasi ini sangat cocok. Matahari pagi adalah keindahan alam yang bisa dinikmati semua orang, kan? Aku ingin menyampaikan pesan positif yang mengajak orang-orang untuk terus bermimpi dan menatap masa depan. Video ini benar-benar menangkap kedalaman lagu yang tersampaikan melalui visual, jadi aku pribadi sangat menyukai video ini.
 
sumber foto: Culture Cruise

45. Lagu bonus “Pray -for Bouquet- feat. Shinya Kiyozuka” menampilkan kolaborasi dengan pianis Shinya Kiyozuka adalah bonus besar. Kolaborasi yang fantastis.
Lirik lagu ini aku tulis untuk GENERATIONS, dan lagu ini memiliki kenangan yang mendalam bagiku. Awalnya aku bekerjasama dengan Kiyozuka-san dalam sebuah project, tetapi kami juga menjadi teman baik dalam kehidupan pribadi, dan beliau selalu memerhatikanku dengan berbagai cara. Ketika aku mengatakan kepadanya bahwa aku ingin melakukan sesuatu seperti ini, beliau dengan senang hati menerimanya. Kiyozuka-san luar biasa. Kami merekam vokal dan piano secara bersamaan, membuatku sedikit gugup, tetapi aku dapat mendekatinya dengan rasa yang alami, merasa seolah-olah aku diselimuti oleh pernapasan piano Kiyozuka-san yang unik. Aku gugup karena kami harus merekam hampir semuanya dalam satu pengambilan untuk menghubungkan titik-titiknya. Kami merekamnya sekitar tiga kali, dan saat bernyanyi, aku merasa seperti dipeluk oleh piano, didorong dari belakang, dan ditarik dari depan. Tetapi itu adalah pengalaman yang sangat berharga untuk dapat merasakan kehebatan permainan piano Kiyozuka-san dalam lagu ini. Beliau menuntunku, mendorongku dari belakang, dan memelukku. Beliau mengeluarkan vokalku dengan berbagai cara dalam lagu ini, dan aku pikir itu adalah pengalaman yang sangat musikal. Aku sangat bersyukur telah mendapatkan pengalaman bermusik yang begitu berharga.
 
46. Bagaimana caramu meminta Kiyozuka-san untuk bermain piano di lagu “Pray -for Bouquet”?
Aku bertemu Kiyozuka-san melalui pekerjaan, dan sejak saat itu kami mulai bertemu secara pribadi. Ketika aku menghubunginya untuk mengerjakan lagu bersama untuk album ini, beliau dengan senang hati setuju. Aku mulai merekam di studio bersamanya. Itulah mengapa aku merasa sangat gugup, tetapi aku rasa kalian benar-benar bisa merasakan nuansa livenya. Bagian ini sedikit berbeda, seperti epilog di akhir album, dan benar-benar menonjol. Hanya dengan satu iringan piano, tetapi aku sangat senang kalian bisa menghargai kemewahan yang dibawanya. Lebih dari segalanya, aku pribadi merasakan kemewahan yang luar biasa. Iringan piano Kiyozuka-san yang indah menarikku, menyelimutiku, dan bahkan mendorongku maju. Sungguh pengalaman luar biasa bisa merasakan begitu banyak sensasi berbeda di sepanjang lagu. Kami melakukan dua atau tiga rekaman one-take, dan aku merekam yang terbaik dari semuanya. Karena ini pertunjukan live, kami tidak bisa memotong atau menyambung lagu-lagunya, yang membuatnya sangat menegangkan (haha). Tapi itu benar-benar pengalaman berharga dan mewah.
 
sumber foto: Real Sound

47. Video musik telah diproduksi untuk masing-masing dari tiga lagu baru di album “Bouquet”. Citra seperti apa yang kamu bayangkan saat menciptakannya?
Untuk album ini, aku membuat video musik untuk “Stay or Go”, Smoky Town Rain”, dan “Asahi no youni, Yume wo Mite”. Ketika kalian menontonnya, itu semua akan memiliki gaya yang sangat berbeda, dan aku pikir ketiganya memiliki jangkauan yang sangat beragam. “Stay or Go” memiliki video musik bertempo cepat yang menggambarkan dualitas. Lalu “Smoky Town Rain”, kami meminta orang yang sama yang menangani arahan kreatif untuk album ini, termasuk desain kemasannya. Seluruh tim terdiri dari anak-anak yang sangat muda, tetapi videonya juga memiliki nuansa nostalgia. Dan untuk “Asahi no youni, Yume wo Mite”, sutradara video memahami visiku dan merekam video di lokasi di Sendai selama beberapa hari. Rekaman yang diambil di sana tercampur, dan ini adalah video yang sangat menenangkan yang mengingatkan kita bahwa kita sendiri adalah bagian dari alam dan kita hidup berdampingan secara harmonis dengannya.
 
48. Dengan terpapar pada aspek yang lebih kreatif, apakah kamu merasa musik menjadi lebih menarik?
Benar, tapi rasanya juga lebih sulit. Aku juga berpikir, “Mungkin karena soloku, aku bisa mencoba sesuatu yang lebih ekstrem?” Segala sesuatu tentang kemasan, sampul, lagu, dan video musiknya penuh dengan tantangan.
 
49. Para artis sangat teliti mengenai urutan dan komposisi lagu, jadi jika memungkinkan, kamu ingin kami mendengarkannya tanpa mengacaknya.
Benar sekali! Kali ini, totalnya ada 10 lagu, termasuk lagu bonus kolaborasi dengan (Shinya) Kiyozuka-san, dan ini adalah jumlah lagu minimum yang bisa kami miliki tanpa perlu diacak.
 
50. Lagu cover “Konya wa Boogie Back” menjadi topik hangat saat dirilis tahun lalu, ini sangat berdampak untukmu.
Aku selalu menyukai lagu ini, dan aku sudah punya ide untuk menyanyikannya solo selama beberapa tahun. Jadi ketika aku akhirnya memutuskan untuk menyanyikannya kembali tahun lalu, bertepatan dengan peringatan 30 tahun perilisannya. Kebetulan juga tahun itu aku menginjak usia 30 tahun, jadi aku berpikir, “Sekaranglah saatnya!” dan memutuskan untuk mengcover lagu tersebut. Aku sudah berteman dengan produser Shin Sakiura, dan kami seumuran. Jadi kami sangat bersemangat, berpikir inilah waktu yang tepat (haha). Aku menginginkan vokalis wanita dan rap dalam aransemennya, dan kami mulai mengerjakan lagu tersebut.
Berkolaborasi dengan eill-san ternyata lebih baik dari yang aku bayangkan. Aku terkesan dengan bakat vokalnya yang luar biasa. Ia sendiri bilang, “Aku tidak terlalu sering ngerap,” dan awalnya, sepertinya ia akan menolakku. Tapi ketika kami memulai, hasilnya luar biasa, dan ia memberikan banyak ide untuk membangun chorus. Aku mencoba sedikit bernuansa rap, jadi menyenangkan untuk menggali bakat-bakat baru dan membuat semua orang bersemangat selama proses rekaman.
Agak menakutkan mengingat lagu ini sudah berusia 30 tahun, tetapi kami ingin mengcovernya di zaman sekarang. Banyak orang yang telah mengcover lagu ini. Di antara mereka, gaya lagu yang dipimpin pria dengan rap wanita adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya, dan kami menganggapnya cukup modern. Kami senang bisa melakukannya.
 
51. Apakah ada lagu lain di album ini yang kamu sukai selain lagu-lagu yang sudah disebutkan sejauh ini?
Ada banyak, tapi itu adalah lagu berjudul “tenkiame” yang aku rilis tahun lalu. Itu juga lagu pertamaku dalam single fisik, jadi lagunya berkesan. Aku menulisnya karena aku ingin lagu yang memiliki bagian yang bisa dinyanyikan bersama di akhir pertunjukan live, jadi aku harap orang-orang akan mendengarkannya sambil membayangkan suasana kebersamaan di pertunjukan live. Mungkin ada banyak cara untuk menikmati lagu-lagu lainnya, tapi menurutku yang hebat dari “tenkiame” adalah perasaan semua orang menjadi satu lingkaran. Jadi aku harap orang-orang akan mendengarkannya dengan mengingat gambaran itu.
 
52. Ini adalah album yang benar-benar komprehensif, diisi dengan lagu-lagu dari berbagai genre.
Sudah lima tahun sejak aku memulai karir soloku, dan album ini berisi lagu-lagu dari drama yang pernah aku bintangi, seperti “Unmei” dan “Dance the life away”, dan setiap lagunya terasa kuat dan intens. Lagu-lagu tersebut memiliki perasaan yang kuat dan meninggalkan kesan yang mendalam. Oleh karena itu, aku rasa album ini layak untuk didengarkan. Aku senang bisa merangkum semuanya sebagai puncak dari karyaku. Aku harap mereka yang mendengarkannya akan mengenang berbagai kenangan, dengan mengatakan hal-hal seperti, “Lagu ini membangkitkan nostalgia,” atau, “Begini ya rasanya saar aku mendengarkan lagu ini.”
 
sumber foto: Real Sound

53. Album ini juga dilengkapi dengan buklet cantik berisi esai tentang kisah di balik layar produksi lagu-lagunya, dan hasilnya sungguh luar biasa!
Terima kasih banyak. Buklet album adalah barang istimewa yang hanya bisa dibaca jika sudah membeli CD fisiknya. Karena itu, jika aku mau repot-repot membuatnya, aku pikir akan lebih baik jika setiap halamannya dibuat menyenangkan, jadi aku menulis teksnya sendiri dan mengubahnya menjadi seperti buku. Aku tidak menyangka ini akan menjadi sesuatu yang bisa dibaca berhari-hari seperti esai, tetapi aku menulisnya dengan harapan akan menjadi sesuatu yang menunjukkan satu halaman dari hidupku. Konsep “Bouquet” pertama kali muncul saat aku menulis karya ini. Aku rasa kalian bisa merasakan bagaimana aku secara pribadi mengekspresikan “Bouquet” di buklet edisi pertama. Aku punya gaya menulis sendiri, jadi aku rasa tidak yakin bagaimana hasilnya nanti (haha).
 
54. Itu hal yang baik.
Kurasa begitu. Aku harap dengan mempertahankan keunikan dan aroma itu, orang-orang akan merasakan kedalaman saat mendengarkan musikku, dan merasakan siapa Ryota Katayose, serta merasa lebih dekat dengannya. Namun sebenarnya, aku tidak membatasi diri pada buku ini, ada beberapa bagian yang ingin kutulis, tetapi kuputuskan di tempat yang salah. “Bouquet” adalah tonggak penting yang menandai 15 tahun ketika aku bukan siapa-siapa dan 15 tahun ketika orang-orang mengenalku. Kupikir masa kecilku, pertemuanku dengan dunia baru, dan industri hiburan adalah bagian penting darinya, jadi aku mencoba menulis tentang bagian-bagian itu dengan baik… atau lebih tepatnya, aku menulisnya melalui coba-coba, mencoba mencari cara untuk membuat mereka merasakan hal yang sama. Beberapa orang mengenalku sebelum audisi, sementara yang lain mengenalku dari film atau drama, dan kupikir waktu pertemuan mereka berbeda-beda tergantung orangnya. Kurasa karya ini akan menjadi fondasi bagi orang-orang untuk ingin mengenal Ryota Katayose sebagai artis solo.
 
55. Ceritanya terbentang seperti sebuah buku dari kata pengantar dan seterusnya, dan kami tertarik untuk membacanya.
Awalnya, judulnya bukan “Maegaki (Kata Pengantar)”, tapi aku menulis “Atogaki (Kata Penutup)”, jadi aku menambahkan “Kata Pengantar” (haha). Membicarakan tonggak sejarah 15 tahun adalah sesuatu yang bisa aku lakukan karena itu adalah kata pengantar.
 
56. Kontennya padat ya?
Benar sekali. Aku memasuki industri ini saat berusia 15 tahun, dan menginjak usia 30 tahun ini berarti waktu yang aku tinggalkan tanpa diketahui orang lain semakin singkat. Saat itu, aku ingin diriku di masa lalu dihargai dengan semestinya. Ada orang-orang yang telah mendukungku sejak audisi, dan ada orang-orang yang mengenalku dari film dan drama, tetapi ketika aku memikirkan apa yang akan menyenangkan bagi orang-orang terlepass dari kapan mereka mengenalku, aku berpikir, “Mungkin aku harus menulis tentang masa laluku.” Hingga saat ini, meskipun aku pernah membicarakannya dalam wawancara, aku belum pernah mengungkapkannya dengan kata-kataku sendiri, jadi itu adalah pengalaman yang luar biasa, dan buklet ini telah menjadi bagian penting bagiku. Baik lagu maupun buklet ini memungkinkan kalian untuk mengenalku tidak hanya sekarang, tetapi juga aku di masa lalu. Jadi aku harap kalian meluangkan waktu untuk mendengarkannya.
 
57. Buku kecil ini merupakan perwujudan perpaduan dengan seni yang disukai Katayose-san.
Benar sekali. Aku membuat buklet ini karena aku ingin orang-orang menikmati foto, desain, dan teksnya. Aku meminta seorang fotografer muda untuk mengambil foto-fotoku secara khusus, menangkap ekspresi wajahku secara acak. Aku juga menyertakan desain untuk lembaran lirik, dan memilih bunga-bunga yang sesuai dengan pandangan dunia setiap lagu. Aku yakin hasilnya akan bagus karena aku bekerja dengan tim sutradara yang memiliki koneksi dan kepercayaan yang sama denganku. Berkat itu, setiap halaman buklet ini terasa sangat menarik.
 
58. Apakah kamu sudah mulai mengerjakan album tersebut ketika menulis buklet “Maegaki (Kata Pengantar)”?
Ya, sekitar waktu yang sama.
 
59. Kami juga penasaran dengan tanggal di akhir kalimat. Di sana tertulis, “Tachibanatsuki”, yang merujuk pada bulan Mei dalam kalender lunar, sekitar bulan Juni hari ini. Bisakah kamu menjelaskan mengapa kamu memilih notasi ini?
Aku ingin memberi penggemar gambaran tentang kapan ini ditulis, jadi aku menggunakan ungkapan yang agak samar, “Tachibanatsuki”.
 
60. Ketika mendengarkan album ini setelah membaca photobooknya, kesan lagu-lagunya sedikit berubah. Imajinasi mulai berkembang, kami bertanya-tanya apakah lagu ini tentang masa kini?
Sebenarnya, awalnya aku agak khawatir apakah akan menyertakan photobook. Tapi, “Bouquet” seperti tonggak sejarah dalam hidupku menginjak usia 30 tahun. Maknanya adalah mengubah 30 tahun menjadi sebuah buket, dan teksnya menelusuri citra Ryota Katayose dari masa mudanya, jadi menurutku lagu ini sangat cocok dengan tema album. Fakta bahwa kesan dan interpretasi lagu-lagu berubah tergantung pada teksnya mungkin merupakan bagian terbaik dari karya ini. Jadi aku harap kalian membaca photobooknya dan kemudian membiarkan imajinasimu menjadi liar saat itu.
 
61. Apakah ada makna di balik fakta bahwa semua subjek dalam kalimat tersebut adalah “aku”?
Tidak, tidak ada yang khusus (haha). Aku diajari di sekolah bahwa “ketika menulis esai, kita harus selalu menggunakan ‘aku’ sebagai subjek”, jadi aku ingin tetap berpegang pada itu.
 
62. (haha) namun menjadi “diri sendiri” juga membuat kami merasa seperti sedang membaca novel.
Aku sadar akan hal itu. Aku menulis tentang diriku sendiri, tapi aku tidak ingin karakter “Ryota Katayose” terlalu kaku. Aku memang menulis “aku” di beberapa tempat agar tetap datar. Jadi pada akhirnya, tulisannya bermakna (haha).
 
63. Di halaman kisah heroik, kamu menulis, “Aku mengetik dengan tenang di MacBook yang tak kukenal.” Apakah kamu menyusun ide-idemu seperti konsep album, dengan mengetik di ruang kerja di rumahmu?
Aku menjadikan ruang belajar sebagai basis utama, berpindah-pindah di ruang tamu rumah, dan terkadang pergi ke kafe terdekat. Merupakan pengalaman berharga bisa mendedikasikan diri untuk menulis dalam suasana waktu yang segar, berbeda dari aktivitas grup maupun produksi musik solo. Aku rasa itu adalah katalis yang menentukan arah yang ingin aku ambil dalam pembuatan album soloku.
Di dalam buklet tersebut, terdapat bagian yang menjelaskan bagaimana aku sampai pada tema “Bouquet”, dan ketika aku menulisnya di sekitar waktu produksi album, aku dapat mengaitkannya dengan momen-momen penting pribadiku dan berpikir, “Ah, jadi begitulah inti dari album ini,” dan hal itu menegaskan kembali bahwa ketika aku mendengarkan album yang telah selesai, setiap lagu terasa unik dan kaya, dan judul “Bouquet” adalah ungkapan yang tepat.
 
64. Dalam “ Maegaki (Kata Pengantar)”, kamu dengan jelas menulis tentang “Ryota Katayose” selama masa audisi dan “Ryota Katayose” sebagai seorang seniman yang telah memasuki masa aktivitas kreatif bebas, masing-masing terbagi dalam 15 tahun. Bagaimana perbandingan antara diri pribadimu dan diri artistikmu saat ini?
Aku tidak bisa bilang pastinya 50/50, tapi aku juga bisa bilang 50/50 dan 100%. Aku merasa mereka akan menjadi satu di masa depan… Saat mendengarkan kalian berbicara, aku tiba-tiba berpikir bahwa setelah project ini, hidupku selama ini telah menjadi titik balik, dan aku tiba-tiba merasa bahwa di masa depan, segala sesuatunya akan menjadi lebih erat dan aku akan memasuki fase di mana aku dapat mengekspresikan individualitasku dengan tepat.
 
65. Tanggal 29 Agustus menandai ulang tahunmu yang ke 31, yang berarti kamu akan menjalani satu tahun lagi sebagai artis “Ryota Katayose”.
Ya, aku menantikan kesempatan berikutnya ketika aku ingin merenungkan diri. Aku merasa “Bouquet” juga merupakan puncak dari karyaku sebagai artis solo. Dalam hal ini, tantangan baru dimulai dari sini. Saat ini, aku merasa segar kembali dan memulai hidup baru.
 
sumber foto: avex portal

66. Ada juga pengumuman mengejutkan bahwa di hari yang sama dengan perilisan album, sebuah merek perhiasan bernama “Ruban de bouquet” diluncurkan, di mana Katayose-san adalah direkturnya. “Masing-masing dari 10 lagu di album ini diibaratkan seperti bunga, dan gambaran serta kisah yang terkait dengan bunga-bunga tersebut diungkapkan melalui batu-batu alam,” dan ketika kami melihat aslinya, semuanya begitu indah sampai kami hampir berteriak (haha).
Terima kasih (haha), tema kali ini adalah “Buket”, sama seperti judul albumnya, jadi aku ingin mengekspresikan pandangan dunia yang menghubungkan musik dan perhiasan, dan aku memilih sendiri semua motif bunga agar sesuai dengan lirik dan musiknya. “Ruban de bouquet” berarti “buket pita”, tetapi aku percaya bahwa hadiah yang sesungguhnya bukanlah perhiasan mahal atau makanan mahal, melainkan waktu dan pengalaman yang kita nikmati bersama, dan perhiasan yang aku usulkan didasarkan pada konsep yang mengibaratkan “hadiah” semacam itu sebagai buket, dengan pita di sekelilingnya. Itulah sebabnya aku membuat desainnya sedikit dan sederhana.
Terkadang hadiah diberikan untuk diri sendiri, tetapi terkadang juga diberikan untuk merayakan seseorang untuk mengungkapkan rasa selamat. Aku menginginkan perhiasan yang dapat mengiringi pengalaman, perasaan, dan waktu serta menambahkan bunga di dalamnya. Kemudian aku mengusulkan kepada desainer agar lagu-lagu dalam album ini diibaratkan seperti bunga, dan 10 lagu tersebut digunakan sebagai motif untuk dipadukan dengan batu alam. Karena peluncurannya berlangsung di momen spesial ini, aku berharap para penggemar yang mendukungku dapat merasakan duniaku bersamaan dengan waktu mendengarkan album ini.
 
67. Kami pikir kelembutan dan sikap santai Katayose-san tercermin dalam desainnya.
Senang sekali mendengarnya. Ngomong-ngomong, gelang ini memang dirancang agar pria juga bisa memakainya. Aku memilih dua warna, emas dan emas merah muda, karena aku ingin menciptakan kesan bahwa emas merah muda yang feminim terbalut dalam emas maskulin.
 
68. Toko pop-up juga akan dibuka selama tiga hari saja mulai 29 Agustus nanti, apa saja yang menarik?
Kami berencana mengadakan pameran di mana pengunjung dapat menyentuh dan merasakan langsung perhiasan tersebut. Kami ingin menciptakan ruang di mana orang-otang dapat merasakan sinergi antara album yang dirilis pada 6 Agustus dan merek perhiasan yang baru saja kami luncurkan.
 
sumber foto: B-PASS

69. Apa pendapatmu sekarang setelah menyelesaikan semua produksi?
Aku rasa aku adalah orang yang rendah hati. Aku ingin menunjukkan jati diriku yang sebenarnya. Album ini diproduksi dengan pemikiran itu, dan penuh dengan Ryota Katayose. Aku ingin terus menciptakan karya yang memungkinkan orang lain menyentuh kedalaman diriku.
 
70. Apakah kamu akan terus menciptakan karya yang menggabungkan musik dan seni dengan cara yang kaya?
Betul. Cita-citaku adalah bisa bebas berkarya, berpindah-pindah antara bidang musik utamaku dan bidang seni lainnya tanpa ada perbedaan di antara keduanya.
 
71. Karya seni dan foto untuk album ini bersifat artistik dan memiliki rasa kesatuan dengan musik.
Desainernya lebih muda dariku, dan dialah yang mendesain kemasan dan menyunting video musik “Asahi no youni, Yume wo Mite”. Orang-orang dari generasi muda sangat membantuku kali ini. Aku punya firasat yang sama ketika aku seumuran dulu bahwa orang-orang seperti itu bisa melakukan hal-hal yang berani, dan aku menghormati energi mereka. Ia merancang desain yang selaras dengan bukletnya, dan aku merasa itu membuat tulisanku lebih berwarna dan berirama, jadi hasilnya sangat bagus.
 
72. Kamu bilang kamu suka bunga, dan judul albumnya “Bouquet”, apa kamu familiar dengan bunga?
Tentu saja, aku suka bunga dan bunga adalah sesuatu yang dekat denganku. Terkadang aku menerima bunga setelah drama atau iklan selesai. Karena bunga begitu cepat layu, aku ingin menghargai dan mengagumi momen mekarnya. Aku sering memilih bunga sebagai hadiah, dan aku juga suka menghias meja ruang tamuku dengan bunga, karena hanya dengan meletakkan satu bunga saja sudah membuat perbedaan besar dalam suasana ruangan. Melihat bunga saja sudah membuatku merasa sedikit lebih kaya.
 
73. Bunga jenis apa yang menjadi favoritmu?
Karena warna kuning adalah warna khas GENERATIONS, kami sering menerima bunga warna kuning. Aku jadi suka bunga warna kuning seperti bunga matahari, mimosa, dan gerbera karena aku punya banyak kesempatan untuk melihatnya!
 
74. Agustus tahun lalu kamu merilis CD single solo pertamamu “tenkiame/ Konya wa Boogie Back feat. Eill / prod. Shin Sakiura”, dan tahun ini kamu merilis album penuh pertamamu “Bouquet”. Bagaimana kamu merasakan dunia musik solomu semakin berkembang?
Paket solo yang aku rilis tahun lalu adalah lagu yang diselesaikan sebagai bagian dari produksi album ini. Agak sulit untuk membicarakan satu artis hanya dengan satu lagu, tetapi aku merasa album adalah cara untuk menarik berbagai aspek individualitasku sebagai seorang solois, dan mengekspresikannya dengan jelas.
 
75. Kamu menulis lirik pertama untuk lagu “STORY” di album GENERATIONS “GENERATION EX” yang rilis pada tahun 2015, apakah gaya penulisan lirikmu berubah sejak saat itu?
Aku rasa kreativitasku berubah seiring bertambahnya usia, dalam arti positif. Di sisi lain, aku bertanya-tanya apakah akan ada saat-saat di masa depan ketika aku menulis lirik yang terasa sulit. “Asahi no youni, Yume wo Mite” adalah lagu yang telah mengekpresikan apa yang selalu aku rasakan selama bertahun-tahun, jadi aku merasa sangat perlu untuk menulisnya. Dalam hal itu, aku akan senang jika banyak orang mendengarkannya.
 
76. Menurutmu, apa daya tarik dari seorang Ryota Katayose sebagai artis solo?
Setelah membuat album solo ini, aku pribadi merasa musikalitasnya mendalam. Rasanya seperti album untuk seseorang yang mencintai musik. Aku rasa aku adalah seorang seniman yang sangat percaya pada kekuatan musik dan seni. Akan sangat ideal jika orang-orang yang memiliki ketertarikan serupa berkumpul dan menikmati album ini.
 
77. Tantangan seperti apa yang ingin kamu hadapi sebagai artis solo di masa mendatang?
Aku memiliki hasrat yang kuat untuk menampilkan pertunjukan live solo, dan aku sering tampil di festival bersama GENERATIONS. Namun, aku pikir festival adalah satu-satunya tempat di mana kita dapat terhubung dan menemukan musik baru. Oleh karena itu, aku ingin bertemu dengan penonton di festival yang akan tertarik dengan lagu-lagu soloku, khususnya. Citra publikku adalah seorang aktor dan talent, dan aku memiliki banyak sisi lain. Jadi, aku pikir jika orang-orang mengenalku sebagai seorang musisi, mereka akan mengenalku dengan cara yang berbeda. Aku ingin memperdalam pertemuan yang hanya dapat terjalin melalui musik, sekaligus menyampaikan pesanku lebih dalam.
 
78. Apa tujuan dan impian masa depanmu sebagai artis solo?
Aku sudah meluangkan waktu untuk merilis album, jadi salah satu tujuanku adalah mengadakan acara atau konser solo suatu hari nanti di suatu tempat yang memungkinkanku menyampaikan daya tarik album ini dengan caraku sendiri. Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, aku ingin tampil di festival sebagai artis solo untuk bertemu orang-orang yang dapat merasakan musikalitas dan potensi karya soloku. Dengan tampil di festival yang berbeda dari GENERATIONS, aku yakin bahwa aku akan bertemu orang-orang yang berbeda, dan aku pikir itu akan membantu memperluas lingkaran perjumpaanku. Aku ingin menambah jumlah orang yang bisa aku temui melalui aktivitas soloku.
 
sumber foto: B-PASS

-selesai-
 
🐶🐶🐶
 
Sumber Wawancara: EXILE TRIBE MAGAZINE
Teks: Masako Wakamatsu
Fotografi: REALY
 
Sumber Wawancara: USEN encore
Wawancara dan Teks: Kana Yoshida
Fotografi: Isao Nakamura
 
Sumber Wawancara: BOYSpia
Wawancara dan Teks: Keiko Fukuda
Fotografi: Tomohiro Inazawa
 
Sumber Wawancara: Culture Cruise
Wawancara dan Teks: Chie Hasegawa
Fotografi: Yasushi Koyama
 
Sumber Wawancara: Real Sound
Wawancara dan Teks: Ken Kagaya
Fotografi: Takashi Ikemura
 
Sumber Wawancara: avex portal
Fotografi: Hidefumi Hase
 
Sumber Wawancara: B-PASS
Teks: Aoi Saito
Fotografi: Ayaka Horiuchi
Tata Rias dan Rambut: Shinya Kumazaki
Penataan Gaya: Sohei Yoshida
 
 

No comments:

Post a Comment