Title: 'Pengacara' ShiraKazu: Banting Setir
Author: Harucin
Cast: Alan Shirahama & Ryuto Kazuhara (GENERATIONS from EXILE TRIBE)
Genre: Comedy, Friendship, Fan Fiction AU
Length: One Shot
Masih jadi 'pengacara' alias pengangguran banyak acara, hari-hari dari ShiraKazu dihabiskan dengan berbagai aktivitas yang tak menentu. Bahkan pemasukan dan pengeluaran mereka pun tak dapat dipastikan. Terkadang rejeki datang bertubi-tubi yang bisa membawa keduanya pada makanan lezat untuk masuk ke dalam perut dengan damai, bahkan dompet pun tak lagi kosong walau hanya mampu terisi oleh selembar kertas berharga atau koin-koin seadanya. Tapi.. sering juga keadaan sulit menghimpit mereka. Di saat hanya bisa berkeliaran tak jelas dari pagi hingga malam tanpa menghasilkan, terpaksa mereka tak bisa jajan dan cukup makan dengan makanan seadanya di rumah masing-masing. Untungnya, mereka tak pernah stres akibat keadaan ini, hanya dengan bernyanyi disertai iringan musik sederhana, dapat membuat ShiraKazu melupakan bahwa betapa kerasnya hidup ini.
~Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik~
Anggap saja lagu dari salahsatu band asal Indonesia ini memiliki versi Bahasa Jepangnya, jadi bisa mereka nyanyikan tanpa kebingungan. //oke skip//
Suara dari Kazu mengalun dengan indah nan lembut serta gitar yang dipetik oleh Shira menjadi pengiringnya. Jangan salah, meski mereka kesusahan dalam mendapat pekerjaan, tapi bukan berarti keduanya tak memiliki bakat. Jiwa musik nyatanya telah mengalir sejak dini di dalam darah mereka. Shira yang tertarik pada permainan alat-alat musik dan Kazu yang tak pernah letih untuk mengasah vokalnya dalam bernyanyi. Sempat terlintas dalam pikiran mereka untuk menseriusi hobi ini menjadi sebuah langkah dalam berkarir. Tapi itu sungguh tak mudah. Kesempatan belum datang pada mereka, meski bertahun-tahun telah berlalu.
Jangan bersedih, mereka tetap diakui sebagai musisi handal di lingkungan keluarga! Apalagi kini ShiraKazu mendapat tawaran dari Obaa-chan yang tinggal di samping rumah mereka untuk menyumbangkan beberapa lagu di perayaan ulang tahun ke tigaperempat abadnya. Menjadi tetangga selama lebih dari 40 tahun, beliau sudah tahu apa saja kebiasaan yang suka mereka lakukan. Bahkan saat keduanya masih bayi pun, Obaa-chan ikut andil dalam membantu ibu mereka untuk mengasuh serta memberi wejangan-wejangan.
"Jadi apa kalian bersedia untuk bernyanyi di ulang tahun Obaa-chan?" tanya beliau pada duo ini saat mereka disuruh datang ke rumahnya di hari yang masih pagi. Duduk tegap di ruang tengah yang menjadi tempat kesukaan beliau.
"Obaa-chan akan membayar kami, kan?" Kazu dengan cepat menyambar. Jika mendapat suatu 'perintah', yang pertama ada di otaknya hanya uang, uang dan uang.
"Ish! Mulut lo tuh gak bisa dijaga! Gimana kalo Obaa-chan tiba-tiba tersinggung terus lemparin ember lagi! Masa sama tetangga mau itung-itungan!" bisik Shira menegur Kazu. Dia takkan pernah lupa pada amukan Obaa-chan jika sedang marah. Yaiyalah, wong dia sendiri yang suka jadi sumber kekesalan beliau.
Kazu tetap tak mau mengalah, "Tapi kan itu termasuk pekerjaan! Masa minta gratisan?" bisikannya malah meninggi.
Melihat gerak-gerik dari pemuda di hadapannya, Obaa-chan menanggapi dengan senyum santai, "Tenang saja! Kalian akan mendapat upah yang sesuai dengan hasil kerja kalian. Apa nominalnya telah kalian tentukan sendiri?"
"10.000 yen untuk lima lagu!" lagi-lagi, Kazu secepatnya mengambil alih jawaban atas pertanyaan tersebut seolah dia yang memiliki hak penuh akan 'pekerjaan' ini.
Tangan Shira tak sanggup berdiam. Sebuah geplakan dilayangkan ke kepala pria berotot ini hingga dia meringis.
"Gomen Obaa-chan. Ryuto-kun memang selalu begitu. Jangan didengarkan, ya.. Kami tulus kok membantu Obaa-chan. Anggap saja ini sebagai hadiah dari kami." tutur Alan dengan sangat berhati-hati.
Wajah Kazu mendadak masam ketika Shira berkata demikian. Dalam pikirannya hilang sudah pundi-pundi itu. Selamat tinggal pada makanan lezat yang telah melekat dalam bayangannya.
"Tidak, Shira-kun. Jangan menolak rejeki ini. Obaa-chan akan tetap memberi kalian bayaran. Untuk jumlahnya, biar nanti saja diketahui setelah kalian selesai bekerja."
Mendengar penjelasan dari Obaa-chan, paras Kazu yang tadinya seperti bau ketek ini berubah jadi sumringah. Ucapan beliau bagaikan kalimat terindah yang telah menyusuri ke dalam telinganya di beberapa hari ini. Senyumnya mengembang. Berganti jadi tawa lebar yang mampu menaikkan mood positif.
"Arigatou Obaa-chan! Aku berjanji akan bernyanyi dengan sebaik mungkin! Aku akan membuat ulang tahunmu jadi berkesan!" tekad Kazu. Shira hanya bisa ikut tersenyum saja.
Setelah perbincangan ShiraKazu dan Obaa-chan selesai, mereka pun pamit dari kediaman beliau. Rumah yang hanya ditinggali sendiri. Tiga anak laki-laki beliau telah berkeluarga dan hanya mengunjunginya satu bulan sekali, bahkan lebih. Namun mereka tak pernah lupa mengirimkan uang agar kebutuhan ibunya tercukupi. Dan sering meminta bantuan pada kedua ibu ShiraKazu untuk menemani beliau di kala luang.
"Alan-kun, kan tadi lo udah nolak upah dari Obaa-chan, jadi nanti, semua bayarannya sah milik gue." ujar Kazu saat mereka tengah berjalan ke luar melewati pagar rumah tersebut.
"Enak aja! Kan kita berdua, kolaborasi, jadi bayarannya dibagi dua lah!" si pria berhidung mancung itu sontak sewot. Protes pada keputusan Kazu.
"Salah sendiri lah, tadi sok-sokan pake nolak segala." sindir Kazu.
Shira masih keukeuh membela diri, "Gue cuman berantisipasi aja. Gimana kalo Obaa-chan beneran marah?"
"Tapi nyatanya gak marah, wleee!" juluran lidah ditunjukkan oleh Kazu pada Shira sembari telapak tangannya ia tuntun menuju pucuk kepala pria itu. Plak! Apa yang pria itu lakukan padanya tadi langsung mendapat balasan yang setimpal.
"Kussooo Ryuto-kun!" geram Shira akibat perlakuan ini. Terlambat baginya untuk membalas karena si Kazu sudah lari terbirit meninggalkannya dan segera masuk ke dalam rumah.
***
Di siang hari, Shira datang ke rumah Kazu mengajaknya untuk mulai latihan karena acara akan dilaksanakan besok malam. Semakin cepat, semakin baik. Semakin lancar juga nanti saat mereka mengeksekusinya. Begitu pikir Shira. Namun.. Kazu menolak mentah-mentah latihan tersebut.
"Wey! Kan lo yang bilang sama Obaa-chan kalo bakal melakukan yang terbaik. Lha ini diajak latihan malah gak mau. Acaranya besok! Besok loh!!" tegur Shira.
"Besok pagi aja daah, atau ntar malam! Soalnya ini bentar lagi klub baseball favorit gue mau tanding, gak boleh dilewatin!" Kazu meminta untuk mengulur waktu latihan. Baginya, kali ini menonton pertandingan bola kasti merupakan hal yang paling penting di atas segalanya.
Percuma, mau diomeli hingga mulut Shira berbusa pun, dia tak peduli. Kepalanya sudah keras seperti batu, mustahil bisa dihancurkan. Akhirnya Shira kembali ke rumahnya dengan membawa kekesalan.
Menyaksikan pertandingan olahraga tak bisa lepas dari rasa excited bahkan tak sadar untuk melepas teriakan, kan? Saking serunya menikmati setiap apa yang ditampilkan. Kadang gemas jika mendapat kegagalan. Dan sorak sorai pun pecah di saat kemenangan berhasil diraih. Itulah yang saat ini tengah dilakukan oleh Kazu. Tak terhitung berapa kali dia berteriak saat menontonnya, juga tak terduga bahwa raganya tak bisa diam untuk mengeluarkan ekspresinya ketika mengikuti tayangan tersebut. Berkali-kali ditegur oleh sang ibu, namun hanya sahutan "ya" saja yang ia lontar tanpa benar-benar menurutinya.
***
Malam hari, Shira kembali datang ke rumah tersebut sembari menenteng gitar kesayangan. Pemuda ini langsung disuruh oleh Kazuhara Mama pergi ke kamar anak laki-lakinya itu. Kazu mempunyai seorang adik perempuan yang masih menginjak bangku kelas 2 SMA. Ia bisa dibilang sebagai kakak yang protektif, sekarang. Dulu saat Shira sering mengajaknya main bersama di halaman rumah, ia tak pernah mempermasalahkan. Tapi sekarang ketika adiknya mulai beranjak remaja, ia khawatir jika benih-benih asmara tumbuh di antara mereka. Mana mau Kazu menyerahkan sang adik pada orang yang sudah dia ketahui kebobrokan luar dalamnya, haha. Baiklah mari kembali lagi pada ShiraKazu yang akan mulai latihan untuk mengisi acara penting saat esok.
"Lo gak modusin adek gue kan?! Gak salah masuk kamar?" baru saja Shira menapakkan kaki di ruangan tersebut tapi sudah mendapat tuduhan nyelekit.
"Kagak lah!" sangkalnya segera. Ia tahu jika kamar adiknya Ryuto berada saling hadap dengan kamar ini, tapi tak sedikitpun terlintas dalam pikirannya untuk menerobos masuk sana.
"Good!" Kazu mengacungkan dua jempol.
Tak mau mengulur waktu lagi, Shira langsung mengajak Kazu untuk fokus pada latihan. Berdiskusi mengenai daftar lagu yang akan mereka bawakan esok hari. Telah diputuskan bahwa duo ShiraKazu bakal menampilkan tiga buah lagu. Tentu saja, Kazu yang berperan sebagai vokalis dan Shira mengiringi dengan gitar legendnya.
Latihan dimulai. Menyesuaikan nada masing-masing agar bisa menjadi satu kesatuan harmoni yang mengalun indah serta memberi kesan mendalam. Walau sudah terbiasa bermusik bersama, namun kali ini rasanya berbeda. Ada beban yang dipikul di pundak masing-masing yang membuat keduanya tak bisa melakukan hal ini dengan asal.
Baru satu putaran di tiga lagu yang mereka mainkan, Kazu sudah meminta berhenti. Selama bernyanyi tadi, ia terus saja berdeham kemudian batuk-batuk seakan ada sesuatu yang mengganggu pita suaranya hingga nada yang ia lantunkan kurang enak didengar.
"Ehem ehem.. Uhukk,"
"Kenapa lo?" tanya Shira aneh.
"Latihannya udahan dah Alan-kun, dilanjut besok lagi. Kayaknya malam ini suara gue udah kecapean." jelas Kazu.
Karena tak mau memaksa, akhirnya Shira menurut saja. Toh sekarang pun sudah pukul 10 malam, rasa kantuk mulai menguasai diri masing-masing. Dia pamit dan kembali berpesan pada Kazu tentang latihan di esok pagi.
"Yaudah gue balik sekarang. Besok jam 9 kita latihan lagi. Udah fix ya kita bakal mainin lagu-lagu itu." Shira memastikan.
Tanda ok diberikan oleh Kazu sebagai jawabannya. Shira pun segera menghilang dari hadapan dia dalam sekejap.
***
Esok tiba. ShiraKazu sengaja tidak menjelajah 'dunia luar' seperti yang rutin mereka lakukan di setiap hari. Karena sudah jelas, fokus mereka kini hanya pada persiapan untuk tampil di perayaan istimewa Obaa-chan samping rumah. Ini bukan acara besar sih, yang hadir hanya ketiga anak beliau beserta menantu dan cucunya. Ditambah ShiraKazu mama dan lima orang ibu-ibu lain yang menjadi tetangga terdekat beliau.
Sejak pagi setelah sarapan, Shira telah berkutik dengan gitar kesayangan menyetel nada agar jadi sempurna. Tersisa satu jam lagi hingga latihan dimulai. Sementara Kazu...
"Yabbbaaiiii!!" gerakan bibirnya mengacu pada satu kata itu. Sebuah masalah besar ia alami di waktu yang sungguh rentan ini. Bagaimana bisa ini terjadi? Padahal nanti malam ia sudah mutlak harus dalam kondisi yang fit segalanya. Sumber utama yang akan menjadi perhatian malam ini, kini malah berada di situasi yang sulit.
Ia segera keluar rumah. Menembus pagar rumah Shira dan mengetuk-ngetuk pintunya dengan tergesa seolah hal yang akan ia sampaikan begitu darurat.
Pintu terbuka, Shira Mama menyambutnya. "Ohh Kazu-kun, pasti mau bertemu Alan ya?" tanyanya ramah.
Kazu mengangguk. Mama mengatakan bahwa anaknya itu ada di balkon atas sedang bermain gitar, beliau mempersilahkan Kazu untuk langsung menyusul ke sana saja.
Orang yang dicari telah Kazu temukan bersamaan dengan dia yang menoleh setelah merasakan derap langkah kaki semakin mendekat ke arahnya.
"Uyy dah dateng lo? Belum jam 9 loh, kayaknya lo semangat banget. Bagus!!" Shira malah memuji Kazu yang telah datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan.
Kazu merespon dengan gelengan kepala. Wajahnya malah panik. Bibirnya kemudian bergerak berusaha mengucapkan kata-kata, "Alan-kun, yabai!" ucapnya.
Namun.. suara itu tak bisa terdengar jelas oleh telinga Shira. Hanya bisikan saja yang mampu menerobos ke indera pendengarannya. "Lo ngomong apa sih? Pake bisik-bisik segala." bingungnya.
Kazu mengibas kedua tangannya. Seolah memberi tanda bahwa apa yang dikatakan oleh Shira itu tidak benar.
"Kenapa sih, Ryuto-kun?" Shira makin tak mengerti pada maksud kawannya itu.
"Ehem.. Uhuk uhuk.." sebelum membalas lagi, Kazu coba menstabilkan suaranya lagi. Namun tetap tak berhasil. Yang bisa keluar dari mulutnya hanya suara serak bahkan hilang-hilang dan berujung pada bisikan lagi.
Shira masih belum memahami betul pada apa yang tengah dialami oleh Kazu. "Ngomong yang bener, Ryuto-kun! Kok malah tetep bisik-bisik gitu."
Menyerah, apa yang diucapkan Kazu tak bisa tersampaikan pada Shira. Jalan pamungkas, ia pun mengetik kehendaknya melalui ponsel, dan diberikan pada Shira untuk dibaca.
Suara gue hilang, Alan-kun. Gimana dong??
Setelah kalimat ini diterima oleh otaknya, barulah Shira paham pada apa yang tadi ingin disampaikan oleh si pria pemilik suara emas itu, tapi sekarang suaranya malah lenyap.
"HAHHH??" Shira menganga. Ia terkejut pada tulisan itu.
"JANGAN BERCANDA!!" suaranya meninggi saking tak percayanya.
Gelengan kepala dan kibasan tangan Kazu merupakan perwakilan untuk jawaban itu.
Shira ingin memastikan lagi jika Kazu tak membual pada pengakuannya. Ia meminta pria itu untuk berkata sesuatu, namun naas.. hasil yang didapat tetap sama. Suara Kazu tak konsisten antara timbul-hilang dan berujung tak terdengar sama sekali. Jika begini, bagaimana mereka bisa latihan? Dan parahnya.. Bagaimana dengan pekerjaan di malam hari ini? Itu akan segera tiba kurang dari 12 jam lagi. Tapi apakah suara Kazu akan kembali seperti semula dengan secepat itu? Untuk bicara saja ia kesulitan, apalagi bernyanyi. Yang membutuhkan suara konsisten untuk mencapai setiap nada yang terlantun. Terutama nada tinggi, karena lagu yang akan mereka tampilkan tak lepas dari nada tersebut.
"Kok bisaaaa??!" kini Shira ingin mengetahui penyebab si otot kekar itu kehilangan suaranya tiba-tiba. Padahal semalam tak ada masalah.
Kazu mengedikkan bahu. Ia pun tak mengerti mengapa ini bisa menimpa dirinya.
Tik- tok- tik- tok
Hening sejenak. Mereka malah saling pandang menampakkan wajah panik. Hingga akhirnya Shira mendapat hidayah tentang si penyebab itu.
"Gue tau!! Ini pasti karena lo nonton pertandingan baseball kemaren? Sambil teriak-teriak sampe kedengeran ke rumah gue!" sangka Shira. Faktanya, karena saking semangat, Kazu sampai tak ngeh bahwa suaranya yang menggelegar itu bisa terdengar hingga ke rumah sebelah, tempat tinggal Shira.
Kazu pun menyadari dengan apa yang dituduhkan oleh Shira. Kemungkinan besar memang ini pemicunya. Ia tak bisa mengelak lagi, kini kepalanya malah tertunduk sebagai perwujudan dari rasa menyesal.
"Terus gimana donggg?!! Elu mah cari mati, Ryuto-kun!!!" begitu geregetnya Shira pada kecerobohan yang dilakukan oleh Kazu. Ia semakin panik. Otaknya tersendat untuk mencari cara agar Kazu mendapatkan suaranya lagi sesegera mungkin. Namun mustahil. Waktu takkan cukup menunggu hingga ia bisa bernyanyi dengan normal lagi. Apa yang harus mereka lakukan nanti malam di acaranya Obaa-chan.
Kazu mengetikkan sesuatu lagi di ponselnya,
Lo aja yang gantiin gue nyanyi!
"Bakayaro! Mana mungkin bisa!" Shira mengumpat pada ide gila yang dicetuskan Kazu. Mustahil baginya untuk bernyanyi di depan banyak orang, apalagi Obaa-chan. Tak ingatkah dia jika beliau secara tak langsung alergi pada 'suara'nya Shira. Hanya ember dan panci saja yang akan dia hadapi ketika nenek itu mendengar suara Shira yang selalu melengking tanpa aturan.
Nyanyinya yang bener dong makanya. Suara lo gak parah-parah banget kalo diseriusin!
Kazu terus berharap bahwa hal yang dianggap mustahil ini bisa menjadi mungkin. Berdoa jika Tuhan memberi keajaiban pada mereka di 20 menit berharga nanti. Durasi dari penampilan keduanya.
Masih saja, Shira tak bisa nekat akan hal ini. Mungkin yang dikatakan oleh Kazu itu benar, jika diseriusi, suara Shira akan terdengar lebih baik. Tapi.. semua itu kembali pada waktu. Butuh latihan keras dan memakan waktu lama untuk merealisasikannya. Dan tak mungkin, akan mengalami perubahan pesat hanya dalam waktu beberapa jam.
Mati lah kita...
Eh, gue punya ide!!!
Wajah si Kazu yang panik itu berubah jadi tersenyum misterius. Membawa hawa menegangkan pada diri Shira.
***
Malam telah datang. Acara akan segera dimulai. ShiraKazu begitu tegang untuk menghadirinya. Hati yang dagdigdug menguasai jiwa dan raga mereka untuk memberikan penampilan ini. Semua masih belum kembali normal. Tak mungkin Kazu bisa bernyanyi secara langsung saat itu juga, dan tak mungkin Shira bisa menggantikannya. Ide untuk tukar posisi di pagi tadi tak menemui titik terang. Namun ada satu lagi ide tak terduga yang telah Kazu utarakan. Setelah dipikir-pikir, ini bisa jadi jalan keluarnya.
Semua undangan telah berkumpul. Perayaan dengan dekorasi sederhana namun memberi kesan yang teramat menghangatkan. Semua keluarga Obaa-chan telah berkumpul. Begitupun dengan para tetangga dekat yang sudah dianggap seperti keluarganya juga.
Sebelum tampil, ShiraKazu menghampiri nenek dulu. Mereka berinisiatif untuk menampilkan hiburan lain agar suasana jadi semakin meriah, "Obaa-chan, apa kami hanya bernyanyi saja di sini?" tanya Shira.
"Ya.. Kalian tinggal bernyanyi saja." balasnya ramah. Moodnya sedang dalam kondisi yang sangat bagus.
"Ano.. bagaimana jika kami memberi hiburan lain? Kan di sini sudah disetel musik-musik juga, jadi menurut kami itu akan terasa membosankan." Shira terus membujuk nenek untuk bisa mengijinkan mereka melakukan hiburan lain tersebut. Diikuti Kazu yang menampakkan mimik muka memohon.
Obaa-chan sedikit ragu, "Tapi kalian tak akan mengacaukan acara ini, kan?" tuduhnya seketika.
Shira segera menampik, "Tidak, Obaa-chan! Aku yakin bahwa penampilan kami pasti akan menghibur semuanya! Dan Obaa-chan pun akan senang." dia seolah menjamin bahwa apa yang akan mereka tunjukkan tak akan mengalami kegagalan.
Akhirnya Obaa-chan memberi lampu hijau pada mereka. Yosh! Jalan mulus mulai dilalui. Kini saatnya menuju ke titik utama.
Sebelum acara puncak tiba, yaitu tiup lilin dan potong kue, akan ada hiburan yang ditampilkan oleh dua anak muda 'kesayangan' Obaa-chan. Walau mereka sering membuat beliau kesal, tapi beliau tak pernah bisa benar-benar marah pada mereka yang sudah dianggap sebagai cucu juga.
ShiraKazu segera menuju ke pusat di mana mereka akan tampil. Semua pasang mata hanya tertuju pada mereka, termasuk ibu masing-masing yang penasaran juga dengan apa yang akan anak-anak mereka tunjukkan ini. Tanpa microfon di genggaman Kazu, tanpa gitar di pangkuan Shira, mereka menghadap dengan tangan kosong.
"Siap lo?" bisik Shira mendekati daun telinga Kazu. Balasan ok diterimanya.
"Baiklah tamu undangan semuanya.. Kali ini kami, duo ShiraKazu akan menampilkan sebuah pertunjukkan yang sangat eksklusif! Baru pertama kali kami lakukan sebagai persembahan khusus untuk ulang tahun nenek kami tercinta." tutur Shira mengawali aksi mereka. Kazu hanya sanggup tersenyum tanpa berdosa saja seakan tak terjadi apa-apa dibalik terlaksananya pertunjukkan ini. Padahal secara tak langsung ini adalah kesalahannya sendiri yang membuat mereka harus banting setir dalam sekejap. Membuat mereka harus kelimpungan dikejar waktu agar masalah dapat teratasi. Namun ketika dia memiliki ide ajaib, semua mereka pertaruhkan pada satu harapan ini. Yang jika gagal, maka riwayat keduanya akan 'tamat'. Dan jika berhasil, maka mereka akan semakin percaya diri dengan kekuatannya. Semoga saja opsi kedua yang lebih memihak.
Hiburan yang diharapkan akan membuat penonton terkesan. Kemudian mulai tersenyum hingga tak bisa berhenti untuk menggelak tawa. Hiburan yang mungkin saja akan mereka pelajari lebih lanjut jika keberhasilan itu yang didapat. Atau mungkin menjadi ladang penghasilan mereka untuk ke depannya.
Dari posisi mereka yang bersampingan, Shira lalu mundur dua langkah, membiarkan Kazu berada di depan sendirian. Kemudian dia bersiap untuk melakukan perannya. Begitupun Shira yang mulutnya akan mengeluarkan untaian kalimat-kalimat.
Duo itu beraksi. Menampilkan pertunjukkan sebuah... Pantomim! Pantomim ala ShiraKazu. Si hidung mancung yang bercerita dengan lancarnya serta si pemilik jenggot yang menggunakan bahasa tubuh dengan lihainya. Setiap apa yang keluar dari mulut Shira digabungkan dengan gerakan juga ekspresi wajah yang ditunjukkan Kazu, sukses besar membuat semua orang yang berada di ruangan ini terbahak-bahak. Bagaimana tidak? Nada bicara yang diucapkan oleh Shira begitu menyatu dengan jalan ceritanya. Lalu, penghayatan maksimal dari Kazu dalam menyampaikan makna yang diucap Shira, bisa mengena ke hati semua orang. Kombinasi luar biasa!!
Apa yang mereka khawatirkan sebelumnya, tak terjadi. Malah hasil positif yang didapat. Hingga sampai pada ujungnya, tepuk tangan meriah bergemuruh ditujukan hanya untuk mereka berdua.
Wajah Obaa-chan teramat berseri setelah menyaksikan duo ini tampil. Beliau merasa terpuaskan dengan aksi lucu yang membuat perayaan ulang tahunnya semakin meriah. Mereka benar-benar memberikan bukti. Ucapannya tadi tak sekedar basa-basi saja.
Dua jam berlalu, acara pun selesai. Semua tamu undangan kembali ke kediaman masing-masing. Kecuali dengan keluarga sang nenek. Ya, malam ini sudah dipastikan bahwa mereka akan menginap.
Seperti yang dijanjikan tempo hari, Obaa-chan akan memberi upah atas kerja kerasnya yang ShiraKazu lakukan di acara pentingnya itu. Sebuah amplop yang pastinya berisi nominal bayaran mereka telah berpindah tangan pada Shira.
"Shira-kun, Kazu-kun. Nenek sangat berterimakasih karena kalian sudah memberikan pertunjukkan yang luar biasa." ucap beliau kala dirinya menuntun dua orang ini menuju ke kamarnya. Menyuruh mereka untuk menunggu di depan pintu, sementara dirinya masuk mengambil si pundi-pundi yen itu.
"Terimakasih kembali, Obaa-chan. Jika Obaa-chan senang, kami pun pasti senang." balas Shira tersenyum diikuti juga oleh senyuman sok manis dari Kazu. Mode diamnya yang coba untuk disembunyikan tak mengundang kecurigaan dari beliau.
Mereka pun pamit. Menuju ke rumah Kazu dulu yang lebih dekat untuk unboxing pendapatan hari ini.
"Huaahh 15.000 yen!!" jumlah yang tak disangka-sangka oleh mereka. Shira begitu excited hingga tingkah berlebihannya tak bisa dibendung lagi. Dan Kazu pun yang masih kesulitan untuk berkata, ikut mengekspresikan dengan gerakan loncat-loncat kegirangan. Dua orang ini larut dalam bahagianya.
Masing-masing telah mendapat bagiannya sama rata. Sebelum mereka berpisah di malam yang sudah hampir larut ini, sedikit pembicaraan terlempar tentang aktivitas yang akan dilakukan esok hari.
"Besok kita ngapain lagi ya?" tanya Shira.
Tanpa banyak berpikir Kazu langsung mengisyaratkan sesuatu. Lembaran uang di tangan kanannya ia kipas-kipasi ke arah wajah, lalu tangan kirinya dia tuntun untuk mengelus-elus perut. Sudah tertebak apa isi dari pikiran orang itu.
"Yashh!! Kita pake uang ini buat makan enak sepuasnya besookk!!" tanggap Shira. Mereka lalu saling beradu tangan diiringi tawa bahagia.
Bisa dikatakan bahwa keputusan yang mereka ambil ini tepat. Di saat situasi sulit menghimpit, jangan menyerah dulu akan keadaannya. Terus berpikir mencari cara untuk mendapatkan solusi. Dan terbukti, berkat keyakinan dan kerja keras, bisa membawa mereka menggapai apa yang menjadi tujuan utama.
ShiraKazu, saiku!!
-TAMAT-