Title: LIVING IN THE DREAM
Author: Harucin
Cast: THE RAMPAGE from EXILE TRIBE (esp Suzuki Takahide), EXILE HIRO
Genre: Fan Fiction canon
Lenght: Oneshot story
Akhir pekan dan libur, merupakan keadaan normal yang patutnya bisa dirasakan oleh kebanyakan orang yang selalu memiliki kesibukan pada hari-hari biasa, namun justru jarang dirasakan oleh mereka yang bergulat dengan kesibukannya di dunia hiburan, contohnya pekerja seni. Hari dan jam kerja yang tak terikat waktu membuat si para pekerja di bidang ini harus siap 'bergerak' kapanpun dan di manapun. Saat kesempatan seperti itu bisa datang, pasti akan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar kenikmatan hidup yang diinginkan dapat terpenuhi. Hal itu pun dirasakan oleh seorang pria bernama Suzuki Takahide, yang merupakan salahsatu member dari boygroup Jepang "THE RAMPAGE from EXILE TRIBE". Mendapat libur di Hari Minggu terakhir bulan September 2021, hal yang paling ia butuhkan adalah tidur sepuasnya dan bersantai di atas kasur. Sengaja, semalaman ia begadang untuk memuaskan hobi bermain gamenya, dan akan bangun saat siang hari atau bahkan sore, atau kapanpun saja ketika perutnya sudah terasa lapar. Mungkin juga ia akan bangun jika ada sesuatu yang mengejutkan. Begitulah yang telah ia bayangkan hingga dirinya terlelap tidur lalu dalam sekejap suara ponsel tiba-tiba berdering dan membangunkannya dari rencana tidur panjang. Jam dinding yang otomatis terlihat ketika ia membuka mata masih menunjukkan pukul 07.30 pagi, harusnya saat ini ia masih tertidur nyenyak sesuai dengan rencananya jika saja tidak ada panggilan masuk pada telepon selularnya,
"Siapa.. sih.. yang nelepon..." racaunya pelan dengan mata yang terasa sulit untuk dibuka.
Inginnya ia abaikan, namun karena sudah dua kali berdering, maka Takahide memutuskan untuk mengangkatnya. Khawatir jika ini adalah panggilan yang penting meski ia belum tahu siapa yang menghubunginya. Mata yang tadinya terus tertutup karena rasa kantuk itu sontak segera terbuka lebar saat melihat sebuah nama yang tertera di panggilan masuk teleponnya. la bangun seketika dengan iringan detak jantung yang meningkat.
"Eh.. HIRO-san?" kagetnya. Nama yang sangat ia kenali dan segani. Tak ada angin, tak ada hujan, senpai sekaligus pemilik dari agensi tempat grupnya bernaung ini menjadikan nomor teleponnya sebagai tujuan untuk dihubungi. Apakah beliau salah memencet kontak? Atau memang sengaja ingin berbicara dengannya? Tapi jarang sekali hal ini terjadi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kini merasuki pikirannya.
"Moshi-moshi.. HIRO-san?" agar tanya itu mendapat jawaban, akhirnya Takahide menerima panggilan tersebut.
"Moshi-moshi Suzuki-kun, kau sedang apa?" balas orang di balik telepon.
Apa yang harus Takahide katakan? Akan malu rasanya jika ia mengaku bahwa masih tidur ketika HIRO-san meneleponnya.
"Ano.. aku.. tidak sedang melakukan apapun HIRO-san. Maafkan aku karena terlambat menerima teleponnya." inilah yang akhirnya dilemparkan oleh Takahide. la tidak berbohong sih, tapi dia pun tidak mengatakan yang sebenarnya pula. Semoga tak memberi kecurigaan pada bosnya tersebut.
"Baiklah.. saya ingin bertemu denganmu hari ini." ajakan dari HIRO-san beliau tujukan pada Takahide.
"Bertemu??" karena terkejut, Takahide mengeluarkan suara yang cukup keras, dan ia segera tersadar pada sikapnya itu. "Sumimasen, aku tidak bermaksud seperti itu, HIRO-san." ia meminta maaf.
"Tidak apa-apa, santai saja.. Jadi kau bisa kan menemuiku?"
"Bisa! Tentu saja HIRO-san." Takahide langsung menyetujuinya. Tidak mungkin ia dapat menolak, apalagi beliau menghubunginya secara langsung. Lagipula, hari in tidak ada kegiatan apapun yang akan dilakukan oleh si pria tinggi ini.
Panggilan pun berakhir. Mustahil Takahide bisa melanjutkan tidurnya lagi meski ia masih digerayangi kantuk. Sekarang ia harus bangun dan mandi! Lalu menuju ke kantor agensi dan menemui sang penelepon di ruangannya pada pukul 10.00 ini. Pasti akan ada hal penting mengenai pekerjaan yang akan mereka bahas. Bukan hanya berdua, tapi dengan semua member THE RAMPAGE dan timnya. la pikir. Tetapi... apa yang ia pikirkan ternyata tak benar. Ketika ia telah datang ke tujuan, ia hanya menemukan sang pemilik ruangan saja yang telah terduduk di balik meja kerjanya. Tidak ada siapapun selain mereka berdua.
Dengan kebingungan, perlahan Takahide melangkahkan kakinya dan duduk di hadapan HIRO-san setelah beliau menyuruhnya. la mulai bertanya, "Apakah yang lainnya belum datang?"
HIRO-san menjawab dengan santai, "Siapa? Saya hanya meminta dirimu saja untuk datang ke sini."
"Eee..?" lidah Takahide seakan kelu. Ini sungguh diluar perkiraannya. Lalu, apa yang akan dibicarakan oleh HIRO-san? Rasanya hawa keseriusan kini menyebar di ruangan tersebut hingga mampu menusuk ke dalam sel kulitnya. HIRO-san tersenyum dengan tenang.
***
Tak sampai satu jam, Takahide sudah meninggalkan kantor agensinya lagi. Tidak ada tujuan lain, ia akhirnya kembali ke kediaman. Namun.. kini lamunan yang menghiasi wajahnya. Apa yang beberapa saat lalu HIRO-san bicarakan dengannya berhasil membuat pikirannya kembali tertuju pada satu hal itu. Menjadikan fokusnya hanya berpusat di sana.
"Gue gak nyangka.." ungkapnya pelan. la masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang senpai. Tapi memang inilah kenyataannya.
"Gue pasti bisa! Ya! Gue gak akan mengecewakan HIRO-san!" secepat kilat, perasaan yakin kemudian mengaliri jiwanya. "Gue pasti bakal bikin itu dengan sebaik-baiknya!" lanjutnya bersemangat. Lalu pada akhirnya, kenikmatan di hari libur yang didambakannya sama sekali tak berjalan sesuai rencana. Namun ia tak menyesal sedikit pun. Justru kebanggaan lah yang sekarang membumbung tinggi pada dirinya.
Dinyalakanlah segera layar dari seperangkat komputer kesayangan yang akan menjadi tim suksesnya kali ini dalam menjalankan apa yang tadi dibicarakan bersama HIRO-san. Komputer yang selalu menjadi sahabat sejatinya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang ia sukai sekaligus membantu dalam pekerjaannya juga. Ketika akan memulai, Takahide sontak terpaku di depan layar itu. Terbayang-bayang kembali pada ucapan HiRO-san tadi.
"Tolong buatkanlah video tentang perjalanan grupmu dari awal terbentuk sampai saat ini. Minggu depan kita akan sama-sama melihatnya dan membicarakan mengenai langkah THE RAMPAGE ke depan. Saya percayakan ini pada keahlianmu, Suzuki-kun."
Tanggung jawab besar yang harus dipikul oleh Takahide langsung dari pak bos. Di dalam grupnya, memang dia yang paling handal untuk mengurus hal seperti ini. Dan hasilnya pun sudah terbukti. Maka ia akan berusaha untuk melakukan tugas ini sampai batas maksimal kemampuannya.
***
Senin ini, pagi hingga sore hari THE RAMPAGE tengah melakukan rehearsal. Saat sedang rehat, mereka duduk secara melingkar kemudian membuka obrolan kecil,
"Eh guys, Hari Minggu besok kita ada jadwal rapat sama HIRO-san kan yaa?" ucap Zin memulai obrolan. Yang lain pun mengangguk tanda bahwa mereka telah mengetahui info tersebut.
"Kira-kira apa ya yang bakal dibicarain?" Riku penasaran.
Sementara Takahide yang merasa telah mengetahui sebagian isi dari rapat tersebut segera menjawabnya. "Kita bakal lihat dulu video perjalanan grup dari awal terbentuk sampai sekarang." jelasnya.
"Tau darimana lu?" sambar Yamasho. Mendengar tanya demikian, Takahide malah berbalik kebingungan. la pikir, teman-teman yang lain sudah mengetahui tentang ini. Tentangnya yang diminta oleh HIRO-san untuk mengerjakan tugas tersebut.
"...karena gue yang disuruh sama HIRO-san buat bikin videonya. Dan itu bakal diperlihatkan pas rapat nanti."
Shohei yang berada cukup jauh dari jangkauan Takahide segera bangun dari duduknya dan menghampiri si pemilik marga Suzuki ini, "Serius lu??!!" tanyanya terkejut. Takahide mengangguk yakin dengan ekspresi yang tampak masih bingung. Kiranya, semua member telah mengetahui ini, tetapi nyatanya belum. Ia pun akhirnya menceritakan apa yang kemarin dialaminya.
"Bagus dong! Berarti HIRO-san percaya banget sama lo!" tanggap Likiya pada penjelasan Takahide.
"Yup! lo gak boleh mengecewakan HIRO-san. Bikin videonya sebagus dan sedetail mungkin. Kita semua yakin kalo lo bisa!" Kazuma yang sering memberi dorongan dengan kata-katanya yang tulus, juga menyemangati sang kawan agar dapat melakukan tugasnya dengan baik.
"Arigatou minna!" Takahide tersenyum menatap semua yang ada di sekelilingnya.
***
Selasa berlalu hingga menemui akhir pekan lagi. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh Takahide baik bersama grupnya ataupun pekerjaan pribadi. Dan jelas, tugas dari HIRO-san selalu ia kerjakan dengan sangat serius sampai hari yang dituju pun akan segera tiba besok. Malam ini Takahide tinggal menyempurnakan video yang ia buat. Sebenarnya, ia sangat bisa untuk mengerjakan itu hanya dalam satu hari saja. Tapi karena ini bukan video yang seperti biasanya, mana merupakan tugas yang diberikan langsung oleh orang yang sangat ia hormati tanpa perantara juga, maka ia benar-benar memanfaatkan waktu yang diberikan untuk memastikan bahwa video itu dapat selesai dengan sempurna. Dua jam berlalu dan waktu hampir menunjukkan tengah malam. Takahide akhirnya telah menyelesaikan tugas besar ini. Video berdurasi 7 menit yang sama dengan usia terbentuknya THE RAMPAGE di tahun ini sudah siap untuk ditampilkan esok hari di hadapan para member grupnya dan tim, dan paling utama adalah HIRO-san.
~teng nong~
Ponselnya berbunyi, bunyi yang menandakan bahwa ada pesan masuk pada LINE miliknya. Kemudian suara itu muncul lagi berturut-turut membuat si pemilik segera mengalihkan pandangan dari layar komputer ke layar ponsel.
"Otanjoubi omedetou Takahide!!!"
Kalimat yang sama berderet secara menurun di dalam grup chat LINE THE RAMPAGE ketika Takahide membuka notifikasi tersebut. Hampir semua member grup ini sudah menampakkan batang hidungnya di sana. Memberi ucapan di hari kelahiran salahsatu dari mereka. Saat Takahide masih membaca chat-chat itu yang berisi doa juga, ucapan lainnya terus berdatangan seakan isi chat dari grup itu tidak ada habisnya. Sampai semua member THE RAMPAGE telah mendapat giliran, akhirnya chat itu pun berhenti. Sambil terus mesam-mesem bahagia atas ucapan ini, Takahide membalas dengan ucapan terimakasih berkali-kali.
"Gue sampe gak sadar kalo sekarang udah masuk ke hari ultah gue, haha." batinnya terus tersenyum. Menyenderkan tubuh pada sandaran kursi yang sejak tadi ia duduki di depan perangkat komputernya.
Tak cukup dalam bentuk ucapan saja, nyatanya terdapat video yang diunggah oleh Hasegawa Makoto di grup tersebut. Ketika diputar, video itu merupakan kumpulan foto-foto dari Takahide sebagai persembahan ulang tahunnya juga. Member yang lain memberi respon positif akan ini, membuat suasana di dalam grup chat itu semakin hangat walau raga mereka tak berada di tempat yang sama. Video itu pun telah Takahide unduh dan dipindahkan ke dalam komputer.
RIKU:
"Eh, btw video yang HIRO-san minta itu udah selesai lo buat kan, Takahide?"
Suzuki Takahide:
"Tenang aja, semuanya beres!"
Lalu Takahide menangkap satu bidikan foto dari sebuah CD yang di dalamnya telah berisi file video tersebut, sesuai permintaan HIRO-san. Dan ia unggah ke dalam grup chat.
Yoshino Hokuto:
"Mantap! Jangan sampai bikin HIRO-san kecewa!"
Suzuki Takahide:
"Gue jamin Hokuto-san, kalo beliau pasti bakal puas!"
Chat pun berakhir setelah Likiya sang leader membubarkan semuanya. Karena rapat akan dilaksanakan pukul 09.00 pagi, jadi mereka tidak boleh tidur terlalu larut agar tak kesiangan di esok hari. Juga agar sekujur tubuh mereka dapat terlihat segar~
***
Satu persatu member THE RAMPAGE berdatangan masuk ke dalam sebuah ruangan di kantor agensi LDH yang dikhususkan bagi mereka untuk tempat berkumpul sekaligus menyimpan barang-barang bawaan. Ketika Takahide datang, ucapan selamat ulang tahun kembali ia terima secara langsung dari mulut mereka. Tak ada yang bisa terlukis lagi dari wajah pria yang hobi mengubah gaya rambutnya ini selain senyum serta tawa yang lebar.
"Semuanya aman kan?" tanya Zin pada Takahide. la sudah tahu apa maksudnya.
"Aman!" Takahide mengeluarkan CD itu sebagai buktinya. Zin mengambil dari tangan Takahide untuk melihat-lihat.
"Good!" ucapnya. Yang lain ikut melihat pada CD itu.
Ke-16 member THE RAMPAGE telah berkumpul namun waktu masih menunjukkan pukul 8.40, staf pun belum menyuruh mereka untuk pergi ke ruangan meeting di mana pertemuan itu akan dilaksanakan.
"Takahide, ayok selfie!" rangkulan dari Riku datang secara tiba-tiba. Ia mengajak si 'pemilik hari ini' untuk berfoto bersama. Shogo tak mau ketinggalan, ia meminta Takahide untuk melakukan selfie dengannya juga. Sudah pasti, foto tersebut akan diunggah ke akun SNS masing-masing. Ada lagi, raja TikTok tentu tak akan melewatkan momen langka satu tahun sekali ini. Shohei segera merebut paksa Takahide sesaat setelah jepretan pertamanya dengan Shogo diambil. Tak boleh menolak, maka Takahide pun menuruti pinta dari Shohei untuk bersama-sama membuat konten TikTok yang bertemakan ulang tahunnya.
Cekrek~
Seorang staf lalu masuk dan memberitahukan pada para member THE RAMPAGE untuk segera pergi ke ruang meeting. Sebelum keluar ruangan, Takahide yang baru saja selesai dari 'kesibukannya', teringat pada CD yang sebelumnya telah berpindah tangan. Ia mendekat pada Zin dan memintanya kembali karena bagaimanapun itu adalah tanggungjawab dirinya. Kemudian mereka bersiap, berjalan beriringan dengan memanjang ke belakang menuju ruang meeting. Ada yang berdampingan berdua juga bertiga, yang penting beraturan.
Semuanya telah duduk rapi di dalam ruang meeting yang kini telah dilengkapi oleh layar lebar yang akan digunakan sebagai sarana untuk menonton video tersebut sesuai dengan rencana awal. Takahide yang memiliki tanggung jawab sedikit lebih besar akan ini telah menduduki tempat di dekat alat pemutar video tersebut. Hanya berkisar dua menit, orang paling penting yang tengah ditunggu telah datang. Semua yang berada di sana menyapanya ketika beliau memasuki ruangan ini. Sambil sesekali menanyakan kabar agar suasana tak terasa tegang. Walau bukan yang pertama kali, namun yang namanya pertemuan resmi dengan bos pasti tetap akan memberi efek deg-degan secara otomatis.
Sebelum HIRO-san alias bos yang dimaksud duduk di tempatnya, beliau melanjutkan langkah menghampiri Takahide yang duduk di arah seberangnya. Kemungkinan paling besar adalah beliau pasti akan menanyakan tentang video yang dimintanya, tapi ternyata...
"Selamat ulang tahun Suzuki-kun!" beliau menyelamati Takahide sembil menepuk-nepuk pelan pundaknya, layaknya seperti ayah pada anak laki-lakinya. Dibarengi dengan senyuman tulus serta sebaris doa yang diberikan untuk Takahide.
"Terimakasih banyak HIRO-san.." sambil tersenyum bahagia juga, Takahide hanya mampu membalas demikian dengan terharu.
"Semuanya sudah siap kan?" tanya HIRO-san. Takahide yang sudah paham menjawab dengan yakin.
"Baiklah, kau juga saja yang menjadi moderatornya sekalian," sekarang HIRO-san menyuruhnya untuk memandu jalannya rapat.
"Siap!" tak ada alasan bagi Takahide untuk menolaknya. Toh dia pun memiliki bakat juga di bidang ini, jadi tidak ada salahnya pula.
Takahide memulai jalannya meeting. Beberapa baris kalimat pembuka ia utarakan untuk mengawali rapat, hingga pemutaran video perjalanan karir THE RAMPAGE akan segera dilakukan. Lampu ruangan diredupkan agar tayangan tersebut dapat dinikmati dengan maksimal. Semua pasang mata kini terpusat pada layar yang lebar itu yang akan menayangkan video tersebut. Dengan debaran jantung yang lumayan cepat serta senyuman tersungging dari bibir, Takahide menekan tombol play pada remote pemutar yang ada di genggamannya.
Video tersebut menggunakan efek suara sebagai latar belakang untuk membuat tayangannya menjadi semakin hidup. Ketika suara itu terdengar, raut wajah Takahide malah berubah drastis. Sepersekian detik kemudian, layar pun menampilkan visual dari dalam CD itu. Perubahan makin jelas tampak dari wajah Takahide.
"Loh.. kok?" ia terheran. "Ini bukan video yang gue buat!"
Video tersebut sama sekali tidak menayangkan tentang grupnya sedikitpun. Setelah berjalan sekitar 30 detik, yang ada hanyalah foto-foto dari Takahide saja. Foto yang sama persis seperti video ucapan ulang tahun yang semalam Makoto unggah di grup chat LINE. Dalam kepanikan di kegelapan ini, Takahide menyadari sesuatu. Satu hal yang langsung tertangkap di otaknya. Pasti, ia sedang dikerjai oleh kawan-kawannya di hari ulang tahun ini! Mereka menukar CD yang asli dengan itu agar membuat dirinya panik. Tenang.. tenang.. Takahide coba menenangkan dirinya dengan cepat dan terus menanamkan pikiran "sedang dikerjai" ini dalam otaknya. Lambat laun bibirnya tersungging kembali. Rasa khawatirnya mereda dan ia sengaja membiarkan tayangan video itu terus berputar sampai selesai.
"Pasti setelah video ini berhenti, ntar lampunya tiba-tiba nyala sendiri dan.. surprise!!" begitulah bayangan Takahide.
Dua menit berlalu dan video pun tiba pada ujungnya. Tapi apa yang ada pada bayangan Takahide sebelumnya, belum terjadi. Lampu di ruangan masih padam sebelum ia sendiri yang menyalakannya lagi. Suasana sangat hening. Tak ada suara sekecil apapun yang terdengar. Mata-mata yang tadinya tertuju pada layar, kini berpindah menatap jeli Takahide. Dengan ekspresi wajah yang cukup dingin dan menyimpan tanya. Tampak juga kerutan yang muncul dari dahi sebagian peserta rapat ini. Satu-persatu pasang mata itu pun ditatap balik oleh Takahide. Raut tanya mereka seolah menular padanya juga. Semua yang ada pada bayangannya ternyata tak terjadi sedikitpun.
"Lo bercanda atau gimana sih?!" Ryu yang duduk di samping Takahide berbisik meminta kepastian mengenai yang barusan terjadi.
"Bercanda?" Takahide mengulang kata tersebut.
"Ngapain malah muterin video ultah lu?"
"Lha, bukannya kalian lagi ngerjain gue?" sangka Takahide. "Karena gue lagi ultah, jadi CD yang aslinya udah dituker."
"Astaga.. Takahide.." Ryu tidak bisa melanjutkan kalimatnya lagi. Ia menepuk jidat.
Masih penasaran, Takahide lalu menghampiri Zin. Ia ingat jika Zin lah yang terakhir kali memegang CD itu, "Zin-san, kok bisa gini?" Takahide bisik-bisik padanya.
"Hah? Kenapa malah nanya gue?" Zin tidak mengerti. Kemudian Takahide menjelaskan singkat tentang dugaannya, namun Zin menyangkal.
Ia mengatakan tidak tahu apa-apa, dan bentuk CD-nya yang ia berikan pun memang masih sama dengan CD yang dibawa oleh Takahide. Ia malah menyangka balik jika Takahide yang salah dalam mengcopykan filenya.
"Daripada ngeributin soal ini, coba lu lihat mukanya HIRO-san!" Zin mengalihkan fokus pada sang bos.
Ketika Takahide menoleh, saat itu pula HIRO-san beranjak dari duduknya dan segera meninggalkan ruangan dengan ekspresi wajah dingin tanpa sepatah kata pun. Detak jantung Takahide terpacu dengan cepat akibat reaksi dari HIRO-san. Ia sudah menebak jika beliau pasti marah besar. Dan jelas, merasa kecewa.
Disusul lah beliau oleh Takahide. la coba menahannya sambil tak mengesampingkan kesopanan. Meminta maaf berkali-kali dan mengatakan jika ini adalah kesalahannya. Tidak ada gunanya untuk dia berkelit, karena yang menjadi fokusnya kini adalah membuat HIRO-san kembali lagi ke ruang meeting, meski tugas darinya tak dapat dilaksanakan dengan baik. Karena Takahide pun tak tahu ke mana perginya CD yang asli, jadi video itu tidak dapat ia pertontonkan pada HIRO-san saat ini juga.
"HIRO-san, aku mohon jangan pergi." Takahide terus memintanya agar tidak meninggalkan rapat sebelum waktunya berakhir. Wajahnya yang memelas sungguh tak tega untuk dilihat.
Berpikir sejenak sambil tetap diam, akhirnya orang yang dimohon-mohon pun bersuara. "Baiklah, kita lanjutkan saja rapatnya tanpa menonton video yang kau buat." tiada ekspresi berarti, HIRO-san meloloskan kata-kata ini dari mulutnya. Mereka berdua berjalan menuju ke tempat semula lagi dengan perasaan hati Takahide yang sungguh tak enak. Ia sangat merasa bersalah. Jika bisa, ia ingin lenyap saja dari hadapan HIRO-san sekarang juga.
Beberapa senti lagi mencapai ambang pintu, langkah dari HIRO-san terhenti. Beliau yang berjalan duluan di depan Takahide merogoh saku kemeja yang dikenakannya. Mengeluarkan ponsel dan tampak menghubungi seseorang. Sebelum itu, beliau telah berkata,
"Masuk saja duluan Suzuki-kun."
Takahide menurut. Selagi HIRO-san sedang sibuk dengan ponselnya, ia pun kembali masuk ke ruangan meeting. Membuka pelan si daun pintu sampai suara cukup keras yang mengejutkan ketika ia menapakkan kaki lagi ke dalam sana sukses memompa kembali detak jantungnya yang masih tak beraturan. Wajah paniknya muncul kembali malah melebihi sebelumnya.
"Happy Birthday Takahideeee!!!"
Kekompakan suara dari belasan orang yang ada di dalam ruangan ini pecah saat mereka mengatakan kalimat yang sama. Menjadikan volume suara itu semakin keras dan menggema. Dua kali, suara mengejutkan terdengar lagi. Itu datang dari party popper yang dilesatkan oleh Kenta, setelah yang pertama nyatanya datang dari Rui. Yang lain pun ikut melesatkan si benda pemeriah itu dari tangan masing-masing. Kemudian suara terompet ala-ala yang ditiup oleh Takuma serta Kaisei menyusul seakan berlomba untuk memengangi telinga setiap orang. Di sana ada satu orang pula yang heboh sendiri di dalam keramaian ini. Seperti biasa, penggila TikTok itu mengabadikan momen kejutan ini. Namun dia pun tetap ingin eksis di dalam momen tersebut. Astaga!
Tak tahu bagaimana harus berkata, tak tahu bagaimana harus bersikap, Takahide hanya mampu mematung di hadapan mereka. Bahkan tubuhnya terasa lemas serta pikirannya kosong. Meski tawa para kawan-kawan membuncah dan terarah padanya, namun Takahide sungguh tak menyangka akan mengalami hal seperti ini di dalam hidupnya.
"Kannn bener gue dikerjain!!" perasaan Takahide begitu campur aduk. Hanya gelak tawa kepuasan yang ia terima.
"Kayak mimpi, tapi beneran. Tapi mending jadi mimpi aja kalo dikerjain sampe segininya.." ia terus merutuk.
"Daripada ngomel, coba deh lo tengok ke belakang." Makoto menyuruh Takahide untuk melihat apa yang ada di belakangnya.
Ketika Takahide memutar tubuh, ia menemukan jika HIRO-san, yang ia ketahui tengah sibuk dengan ponselnya, kini sedang membawa sebuah kue ulang tahun yang cantik serta dihiasi oleh lilin yang menyala dengan angka 2 dan 3, sesuai dengan usia barunya. HIRO-san tersenyum dan berjalan mendekat ke arahnya. Semakin dekat.. dekat.. dan..
-PLOK!!-
Kue itu mendarat di wajah Takahide tanpa ampun. Tak tanggung, masih dalam keadaan lilin yang menyala. Refleks Takahide berteriak akibat api yang kini bersentuhan dengan kulit wajahnya.
PANAASS!! PANAASS!! AAAAAKKK!!!
Dengan bola mata yang melebar, napas memburu, jantung berpacu cepat, dan keringat mengucur di dahi, Takahide terus mengusap-ngusap wajahnya. Tapi, kali ini ia tidak merasakan apapun. Diam sebentar coba menenangkan diri lagi. Kemudian melihat ke sekitar. Keadaannya sangat sepi. Tak ada siapapun di sini, hanya dia seorang. Latar tempat pun berubah.
"Ini kan kamar gue?" ia kebingungan. Celingak-celinguk.
Segera Takahide duduk lalu mencari ponselnya. Inilah yang pertama kali terpikirkan. Ia melihat pada layar tersebut. Tanggal yang tertera menunjukkan angka 26 bulan September tahun 2021.
"Haahhh??" ia semakin tak mengerti. Menepuk-nepuk pipinya cukup keras sampai akhirnya ia tersadar.
"Ini nyata! Sekarang adalah kenyataan!"
Tubuhnya melemas dan ia terbungkuk tak bertenaga. Lirihnya, "GUE HABIS MIMPI TERNYATA.. MIMPI ULANG TAHUN??!!" mimpi yang ia rasakan bahwa dirinya benar-benar hidup di dalam sana. Mengalami hal itu dengan nyata. Ia yang memang menjalani harinya seperti itu. Mimpi burukkah? Atau mimpi baik? Ia tak dapat menilai. Untuk memastikan, ia membuka kamera di ponsel, dan mengecek wajahnya. "Huh!! Gapapa.. muka gue gak melepuh gara-gara api dari lilin di kue.."
"Ternyata cuman mimpi.."
"Ah! Atau.. ini pertanda kalo gue bisa lihat masa depan?" pikiran ngaco mulai bersarang di otaknya. Ia kembali lagi melihat ponsel, ternyata saat ini sudah pukul setengah 4 sore. Tentunya, waktu 'pertemuan' dengan HIRO-san yang ada di dalam mimpi sudah lewat beberapa jam lalu. Dan tak ada telepon masuk pula di ponselnya sampai saat ini.
"Yah.. emang mimpi sih.. haha.." ia tertawa dalam kemirisan saat mengingat lagi akhir dari kisah di mimpi itu. Tubuhnya merinding seketika. "Mana mungkin juga HIRO-san ikut-ikutan ngerjain orang ultah? Dan juga, beliau tega gitu nemplokin kue panas ke muka??" ia malah berubah nyengir.
"Yaudah lah, mending gue mandi aja sekarang biar segerrr."
Takahide pun bangkit dari tempat tidurnya. Baru beberapa langkah menuju pintu, ponselnya lalu berbunyi.
Ia terpaku, menoleh perlahan ke arah suara tersebut,
"Jangan-jangan.."
-TAMAT-
No comments:
Post a Comment