Saturday, August 18, 2018

Fan Fiction: Story (5)


Part 5: Let Me Fly
(Nakatsuka Yuta, Kazuhara Ryuto)

"Hisashiburi Mi-chan.." ucap Yuta-kun memulai percakapan.

"Hisashiburi.." balasku.

"Mengejutkan sekali.. Sejak kapan kamu ke sini?" tanya dia lagi.

"Dua tahun lalu. Aku dapat pekerjaan di sini." balasku lagi.

"Souka.. eee.. anoo,..ahh, rasanya jadi kaku gini.." ucap dia sambil menggaruk kepala.

"Hai.. aku rasa begitu.." balasku.

"Mi-chan temannya Ryuto-kun?" Yuta-kun mencari topik pembicaraan.

"Kazuhara-san awalnya teman adikku sih, tapi aku pun berteman dengannya sekarang." jawabku.

"Taishi-kun? dia udah sebesar apa sekarang?" tanyanya lagi.

"Hai.. Yuta-kun masih ingat dia? Sekarang adikku ada di tingkat dua universitas." balasku.

"Aku ingat walau baru ketemu satu kali. Tapi kayaknya dia yang udah gak ingat sama aku." ucapnya tertawa kecil.

"Ya ya ya.. Aku rasa dia emang udah gak ingat sama Yuta-kun" balasku dengan tawa juga.

"Ah! Mi-chan juga kenal Ryota?" tanya dia penasaran.

"Katayose-kun? Hai.. dia teman SD ku.." jawabku.

"Hanya teman aja kah?" tanyanya lagi makin penasaran. Aku tetap mengangguk-angguk menjawab iya.

"Ini kenapa sih, waktu itu Katayose-kun gak percaya kalo Yuta-kun temen sekolah gue, sekarang juga sebaliknya.." Batinku. Kemudian Kazuhara-san keluar dari dapur. Tapi dia malah bergegas pamit untuk pergi ke minimarket membeli bahan yang kurang dan memintaku bersabar menunggu sedikit lama. Sekarang hanya ada aku dan Yuta-kun di sini. Suasana kembali kaku saat dia mengucap satu kata,

"Gomen ne Mi-chan.." ucapnya serius menatapku. Aku mengerti apa maksudnya..

**
-Flashback-

Tahun 2009

Aku sering melihat pria itu ada di sekitaran halaman belakang sekolah dekat kelasku di separuh jam istirahat. Setiap hari. Teman-teman pun menyadarinya. Dia adalah anak tingkat dua di sekolah yang berarti senpaiku. Saat aku dan teman-teman beberapa kali lewat di depannya, dia selalu tersenyum padaku kemudian pergi. Satu hari, karena saking penasaran aku pun memberanikan diri bertanya padanya.

"Sumimasen.. apa yang sedang senpai lakukan di sini? Aku sering melihatmu.." tanyaku.

"Aku.. aku.. menunggu seseorang." jawabnya.

"Siapa? Mungkin aku kenal. Nanti akan aku sampaikan padanya." tanyaku lagi.

"Ano.. ano.. Aku.. menunggumu. Aku ingin berkenalan denganmu.." jawabnya malu-malu.

"Eh? Aku? Eh?" aku pun kebingungan.

"Hai.. Aku ingin berteman denganmu. Bolehkah?" tanyanya.

"Boleh sih.. Watashi wa Moriyama Midori desu.." jawabku merasa aneh dan mulai memperkenalkan diri.

"Boku wa Nakatsuka Yuta desu.." balasnya.

"Apa selama ini senpai ada di sini cuman buat nunggu aku?" tanyaku. Dia mengangguk sambil tertunduk.

"Eeehh? Uso?" ucapku lagi .

"Uso janai.." balasnya.

"Eee.. Bagaimana kalau kita mengobrol di kantin saja? Aku sudah lapar.." ajakku.

"Tidak usah. Aku akan kembali lagi ke kelas. Terima kasih Moriyama-san karena telah mau menjadi temanku." ucapnya kemudian berlari pergi.

"Aneh banget sih tuh orang. Bikin gue bingung aja.." keluhku.

Waktu berlalu, dia jadi sering menungguku di depan pintu kelas dan mengajak makan bersama. Dia orang yang tak banyak bicara. Tapi perhatiannya padaku tak seperti teman biasa. Dia juga mampu menghiburku yang suntuk akan pelajaran. Candaannya yang garing dan tidak jelas malah bisa membuat pikiranku segar kembali. Aku rasa dia menyukaiku. Aku pun ingin mengenalnya lebih jauh. Hari demi hari kami semakin dekat dan mulai pergi keluar bersama. Tepat di ketiga kalinya kami pergi bersama, dia menyatakan perasaannya padaku.

"Moriyama-san.. Aku menyukaimu. Maukah kamu jadi pacarku?" tanyanya.

"Hai.." kku menjawab diikuti dengan senyuman.

"Bolehkah aku memanggilmu Mi-chan, kayak teman-temanmu?" tanyanya.

"Boleh kok,, hmmm kalo gitu aku akan memanggilmu Yupi." ucapku. Kami tersenyum berpandangan satu sama lain. Lalu dia mendaratkan ciuman dengan lembut di bibirku pada saat itu juga. Yupi bukan cinta pertamaku, namun dia lah pemilik ciuman pertamaku.

Kini kami menjadi sepasang kekasih. Kisah masa sekolahku bertambah indah dengan kehadiran Yupi di hidupku. Melukiskan kedamaian di hari-hariku. Dia sangat mencintai dance. Sebelum kami saling kenal pun dia sudah ikut sekolah tari. Seringkali dia menunjukkan keahliannya di depanku. Dibalik sifatnya yang pemalu, dia bisa mengekspresikan diri dalam tarian. Dia bilang ingin menjadi profesional, namun tak akan melupakan pendidikan. Aku sangat mendukung keinginannya itu. Dia juga menyukai binatang. Selama dua kali dalam sebulan kami berkencan ke kebun binatang. Tapi dia tak pernah mengajakku untuk pergi ke toko hewan peliharaan, karena dia tahu aku memiliki satu musuh besar di sana. Lalu apa yang aku suka? Yang aku suka adalah dirinya. Yupi memiliki hati yang tulus dan lembut hingga aku merasa beruntung bisa disayangi olehnya. Kejujurannya juga membuat kepercayaan diantara kami menguat. Kesabaran dia dalam menghadapi kemarahanku sulit ditemukan dalam diri pria manapun. Apa aku bisa menemukan pria selain dia yang akan meminta maaf duluan meskipun tidak bersalah? Dia teramat baik dan kadang aku berpikir bahwa akulah yang tak pantas bersamanya. Aku tak bisa memberi timbal balik yang sama padanya. Tapi aku menyayangi dia. Maka dari itu, aku akan terus berusaha menjaga hubungan ini.

Dua tahun berlalu. Asam manis percintaan anak muda kami lalui bersama. Kini Yupi menunggu kelulusannya dan aku akan berada di tingkat akhir sekolah. Setahun lalu kami berjanji akan pergi ke Universitas yang sama setelah lulus. Tapi kini, dia mengubah pikirannya.

"Ano Mi-chan.. aku gak akan pergi ke Universitas. Maaf.." ucapnya.

"Nande? Bukankah kamu udah janji? Terus apa yang akan Yupi lakukan?" tanyaku.

"Kamu tau kan aku sangat mencintai dance, dan sekarang waktu yang tepat buat mewujudkan itu." jawabnya.

"Jadi maksudmu?" tanyaku lagi.

"Aku bakal ke Tokyo.. mewujudkan mimpiku." ungkapnya. Jawabannya membuat aku berpikir liar.

"Yupi akan meninggalkanku? Kamu udah gak menyayangiku lagi?" tanyaku meninggi.

"Bukan begitu.. kita masih bisa bertemu. Semuanya bakal baik-baik aja.." jawabnya menenangkanku.

"Aku gak bisa.. aku gak mau.." jawabku lagi yang kini mulai mengeluarkan air mata.

"Jangan menangis Mi-chan.." ucapnya.

"Kamu menyuruhku jangan menangis sedangkan kamu lah yang membuatku menangis!" bentakku.

"Aku mohon mengertilah Mi-chan.." ucapnya.

"Tapi gak semudah itu.. Pertama, kamu sudah mengingkari janji. Kedua, bukankah kamu bilang akan tetap ada di sini bersamaku?" kesalku.

"Kita masih bisa bersama Mi-chan.. Gak akan terjadi apa-apa sama hubungan kita." jelasnya.

"Kamu yakin akan menjadi sukses dengan mimpimu ini?" tanyaku menantang.

"Aku yakin.. makanya.. dukung aku kali ini.." ucapnya. Aku tetap menggeleng-geleng kepala.

"Baiklah! Mulai sekarang, pikirkan saja dirimu sendiri. Jangan pedulikan aku. Jangan pernah temui aku lagi!" bentakku padanya dan kemudian pergi meninggalkan dia.

Sejak saat itu sampai dia benar-benar lulus dan meninggalkan sekolah, kami sudah tak berkomunikasi lagi. Walau dia terus-menerus menghubungiku, aku lah yang tak mau lagi berhubungan dengannya. Dia tetap tak mau mengubah pikirannya, maka akupun juga tak akan mengubah pikiranku. Tak ada kata putus terucap diantara kami. Namun jalinan cinta ini memang tak bisa dipertahankan lagi. Sampai pesan terakhir yang dia kirimkan padaku, "Hari ini aku pergi ke Tokyo. Mungkin kamu akan selamanya membenciku, tapi aku berharap kamu bisa berdoa untuk mimpiku..". Pesan terakhirnya yang membuatku sulit menghentikan air mata. Kebimbangan yang kurasakan memberatkan pada keegoisanku, hingga hubungan kita lah yang menjadi korbannya.

-Flashback end-
**

"Jangan meminta maaf.." jawabku tertunduk.

"Aku telah mengecewakanmu. Gomen.." ucapnya lagi. Teringat kembali olehku memori yang menyakitkan itu. Sambil tetap tertunduk aku tak kuasa menahan sesak di dada. Dan air mata keluar membasahi pipiku lagi untuk yang kedua kalinya di tempat ini.

"Jangan meminta maaf.. Aku yang salah.." ucapku lagi yang makin merasa bersalah saat dia terus meminta maaf atas kesalahan fatal yang justru aku lakukan. Lalu kedua tangannya menggapai punggungku. Memberikan pelukannya padaku setelah tujuh tahun berlalu. Walau perasaanku sudah tak sama, tapi aku masih bisa merasakan kehangatan itu.

"Mi-chan.. Aku ingin kamu tak membenciku lagi. Sekarang kita bisa mulai semuanya dari awal." ucapnya yang masih memelukku.

"Hai.. Aku juga gak mau hubungan kita selamanya buruk. Mari lupakan yang terjadi saat dulu.." jawabku.

Dia melepas pelukannya. Kami sepakat memulai lagi hubungan yang baik sebagai teman. Kami sudah sama-sama dewasa dan tak perlu menyimpan kekesalan serta penyesalan masa lalu lagi. Sekarang segala tentang aku dan Yuta-kun telah terselesaikan, tanpa terencana. Pertemuanku dengannya pun sama sekali tak ada bayangan. Inilah takdir yang telah Tuhan tulis. Tempat ini menjadi saksi dari berakhirnya masa laluku.

"Sudah hapus air matamu.. Jangan cengeng lagi Mi-chan.." ucapnya sambil menenangkanku. Saat itu perut ini bersuara lagi dan dia menertawaiku. Suasana kembali membaik. Dia membawakanku air untuk mengganjal perut dulu walau itu tak berpengaruh. Kazuhara-san yang dari luar pun kembali.

"Loh kenapa pintunya kebuka setengah? Kalian habis keluar?" tanyanya pada kami berdua.

"Dari tadi kita ada di sini kok nungguin lo." jawab Yuta-kun. Aku mengangguk.

"Apa gue yang lupa nutup ya?" gumamnya.

"Mungkin saja. Karena aku dan Yuta-kun memang gak keluar dan gak ada yang datang juga ke sini." jawabku meyakinkan.

"Baiklah.." jawabnya ke arahku. Saat melihat mataku yang sembab, dia bertanya lagi,

"Midori-san? Kau menangis lagi? Temen gue lo apain Yuta-kun?" ucapnya meninggi

"Gak gue apa-apain! Beneran!! Dia juga kan temen gue.." jawab Yuta-kun tegang

"Tadi.. tanganku terbentur saat di toilet, itu menyakitkan.." jawabku mengelak

"Coba aku lihat tangannya.." dia mengecek tanganku dan bilang ini baik-baik saja. Yuta-kun hanya memperhatikan gerak-gerik temannya itu tanpa berkata apapun. Sekitar 15 menit berlalu, Kazuhara-san selesai membuat makanan dan kami bertiga makan bersama. Dia menaruh beberapa sayuran di masakannya, tapi aku tak bisa memakan itu. Aku tak menyukainya.

"Apa sayurannya gak enak?" tanya Kazuhara-san padaku.

"Mi-chan gak suka itu Ryuto-kun.." jawab Yuta-kun. Aku mengangguk.

"Makanlah.. Ini sehat untukmu.." paksanya.

"Gak mau! Kau saja yang makan sendiri.." aku mulai kesal.

"Ayok makan! Aaaaaa.. kalau gak mau, berarti Midori-san gak menghargai masakanku! Cepat makan.." paksanya lagi yang kini akan menyuapkan sayuran itu padaku. Rasanya aku seperti tersihir oleh Kazuhara-san dan menuruti apa yang dikatakannya. Aku terima lah suapan dari dia dan dia pun tersenyum.

"Heeee? Beneran dimakan?" ucap Yuta-kun terkejut.

"Enak kan?" tanyanya.

"Hai.." aku menjawab pelan. Sebenarnya aku tak merasakan dengan jelas bagaimana rasanya, tapi entah kenapa mulutku berkata demikian.

"Yasudah, habiskan makanannya. Setelah itu, kau pulang dan istirahat.." suruhnya.

"Kazuhara-san mengusirku?!" responku sewot.

"Iie.. Apa kau mau tidur di sini saja? Bersamaku?" candanya.

"Baaaakaaa!!" balasku. Yuta-kun hanya menopang dagu sambil tertawa-tawa saja melihat tingkahku dan Kazuhara-san.

"Mi-chan udah punya pacar kah?" tanya Yuta-kun disela perdebatan aku dan Kazuhara-san.

"Ahh itu.. aku masih senang sendiri. Kalau Yuta-kun?" balasku.

"Pacarku ada dua sekarang.." jawabnya.

"Uso!! Aku tau kamu bukan orang yang seperti itu.." ucapku.

"Kamu lihat! Ini pacarku.." Yuta-kun mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto berisi dua ekor landak padaku.

"Ahhh kawaiiii.. Yuta-kun pasti sangat bahagia dengan kedua pacarmu ini hahaha.." tawaku.

"Ehmm ehmm.." Kazuhara-san memotong obrolan aku dan Yuta-kun.

"Yaudah kita lanjut makan lagi Mi-chan.." Ucap Yuta-kun sambil melirik curiga ke arah Kazuhara-san.

Pukul 11 malam, sampai juga di kamarku tercinta! Sebelumnya aku melihat dulu keadaan Taishi dan syukurlah.. dia sudah merasa baikan. Sekarang perutku sudah kenyang dan waktunya tidur. Sudah terlalu malam untukku mandi. Jadi, aku membatalkannya. Tak apalah. Sekali ini saja. Sebelum menutup mata aku mengecek ponsel sebentar dan ada dua buah pesan disana.

-Yuta-kun-
"Mi-chan, aku senang melihatmu dengan Ryuto-kun.. Berbahagialah.."

-Kazuhara-san-
"Oyasuminasai Midori-san.."

Kedua pesan itu mengguratkan senyuman di bibirku. Aku yang kini telah benar-benar berdamai dengan masa lalu bisa menjalani 'kehidupan baru' dengan mantap. Memang sih aku telah lama menghilangkan dia dari hidupku, tapi sekarang aku merasa lebih plong telah menuntaskannya. Dia akan tetap menjadi kenangan yang indah bagiku. Aku berharap Yuta-kun bisa mendapatkan wanita yang lebih baik daripada aku. Dan untuk pesan yang kedua, ini pertama kalinya dia mengirimiku pesan selama kita kenal. Perasaan tak menyangka dan senang bercampur dihatiku. Aku yakin dia sudah tak bersikap dingin lagi padaku. Aaahhh aku ingin bermimpi indah malam ini!

-bersambung-

2 comments:

  1. Pengen jdi midori-san trus jadiannya sama Alan... 😌😌 // maaf ini bukan cerita untukmu~//



    Semngattt nulisnyaaa cindy chwaaann~ 💪

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita lihat nanti apakah benang ceritanya sampai kesana? //halahh//

      Semangaatttt

      Delete