Sunday, February 25, 2018

Cerpen: Lamaran Pengantar Cinta

Ini dia! Aku temukan tempat yang pas sesuai minat dan keahlianku. Tujuan untuk melamar pekerjaan selepas wisuda kelulusan sepekan lalu. Lewat website lowongan pekerjaan mataku tertuju pada satu poster itu. Kucari tahu informasi tentang tempat tersebut termasuk pada orang yang memposting info itu.

“selamat siang, Saya melihat lowongan kerja di perusahaan xxx dari website xxx. Apakah lowongannya masih dibuka?” tanyaku

“iya masih. Silahkan datang saja ke tempat ya..” jawabnya

“sampai kapan dibuka lowongannya.”

“akhir bulan ini.”

“persyaratannya hanya yang tercantum saja? Tidak bisa ditambahkan dengan dokumen pendukung?”

“yang tercantum saja ya, karena hanya itu yang penting.”

“baik. Terimakasih informasinya ya..”

“sama-sama.”

Baiklah. Tekadku sudah bulat akan datang ke tempat tersebut. Kupersiapkan segala persyaratannya dengan rapi. Entah kenapa aku bersemangat sekali akan hal ini. Mungkin karena respon yang baik dan cepat dari salahsatu karyawannya tadi. Tapi hatiku juga sepertinya yakin bahwa inilah tempat ku bekerja nanti. Semoga.

Semua persiapan telah selesai. Saat sedang rebahan di kasur, baru kuingat bahwa besok adalah hari sabtu. Hari dimana sebagian besar tempat kerja libur. Untuk mendapat kepastiannya aku pun menghubungi si pemberi informasi itu.

“selamat malam. maaf ganggu. Besok kan hari sabtu, apa kantornya tutup?”

“sabtu masuk ya sampai jam dua siang.”

“iya besok saya akan kesana. Terimakasih ya..”

Iya sama-sama. Semoga berhasil.”

Oke, karena hari sabtu tetap buka saya pasti akan meluncur kesana esok hari. Mudah-mudahan saja ada rejekinya.

**

Berangkat!! Berbekal alamat perusahaan yang nama jalannya tidak kukenal namun daerahnya aku tahu, akupun memutuskan untuk naik kendaraan umum yang memiliki jalur kesana agar menghindari kebingungan dan pastinya tidak tersasar. Sampai disana, aku tanya pada tukang becak tentang alamat itu. Dia bilang lurus lalu belok kanan. Oke aku ikuti petunjuknya. Tapi tak kutemukan juga. Kutanya lagi pada tukang parkir, dia mengatakan,

”di depan mbak yang ada mobil sedan itu terus belok kiri. Ada tulisan nama perusahaannya di plang.”

Akupun menurutinya dan syukurlah sampai juga di tempat tujuan. Memang ini tempatnya. Tetapi, yang kulihat pagar disana tertutup dan digembok. Pikirku, apa hari ini libur? Tapi dari info yang kudapat bahwa hari sabtu tetap masuk. Aku sms saja mbak si pemberi informasi itu dan menanyakan hal ini. Tapi balasan dari dia tak kunjung datang. Aku mulai bingung. Apa aku harus pulang dan hari senin kembali lagi kesini? Tapi aku masih penasaran masa iya tutup sih. Kutunggu agak lama di depan pagarnya. Menengok kesana kemari seperti orang bingung. Kini kepercayaan diriku menciut. Kecewa. Sudah besar harapanku ternyata malah seperti ini. Hmmm..

Eh tunggu dulu! Saat aku membelakangi pagar, ternyata ada seseorang yang keluar dari sana. 

“ada perlu apa mbak?” tanyanya

“begini pak, saya mau  melamar kerja. Benarkan ini PT xxx?” jawabku

“iya, silahkan masuk mbak.”

“baik pak terimakasih.”

Masuklah aku kedalam tempat itu. Dipersilahkannya aku duduk dengan perasaan lega tapi bingung juga sih.

“sebentar ya mbak, saya panggil Pak Adam dulu.” Ucapnya

“iya pak silahkan.” Jawabku

Pasti Pak Adam itu atasannya. Pikirku.

Tak lama datanglah seorang pria menghampiriku. Dia masih muda. Tampan, putih, tinggi. Mungkin seumuran juga denganku. Siapa dia? Aku bertanya-tanya. Tak sadar hatiku pun berdebar.

“selamat siang, saya Adam.” Ucapnya.

Dia memperkenalkan diri padaku sambil mengajak berjabat tangan.

Dalam hatiku. Eh? Ini Pak Adam? Atasannya? Masa sih? Sumpah aku ga nyangka banget! Ternyataaaaaaa ^^

“saya Isyana. Saya mau melamar pekerjaan, pak. Saya dapat informasi lowongan pekerjaan disini dari website xxx.” Jawabku agak gugup.

“iya memang benar disini sedang membutuhkan karyawan. Baik saya terima dulu berkas lamarannya. Bisa ditunggu saja kabar selanjutnya ya. Ada nomor teleponnya?” tanya dia

“ada pak. Di dalam surat lamaran dan CV juga.”

“baik saya akan pertimbangkan dulu ini. Ditunggu saja ya kabarnya.” Ucapnya dengan santai dan memberiku sebuah senyuman.

“iya pak terimakasih. Kalau begitu saya permisi pak.”

“iya. Hati-hati ya di jalannya.” Ucapnya

Keluar dari sana di pikiranku malah terbayang-bayang dia. Semua rasa kecewa itu langsung hilang setelah bertemu dengannya. Kepercayaan diriku kembali dan meningkat drastis. Malahan aku ingin ingin ingin sekali kerja di tempat itu. Bagaikan durian runtuh. Mungkin ini pertanda juga saat aku klop dengan pekerjaan itu, eh aku menemukan bonusnya juga. Walaupun masih ngambang nasibku disana, tapi aku sangat optimis. Lamaran pekerjaan mengantarkanku bertemu sang pangeran. Lewat pertemuan pertama dengannya, aku merasa telah jatuh cinta

No comments:

Post a Comment