find me on:

Monday, June 23, 2014

Cerpen: Satu Nama dalam Do’a


Tak ada kesan yang berarti diawal perjumpaan aku dan dirinya. Tatapan yang terjadi diantara kami pun seolah tak berarti apa-apa. Aku acuh, dia pun demikian. Cukup saling mengenal, tanpa butuh keakraban.
Pernah kami bersama dalam satu waktu yang tak direncanakan. Saling berkomunikasi, bertukar pikiran, hingga canda tawa terjadi diantara kami. Namun itu terasa biasa saja. Tanpa ada rasa canggung ataupun segan. Semua berjalan apa adanya.

Hingga pada suatu waktu, ketika terdiam dalam lamunanku, entah ada angin apa, tiba-tiba pikiranku tertuju pada dia. Terlintas seketika bayangannya di otakku. Heran sekali. Sampai ku berusaha mengelak dan menganggap itu hanya bualan semata. Selalu kutanggapi dengan senyuman miring. Berpikir bahwa hal itu sangat konyol. Hmmm.. menjengkelkan!!

Tanpa sadar kuhadirkan dia dalam khayalan tingkat tinggiku setiap malam sebelum kupejamkan mata menyambut bunga tidur yang kuharap selalu memberi keindahan. Terbayang jelas lukisan parasnya yang membuat bibirku tersenyum tulus. Membuat hatiku bahagia bukan kepalang. Ini hanya sebuah imajinasi, namun berhasil membuatku benar-benar menginginkannya. Kuberharap Tuhan mengabulkan doaku untuk menghadirkan dia dalam mimpi indahku di setiap malam. Walaupun setiap jawaban yang kutunggu tak kunjung tiba, kumenanti dengan penuh kesabaran. Ini cinta…

Kini setiap pertemuan kami selalu kuanggap special. Begitu berharga untukku. Dia yang sekarang membuat jantungku berdebar bila melihatnya. Yang membuatku jadi salah tingkah bila dia berada di sekitarku. Memaksa diri ini untuk mencari perhatian dia. Hingga mataku yang tak pernah letih untuk memandang dia. Inginku hentikan waktu bila didekatnya. Dan kupercepat waktu untuk dapat bertemu dengannya lagi. Dia.. dia.. dia…

Dalam setiap ibadahku doa tak pernah luput kupanjatkan pada Sang Pencipta. Hanya untuk orangtuaku dan aku. Tapi semenjak kulabuhkan dia dihati, doa itu menambah tujuannya. Kusertakan dia dalam setiap doa yang kupanjatkan kepada-Nya. Ini baru pertama kalinya kusebut nama seseorang dalam doaku. Tak pernah sebelumnya aku melakukan hal ini walau sudah pernah ada yang singgah dihatiku. Tapi kini dengan dia, aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Entah apa yang melatarbelakangi, kata hatiku selalu ingin menyebut dia dalam doa tulusku. Berharap Sang Pencipta mengabulkan apa yang aku ucap dalam pintaku. Aku merasa yakin dengan dia. Semoga tak sekedar harapan belaka. Kuingin dia juga rasakan yang sama. Menjawab kesungguhan hati ini. Hanya dia, ‘satu nama’ yang terucap dalam doa yang kupanjatkan dengan tulus kepada-Nya.