Bayang-bayang
dirimu tak pernah lepas dari ingatanku sampai saat ini. Ya! saat ini yang masih
dan selalu kuinginkan adalah dirimu. Tak pernah sedikitpun kupalingkan wajah
ini pada orang lain. Hatiku masih tertutup rapat oleh kehadiranmu. Sosok kamu
yang saat itu selama bertahun-tahun selalu melukiskan keindahan di jajaran
hari-hariku dan melekatkan memori manis tepat di pusat otak ini. Ragamu yang
menjagaku sepanjang hari. Hingga membuatku yakin kau bukan hanya persinggahan,
melainkan tempat hatiku berhenti. Selamanya..
Ah..
manusia hanyalah bisa berharap. Menuliskan rangkaian rencana dalam buku
kehidupan. Tapi kembali lagi, semua ketentuan hanya milik Pencipta. Ternyata takdir
Tuhan tak sejalan dengan inginku. Aku bisa apa?
Hanya
satu kata. Rindu. Masa-masa indah yang kita ukir selama ini. Saat aku dan kamu hanyut
dalam tawa bersama. Saat kamu sering mengalah untuk keegoisanku namun tetap
bertahan dengan diriku. Kamu yang banyak memberiku pelajaran serta nilai-nilai hidup.
Oh ya, kau tahu? Pahatan nama kita di pohon itu masih terjaga. Kumpulan huruf
itu tetap terlihat jelas, Tapi tak sebanding dengan ikatan kita saat ini. Rasanya
ingin sekali aku mengulang semua kebahagiaan itu. Tak sekedar hanya mengingat
dan membongkar masa lalu. Sekarang semuanya tinggal kenangan. Tak akan terjadi
lagi kebahagiaan itu. Kau, aku merindukanmu..
Kau
menghilang. Pergi jauh tak terhitung jarak. Tak dapat lagi aku dan kamu
berjumpa secara nyata. Kita sudah tak dapat menginjak tanah yang sama. Sekarang
kau ada disana. Langit luas itulah dirimu. Kulihat wajahmu terbentuk halus di
awan. Saat malam bulan sabit bercahaya di langit menandakan kau tersenyum padaku.
Bintang pun berkilauan seperti putihnya kasih sayangmu. Selalu ku meminta pada angin
untuk sampaikan untaian kalimat yang terucap ke titik dimana kau berada. Memang
ragamu tak berwujud, namun jiwamu tetap abadi hidup dalam hatiku. Kerinduan
diriku terobati ketika memandang langit cintamu. Kutitip salam dari bumi untuk
langit cinta yang berpenghuni. Suatu saat aku pun pasti akan berada disitu. Mendampingimu
untuk kekal di keabadian.
“Kulihat awan membentuk wajahmu. Desau
angin meniupkan namamu. Bulan sabit melengkungkan senyummu. Tabur bintang
serupa kilau auramu”.
No comments:
Post a Comment