Part 6: Into You
(Kazuhara Ryuto, Sano Reo, Sekiguchi Mandy)
(Kazuhara Ryuto, Sano Reo, Sekiguchi Mandy)
Siang ini bosan kurasakan. Jam istirahat telah selesai begitupun pekerjaanku. Namun waktu pulang masih terhitung lama. Aku terpenjara di ruangan kotak pencari nafkah ini tak bisa pergi kemana-mana. Jika nekat? Teguran bos bahkan surat peringatan melayang. Mengobrol dengan rekanku pun mustahil karena mereka masih memiliki kesibukan. Mau tidur? Aku tak pernah bisa melakukan itu. Mengotak-atik ponsel adalah jalan satu-satunya. Tapi tetap saja tak asyik, hanya membuka sosial media, menscroll terus menerus, itu saja. Aku coba mengechat Asuka, belum ada balasan. Begitupun dengan Angel, walau nanti malam kami bertiga sudah ada janji bertemu sih. Sempat ku terpikir Katayose-kun, tapi saat kumelihat pada story instagramnya, hari ini dia sedang syuting. Jadi aku tak boleh mengganggu dia. Aku membayangkan satu nama, tapi sungguh tak mungkin bagiku untuk menghubunginya. Membosankan...
~Big City Rodeo.. Rodeo.. Rodeo..~~~
Ponsel berdering. Satu nama yang kubayangkan itu adalah si penelepon. Oh my God! Aku coba mengucek-ngucek mata dan memang nama itulah yang muncul.
"Moshi-moshi.." angkatku pelan.
"Konnichiwa Midori-san! Apa aku mengganggu?" tanyanya.
"Tidak! Aku tidak sibuk. Ada apa Kazuhara-san?" tanyaku. Untuk yang pertama kalinya dia meneleponku. Di waktu yang pas sekali. Saat aku bosan dan merasa sendiri dia tiba-tiba hadir menemani.
"Eee anoo.. apa lukamu sudah sembuh?" tanyanya lagi.
"Kau baru menanyakan itu sekarang? Ini sudah hampir seminggu, lukanya pasti sudah sembuh lah.." jawabku meninggi.
"Gomen gomen.. akhir-akhir ini aku sibuk sekali. Jangan marah." jawabnya.
"Hahaha aku bercanda Kazuhara-san! Untuk apa aku marah, kau bukan siapa-siapaku.." tawaku. Tapi sejujurnya aku sedikit kecewa karena dia baru menghubungiku sekarang. Sejak pesan pertama yang dia kirimkan itu, dia tak pernah mengirimiku pesan lagi dan menanyakan keadaanku. Tapi mungkin aku yang terlalu berharap tinggi padanya. Sudahlah..
"Kalau aku jadi siapa-siapanya Midori-san bagaimana? Marah kah?" ucapnya.
"Memangnya kau mau jadi siapanya aku? Hahaha.. Ehh tapi Kazuhara-san sudah jadi temanku sih." jawabku.
"Hai aku memang temanmu.." ucapnya tertahan.
"Nanti malam aku akan berkunjung ke tempatmu. Bolehkah?" tanyanya lagi.
"Hmm boleh sih.. udah ada janji sama Taishi?" tanyaku.
"Iie.. aku ingin ke sana saja." balasnya.
"Hmm apa kau ingin bertemu denganku? Hahaha" candaku.
"Ya.. aku merindukanmu.." jawabnya lembut.
"Ehh?? Chotto.. Candaanmu gak lucu.. Apaan sih.." balasku mengelak tapi malah senyum-senyum dengan hati yang berdebar.
"Kau selalu membuat semua jadi candaan saja.. Hmmm" ucapnya lemas.
"Apa sih!! Udah ah.. Oh iya! Nanti malam pun Asuka dan Angel bakal datang ke tempatku." ucapku memberitahu.
"Oh kau sudah ada janji dengan mereka? Yasudah aku tunda saja dulu.." balasnya.
"Gak gitu juga kali... Kazuhara-san datang saja, kita kumpul rame-rame. Banyak orang semakin seru kan? Taishi juga ada kok.." ajakku.
"Hai hai aku akan tetap datang. Apa aku bawa makanan saja dari sini?" tanyanya.
"Tidak perlu Kazuhara-san.. Aku berniat memesan pizza langgananku. Kau tinggal datang saja.." balasku.
"Baiklah.. Kalau begitu sampai jumpa nanti malam.." ucapnya berniat menyudahi percakapan kami.
"Tunggu! Apa Kazuhara-san sudah tidak ada keperluan lagi denganku?" tanyaku yang enggan mengakhiri percakapan kami.
"Aku rasa tidak.. Kenapa? Midori-san ingin bicara sesuatu?" tanyanya.
"Tidak.. Baiklah,, sampai jumpa.." kami pun mengakhiri percakapan ini. Sulit sekali untukku berkata bahwa aku masih ingin berbicara dengannya. Aku benci dilanda kebosanan dan kesendirian ini. Tapi rasanya mulutku terkunci rapat untuk mengatakan isi hatiku padanya. Huaahh
Jam pulang tiba. Sepertinya Tuhan mendengar doaku tadi, beberapa saat setelah aku selesai bertelepon, pekerjaan yang baru pun datang. Meskipun hanya secuil dan aku mampu menyelesaikan kurang dari dua jam, tapi itu bisa menolongku. Syukurlah..
Malam harinya di tempatku, Asuka dan Angel telah datang. Mereka akan menginap malam ini. Kemudian Kazuhara-san pun tiba juga. Kami berkumpul di ruang tengah sambil menunggu pesanan yang diantar.
Ting tong~ ting tong~
"Selamat malam! Pesanan tiga kotak pizza berukuran jumbo telah datang." ucap si pengantar itu.
"Arigatou Yumi-chan!" jawabku.
"Douitashimashite! Kayaknya Moriyama-san lagi ngadain pesta? Tumben pesannya banyak." tanyanya lagi.
"Bukan pesta sih, aku cuman lagi kumpul aja sama temen-temen. Yumi-chan mau ikut? Yuk! Kita makan bareng." ajakku. Pizza yang diproduksi di tempat dia bekerja adalah langgananku. Dan orang yang berlangganan untuk mengantarkan pesanan ke tempatku adalah Yumi-chan. Aihara Yumi. Makanya lambat laun aku mengenal dia dan sering mengobrol. Ia berusia sama dengan adikku bahkan menempuh pendidikan kuliah di tempat yang sama walau berbeda jurusan sambil bekerja part time. Aku bangga dengan gadis ini. Sempat ingin kudekatkan dengan Taishi tapi dia mengatakan bahwa dia telah memiliki kekasih. Akupun mengurungkan niat itu.
"Maaf aku gak bisa Moriyama-san.. Masih banyak pekerjaan. Kapan-kapan aja yaa hehe.." balasnya. Dia pun berpamitan padaku.
"Pizza dataanngg~~~" ucapku pada mereka.
"Eh? Aku sering memakan pizza ini. Temanku suka memesannya.." ucap Kazuhara-san.
"Hmmm ini memang enak sih.." balasku.
"Nee-chan kok lama sih! Itu yang nganter pasti Yumi kan? Makanya ngobrol dulu.. Kebiasaan!" kesal adikku.
"Bawel banget! Kamu gak suka apa sama dia? Hmm coba kalo dia gak punya pacar, udah aku jodohin sama kamu tuh!" balasku pada Taishi.
"Yumi.. Pizza.. aku ingat sesuatu.." gumam Kazuhara-san.
"Ryuto-san bicara apa?" tanya Angel.
"Iie.. bukan apa-apa.." jawabnya.
"Ano Ryuto-san.. Makanan kesukaan Alan-san apa? Aku punya referensinya, tapi ingin memastikan aja." tanya Asuka.
"Hmmm aku rasa dia suka apa saja, kecuali tomat." jawabnya.
"Hai aku tau sekali tentang itu.. Padahal ajak dia ke sini aja, aku ingin bertemu idolakuuu.." ucap lagi Asuka nyaring
"Bukannya lo udah sering liat dia tampil live kan? Belum ketemu dari mananya coba.." sambarku.
"Bukan kayak gitu Mi-chan! Gue pengennya ketemu deket gini, ngobrol bareng, makan bareng.. Ryuto-san tolong pertemukan kami, Angel-san tolong! ya Tuhaaann kabulkan doaku!" ucap Asuka si fangirl heboh yang semakin ngawur ini. Kami hanya tertawa saja melihatnya.
"Stres nih orang! Udah kelaperan jadinya gini nih.. Yuk makan." ajakku.
Kami menikmati makanan ini. Bercerita pula. Sesekali membuat permainan agar suasana tak membosankan. Menonton televisi bersama juga. Lalu ponselku yang ada di dekat Angel berbunyi,
"Mi-chan! Nih pangeran jerapah lo telepon.." ucap Angel.
"Siapa? Pangeran apaan?" balasku. Aku mengangkatnya kemudian pindah ke kamar.
"Mi-chan dan Ryota-san makin deket yaa.. Mereka pacaran gak sih? Mi-chan gak mau cerita sama aku." ucap Asuka.
"Tau deh.. Ryuto-san! Taishi-kun! Apa kalian tau sesuatu?" tanya Angel.
"Itu bukan urusanku.." jawab Kazuhara-san singkat.
"Apa sih yang gak diketahui seorang Taishi? Semuanya aku tau, tapi rahasiaaa hahaha" ucap Taishi.
"Percuma lah nanya sama bocah ini. Malah bikin emosi." kesal Asuka.
"Ano.. aku harus pulang sekarang, ada urusan mendadak. Sampaikan salamku untuk Midori-san." Kazuhara-san pun terburu-buru pulang.
Angel dan Asuka saling pandang kebingungan pada sikap Kazuhara-san dan Taishi malah asyik sendiri menikmati pizza. Aku masih bertelepon dengan Katayose-kun. Seperti biasa, menanyakan kabar, kesibukan dan hal lainnya. Sekitar satu jam berlalu kami mengakhiri obrolan dan aku keluar dari kamar menemui yang lainnya lagi. Kulihat satu orang menghilang dari sini.
"Kazuhara-san mana?" tanyaku.
"Dia udah pulang dari tadi, katanya ada urusan mendadak, dia titip salam juga sama lo." jawab Asuka.
"Gue ngantuk nih, tidur duluan yaa." ucap Angel diikuti Asuka juga. Mereka ke kamarku duluan sedangkan aku masih berdiri mematung di ruang tengah dengan Taishi.
"Nee-chan harusnya tau kenapa Kazu-senpai tadi pulang.." ucap Taishi.
"Tau apa?" tanyaku.
"Belum sadar juga? Otak Nee-chan kayaknya lemot buat hal ini. Cari tau sendiri lah jawabannya.." Taishi pun ikutan masuk ke kamarnya.
"Bakayaro! Dia ngomong apaan sih? Gak jelas banget." keluhku sambil membersihkan ruang tengah. Hubungi tidak yaa.. Hubungi tidak yaa.. Aku ingin menanyakan langsung mengapa dia pulang tiba-tiba, tapi nyaliku masih saja ciut seperti tadi siang. Bodo lah!
**
Beberapa hari kemudian.
~Big City Rodeo.. Rodeo.. Rodeo..~~~
Ponsel berdering. Satu nama yang kubayangkan itu adalah si penelepon. Oh my God! Aku coba mengucek-ngucek mata dan memang nama itulah yang muncul.
"Moshi-moshi.." angkatku pelan.
"Konnichiwa Midori-san! Apa aku mengganggu?" tanyanya.
"Tidak! Aku tidak sibuk. Ada apa Kazuhara-san?" tanyaku. Untuk yang pertama kalinya dia meneleponku. Di waktu yang pas sekali. Saat aku bosan dan merasa sendiri dia tiba-tiba hadir menemani.
"Eee anoo.. apa lukamu sudah sembuh?" tanyanya lagi.
"Kau baru menanyakan itu sekarang? Ini sudah hampir seminggu, lukanya pasti sudah sembuh lah.." jawabku meninggi.
"Gomen gomen.. akhir-akhir ini aku sibuk sekali. Jangan marah." jawabnya.
"Hahaha aku bercanda Kazuhara-san! Untuk apa aku marah, kau bukan siapa-siapaku.." tawaku. Tapi sejujurnya aku sedikit kecewa karena dia baru menghubungiku sekarang. Sejak pesan pertama yang dia kirimkan itu, dia tak pernah mengirimiku pesan lagi dan menanyakan keadaanku. Tapi mungkin aku yang terlalu berharap tinggi padanya. Sudahlah..
"Kalau aku jadi siapa-siapanya Midori-san bagaimana? Marah kah?" ucapnya.
"Memangnya kau mau jadi siapanya aku? Hahaha.. Ehh tapi Kazuhara-san sudah jadi temanku sih." jawabku.
"Hai aku memang temanmu.." ucapnya tertahan.
"Nanti malam aku akan berkunjung ke tempatmu. Bolehkah?" tanyanya lagi.
"Hmm boleh sih.. udah ada janji sama Taishi?" tanyaku.
"Iie.. aku ingin ke sana saja." balasnya.
"Hmm apa kau ingin bertemu denganku? Hahaha" candaku.
"Ya.. aku merindukanmu.." jawabnya lembut.
"Ehh?? Chotto.. Candaanmu gak lucu.. Apaan sih.." balasku mengelak tapi malah senyum-senyum dengan hati yang berdebar.
"Kau selalu membuat semua jadi candaan saja.. Hmmm" ucapnya lemas.
"Apa sih!! Udah ah.. Oh iya! Nanti malam pun Asuka dan Angel bakal datang ke tempatku." ucapku memberitahu.
"Oh kau sudah ada janji dengan mereka? Yasudah aku tunda saja dulu.." balasnya.
"Gak gitu juga kali... Kazuhara-san datang saja, kita kumpul rame-rame. Banyak orang semakin seru kan? Taishi juga ada kok.." ajakku.
"Hai hai aku akan tetap datang. Apa aku bawa makanan saja dari sini?" tanyanya.
"Tidak perlu Kazuhara-san.. Aku berniat memesan pizza langgananku. Kau tinggal datang saja.." balasku.
"Baiklah.. Kalau begitu sampai jumpa nanti malam.." ucapnya berniat menyudahi percakapan kami.
"Tunggu! Apa Kazuhara-san sudah tidak ada keperluan lagi denganku?" tanyaku yang enggan mengakhiri percakapan kami.
"Aku rasa tidak.. Kenapa? Midori-san ingin bicara sesuatu?" tanyanya.
"Tidak.. Baiklah,, sampai jumpa.." kami pun mengakhiri percakapan ini. Sulit sekali untukku berkata bahwa aku masih ingin berbicara dengannya. Aku benci dilanda kebosanan dan kesendirian ini. Tapi rasanya mulutku terkunci rapat untuk mengatakan isi hatiku padanya. Huaahh
Jam pulang tiba. Sepertinya Tuhan mendengar doaku tadi, beberapa saat setelah aku selesai bertelepon, pekerjaan yang baru pun datang. Meskipun hanya secuil dan aku mampu menyelesaikan kurang dari dua jam, tapi itu bisa menolongku. Syukurlah..
Malam harinya di tempatku, Asuka dan Angel telah datang. Mereka akan menginap malam ini. Kemudian Kazuhara-san pun tiba juga. Kami berkumpul di ruang tengah sambil menunggu pesanan yang diantar.
Ting tong~ ting tong~
"Selamat malam! Pesanan tiga kotak pizza berukuran jumbo telah datang." ucap si pengantar itu.
"Arigatou Yumi-chan!" jawabku.
"Douitashimashite! Kayaknya Moriyama-san lagi ngadain pesta? Tumben pesannya banyak." tanyanya lagi.
"Bukan pesta sih, aku cuman lagi kumpul aja sama temen-temen. Yumi-chan mau ikut? Yuk! Kita makan bareng." ajakku. Pizza yang diproduksi di tempat dia bekerja adalah langgananku. Dan orang yang berlangganan untuk mengantarkan pesanan ke tempatku adalah Yumi-chan. Aihara Yumi. Makanya lambat laun aku mengenal dia dan sering mengobrol. Ia berusia sama dengan adikku bahkan menempuh pendidikan kuliah di tempat yang sama walau berbeda jurusan sambil bekerja part time. Aku bangga dengan gadis ini. Sempat ingin kudekatkan dengan Taishi tapi dia mengatakan bahwa dia telah memiliki kekasih. Akupun mengurungkan niat itu.
"Maaf aku gak bisa Moriyama-san.. Masih banyak pekerjaan. Kapan-kapan aja yaa hehe.." balasnya. Dia pun berpamitan padaku.
"Pizza dataanngg~~~" ucapku pada mereka.
"Eh? Aku sering memakan pizza ini. Temanku suka memesannya.." ucap Kazuhara-san.
"Hmmm ini memang enak sih.." balasku.
"Nee-chan kok lama sih! Itu yang nganter pasti Yumi kan? Makanya ngobrol dulu.. Kebiasaan!" kesal adikku.
"Bawel banget! Kamu gak suka apa sama dia? Hmm coba kalo dia gak punya pacar, udah aku jodohin sama kamu tuh!" balasku pada Taishi.
"Yumi.. Pizza.. aku ingat sesuatu.." gumam Kazuhara-san.
"Ryuto-san bicara apa?" tanya Angel.
"Iie.. bukan apa-apa.." jawabnya.
"Ano Ryuto-san.. Makanan kesukaan Alan-san apa? Aku punya referensinya, tapi ingin memastikan aja." tanya Asuka.
"Hmmm aku rasa dia suka apa saja, kecuali tomat." jawabnya.
"Hai aku tau sekali tentang itu.. Padahal ajak dia ke sini aja, aku ingin bertemu idolakuuu.." ucap lagi Asuka nyaring
"Bukannya lo udah sering liat dia tampil live kan? Belum ketemu dari mananya coba.." sambarku.
"Bukan kayak gitu Mi-chan! Gue pengennya ketemu deket gini, ngobrol bareng, makan bareng.. Ryuto-san tolong pertemukan kami, Angel-san tolong! ya Tuhaaann kabulkan doaku!" ucap Asuka si fangirl heboh yang semakin ngawur ini. Kami hanya tertawa saja melihatnya.
"Stres nih orang! Udah kelaperan jadinya gini nih.. Yuk makan." ajakku.
Kami menikmati makanan ini. Bercerita pula. Sesekali membuat permainan agar suasana tak membosankan. Menonton televisi bersama juga. Lalu ponselku yang ada di dekat Angel berbunyi,
"Mi-chan! Nih pangeran jerapah lo telepon.." ucap Angel.
"Siapa? Pangeran apaan?" balasku. Aku mengangkatnya kemudian pindah ke kamar.
"Mi-chan dan Ryota-san makin deket yaa.. Mereka pacaran gak sih? Mi-chan gak mau cerita sama aku." ucap Asuka.
"Tau deh.. Ryuto-san! Taishi-kun! Apa kalian tau sesuatu?" tanya Angel.
"Itu bukan urusanku.." jawab Kazuhara-san singkat.
"Apa sih yang gak diketahui seorang Taishi? Semuanya aku tau, tapi rahasiaaa hahaha" ucap Taishi.
"Percuma lah nanya sama bocah ini. Malah bikin emosi." kesal Asuka.
"Ano.. aku harus pulang sekarang, ada urusan mendadak. Sampaikan salamku untuk Midori-san." Kazuhara-san pun terburu-buru pulang.
Angel dan Asuka saling pandang kebingungan pada sikap Kazuhara-san dan Taishi malah asyik sendiri menikmati pizza. Aku masih bertelepon dengan Katayose-kun. Seperti biasa, menanyakan kabar, kesibukan dan hal lainnya. Sekitar satu jam berlalu kami mengakhiri obrolan dan aku keluar dari kamar menemui yang lainnya lagi. Kulihat satu orang menghilang dari sini.
"Kazuhara-san mana?" tanyaku.
"Dia udah pulang dari tadi, katanya ada urusan mendadak, dia titip salam juga sama lo." jawab Asuka.
"Gue ngantuk nih, tidur duluan yaa." ucap Angel diikuti Asuka juga. Mereka ke kamarku duluan sedangkan aku masih berdiri mematung di ruang tengah dengan Taishi.
"Nee-chan harusnya tau kenapa Kazu-senpai tadi pulang.." ucap Taishi.
"Tau apa?" tanyaku.
"Belum sadar juga? Otak Nee-chan kayaknya lemot buat hal ini. Cari tau sendiri lah jawabannya.." Taishi pun ikutan masuk ke kamarnya.
"Bakayaro! Dia ngomong apaan sih? Gak jelas banget." keluhku sambil membersihkan ruang tengah. Hubungi tidak yaa.. Hubungi tidak yaa.. Aku ingin menanyakan langsung mengapa dia pulang tiba-tiba, tapi nyaliku masih saja ciut seperti tadi siang. Bodo lah!
**
Beberapa hari kemudian.
Tak biasanya aku tak langsung pulang saat aktivitas kantor berakhir. Setelah makan bersama kerabat, hari ini aku ingin sejenak pergi ke taman kota dahulu sendirian. Menghirup udara malam hari tidaklah buruk juga. Bisa menyegarkan pikiranku yang baru saja menyelesaikan pekerjaan melelahkan di akhir bulan. Dan besok libur, aku bebas! Orang berlalu lalang datang ke sini. Tak terkecuali pasangan juga. Aku terus berjalan mengitari keindahan tempat ini, lalu kurasakan sesuatu mendarat di punggungku dengan keras.
"Itaaaaaiii!!" sakitku. Kumelihat sebuah kaleng tergeletak di sana.
"Kampret banget!! Siapa sih yang ngelempar kaleng?" aku masih kesal sambil melihat ke sana-ke mari. Lalu seseorang menghampiriku meminta maaf,
"Sumimasen! Sumimasen! Aku benar-benar tidak sengaja! Maafkan aku! Anda baik-baik saja?" ucapnya membungkuk
"Sakit taauuu!!" kesalku.
"Hontou ni sumimasen!" ucapnya lagi yang kini sambil melirik ke arahku.
"Apa yang sedang kamu lakukan? Itu membahayakan orang! Kaleng ini bekasmu kan? Harusnya kamu buang ke tempat sampah, bukan dilempar ke mana saja. Dasar anak nakal!!" aku terus mengomel saat tahu ternyata seorang anak laki-laki lah yang ada di hadapanku. Walau lebih tinggi dia sedikit daripada aku, tapi wajahnya begitu imut. Berponi dan dia memakai sweater oversize dengan pelindung kepalanya menutupi rambut. Anak labil seperti dia memang harus diberi peringatan agar tak menjadi liar nantinya.
"Aku kan sudah meminta maaf.. Aku tidak sengaja.." jawabnya.
"Hai.. hai.. Pulanglah! Orangtuamu pasti khawatir." ucapku.
"Ehh? Orangtuaku tidak di sini.. Aku tinggal sendiri.." dia kebingungan mendengar ucapanku. Aku pun ikutan bingung dengan jawabannya.
"Lah nih bocah berani juga hidup jauh dari ortunya.." batinku.
"Ano.. Sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau aku traktir minum?" ajaknya.
"Kamu punya uang untuk mentraktirku? Sebaiknya ditabung saja untuk masa depanmu.." ucapku.
"Aku punya uang. Tenang saja." balasnya terlihat agak kesal. Anak itu pun membawaku ke sebuah cafe di dekat sini.
"Sekali lagi tolong maafkan aku.. Hmm nama anda siapa? Namaku Sano Reo." ucapnya langsung mengenalkan diri.
"Baiklah.. sudah aku maafkan. Namaku Moriyama." jawabku masih jutek. Lalu pelayan datang siap untuk mencatat pesanan.
"Moriyama-san boleh pesan apapun sesuai keinginanmu. Semuanya aku yang bayar.." tawarnya.
"Kamu pasti anak orang kaya yang suka menghambur-hambur uang orang tuamu kan? Hmmm." tudingku sambil melihat-lihat menu. Dia tak menjawab.
"Ini orang beneran gak kenal gue apa? udah ngenalin diri pun dia tetep gak tau gue." batinnya kesal.
"Aku tidak lapar sih.. Aku pesan bir saja.." ucapku.
"Baiklah. Tolong dua gelas bir." ucapnya pada pelayan.
"Ehh tidak! Cukup satu gelas saja. Aku tak ingin mabuk." timpalku.
"Satu lagi untukku. Aku juga ingin minum bir.." jawabnya. Pelayan pun meninggalkan meja kami.
"Ano.. Bukankah anak dibawah umur dilarang 'minum'?" tanyaku pada bocah di depan.
"Akuuuu?? Umurku sudah 22 tahun.. Yang benar saja anak dibawah umur.." jawabnya sedikit nyolot.
"Uso?! Kamu masih anak-anak kan Sano-kun!" aku sangat kaget mendengar pengakuannya.
"Untuk apa aku berbohong. Pertama, aku bukan anak-anak. Kedua, aku sudah lama tinggal sendiri disini. Dan ketiga, aku sudah bekerja dan memiliki uang sendiri." jelasnya menunjukkan kartu identitas.
"Souka.. Hehehe.. Jadi aku salah.." ucapku ketawa-ketiwi.
"Tidak apa-apa Moriyama-san.. Memang berapa usiamu sekarang?" tanyanya.
"Tahun ini umurku 24." jawabku.
"Oiii di sini!" Sano-kun memanggil seseorang sambil melambaikan tangannya. Sepertinya dia mengundang oranglain juga.
"Oiii what's up bro!" dia dan temannya saling toss menyapa.
"Loh, Mandy-san?" ucapku saat melihat temannya itu.
"Loh, Moriyama-san? Sedang apa di sini bareng Reo?" tanya dia.
"Kalian saling kenal?" tanya Reo.
"Jadi Moriyama-san ini temennya pacar gue, terus dia temennya Ryota juga. Itu tuh cewek yang diceritain dia waktu di rumah Hayato." ucap Mandy-san.
"Ooohhhh jadi Moriyama-san orangnya? Souka souka.." ucap Reo.
"Cerita apa? Terus Mandy-san dan Sano-kun berteman kah?" giliran aku yang bertanya meminta kejelasan.
"Bukan cerita apa-apa! Hehe.. Ahh aku dan Reo satu grup. Kami GENERATIONS, barengan Ryota juga." jelasnya.
"Eh? GENERATIONS? Hontou ni? Sano-kun artis dong?" tanyaku. Mandy-san mengangguk. Aku mulai mengingat wajah Sano-kun yang pernah kulihat di rumah Komori-san waktu itu.
Pelayan datang membawakan pesanan dan mencatat pesanan Mandy-san juga.
"Sebentar, aku haus.. Aku ingin minum dulu.." ucapku yang meneguk habis setengah gelas besar bir.
"Gilee tadi gue udah marah-marah sama ini anak, ternyata dia artis toh. Ntar kalo gue dilaporin ke polisi atas perbuatan tidak menyenangkan gimana? Kalo gue dipenjara gimana? Masa depan gue gimana? *enggak deh ini lebay wkwk* " panikku dalam hati.
"Men-san! Lo tau gak! Tadi gue habis dimarah-marahin sama Moriyama-san." ucap Sano-kun.
"Itu.. Aku memarahinya juga dengan alasan. Dia melempar kaleng kosong dan mengenai punggungku dengan keras. Pasti sakit kan? Makanya aku marah.." jawabku membela diri.
"Aku tidak melempar, tapi aku menendangnya.." ucapnya lagi.
"Laahh menendang lebih parah dari melempar. Gimana sih nih bocah.." balasku lagi.
"Lagian lo ngapain sih Reo kurang kerjaan banget nendang-nendang kaleng gitu?" tanya Mandy-san.
"Gue iseng aja sih.." jawabnya mengalihkan pandangan.
"Sebenernya gue lagi galau.. Tapi gue gak mau cerita.." ucapnya dalam hati.
"Ohh iya! Masa gue dibilang anak-anak juga sama Moriyama-san." lanjutnya seperti seorang anak yang sedang mengadu pada bapaknya.
"Habisnya mukamu itu sangat imuuttt.. Sano-kun lebih imut daripada adikku yang baru berumur 20 tahun." balasku gereget.
"Lo kan emang bocah, gak usah protes lah hahaha." canda Mandy-san.
Kami terus mengobrol di cafe bertema alam ini. Sesekali Mandy-san menanyakan tentang hubunganku dan Katayose-kun, akupun sebaliknya menanyakan hubungan dia dengan Angel. Sedangkan Sano-kun jadi lebih banyak diam dan terus 'minum' menghabiskan tiga gelas bir sampai dia mabuk. Dalam keadaan tidak sadarnya, aku mendengar dia menyebut sebuah kata yang kukira itu adalah satu nama.
"Yui? Dare desu ka?" tanyaku pada Mandy-san.
"Yumi.. Dia mantan pacarnya Reo.." jawab Mandy-san.
"Apa anak ini gagal move on?" tanyaku lagi.
"Sepertinya.. Tapi dia gak mau cerita-cerita tuh.." jawabnya.
"Souka.." balasku. Tak lama aku pun berpamitan pulang pada mereka walau Sano-kun masih tampak mabuk berat.
Esok harinya.
Sudah sore tapi cuaca tetap panas terik. Aku ingin membeli eskrim ke minimarket sebelah apartemen. Di pertengahanku menuju ke sana, aku berjumpa Yumi-chan yang sedang mengantarkan pesanan ke penghuni lain apartemen. Dari halaman depan terlihat motor kerja Yumi-chan terparkir di sisi jalan. Lalu mataku tertuju pada satu orang mencurigakan yang menghampiri kendaraan itu. Memakai jaket motif belang namun wajahnya tertutup. Aku perhatikan dulu gerak-gerik dia dan sepertinya orang itu menyimpan sesuatu di dalam kotak tempat penyimpanan pizza. Setelah itu si misterius pun berlari meninggalkan tkp sebelum aku sempat meneriakinya.
"Siapa itu? Pencuri? Penjahat? Apa orang itu mau mencelakai Yumi-chan?" aku berbicara sendiri dengan posisi diam berdiri. Lalu seseorang menepuk pundakku,
"Moriyama-san? Lagi ngapain diem disini? Bukannya mau ke minimarket?" tanya Yumi-chan.
"Tadi.. aku lihat orang mencurigakan di dekat motormu.." jawabku.
"Aahh pasti dia lagi!" timpalnya.
"Siapa? Dia orang jahat?" tanyaku. Aku dan Yumi-chan pun menuju ke motornya dan mengecek apa yang dia taruh disana. Setangkai bunga mawar dan kertas bertuliskan "daisuki" lah yang kami temukan.
"Apa sih yang dia mau? Selalu mengikutiku. Selalu menyimpan ini. Perasaanku gak akan berubah." Yumi-chan menggerutu kesal.
"Kamu punya penggemar rahasia? Sugoi.." ucapku yang malah memuji.
"Dia.. dia mantan pacarku Moriyama-san.." jawabnya lemas.
"Oh? Apa dia masih menyukaimu? Emang kenapa kalian putus?" tanyaku lagi kepo.
"Hmmmm.." gumamnya.
"Yasudah, lebih baik Yumi-chan aku dekatkan aja sama Taishi, biar dia gak mengganggumu lagi. Kamu mau?" tanyaku coba menghiburnya.
"Gomen Moriyama-san, aku gak bisa.." jawabnya makin lemas.
"Hmm berarti kamu pun masih menyukainya. Ceritakanlah.. Aku yakin itu bisa mengurangi beban Yumi-chan." ucapku menenangkannya.
"Dia.. orang terkenal. Aku rasa aku gak pantas bersama dia, makanya aku akhiri hubungan ini." balasnya.
"Maksudnya pacarmu itu artis?" tanyaku lagi. Dia mengangguk.
"Apa status sosial sangat berpengaruh buat hubungan kalian? Kita semua sama saja.." ucapku.
"Tapi dia sungguh terkenal. Penggemarnya pun banyak. Keluarganya juga pasti berkecukupan. Sedangkan aku? Dari keluarga yang biasa saja dan pekerjaanku pun hanya seperti ini.." jawabnya.
"Etto.. kisahmu itu kayak di film-film aja yak? hehehe." candaku berniat meredakan kegelisahannya.
"Kalo film pasti berakhir bahagia Moriyama-san.. Nah ini? Kisahku jauh dari kata bahagia.." balasnya muram.
"Tapi bukankah Yumi-chan juga kuliah? Aku yakin kamu gak akan selamanya bekerja seperti ini kan? Setelah lulus kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih, bahkan di perusahaan besar. Atau malah nanti kamu bisa membangun perusahaan sendiri. Kamu pun bisa membantu orang tuamu juga." jelasku coba memotivasinya.
"Entahlah.. Tapi aku rasa hubungan ini emang harus berakhir." balasnya.
"Siapa dia?" tanyaku ingin mengetahui orangnya.
"Dia member GENERATIONS, namanya Sano Reo. Ini..." jawabnya sambil menunjukkan foto dia yang ada di ponselnya padaku.
"Heh?? Anak ini? Anak ini yang semalam kan? Oohhh jadi selama ini pacarnya Yumi-chan itu dia? Dan GENERATIONS lagi? Kenapa sekarang nama itu selalu menghantui kehidupan gue sih?!!" batinku rasanya seperti di bom bertubi-tubi.
"Ohh souka.. souka.. Aku tau dia.. iyaa artis.." balasku pelan coba menyembunyikan kekagetan.
"Moriyama-san pasti tau dia lah.. Bahkan semalam pun kita sempet ketemu di taman kota, tapi aku meninggalkannya.. Aku kira dia akan kesal, tapi salah, dia tetap aja bersikeras.." jelasnya lagi.
"Taman kota? Semalam? Laaahh jadi dia ada disana karena ini? Terus kesal? Nendang kaleng? Kena gue? Kusoooo!" batinku lagi mulai kesal.
"Yasudah Moriyama-san, aku permisi dulu ya. Aku harus melanjutkan pekerjaan.. Terimakasih udah mau dengerin curhatanku hehe.." ucapnya pamit.
Aku melanjutkan pergi ke minimarket sambil tak habis pikir tentang mereka berdua. Di dalam sana sepi, aku menuju rak makanan dulu sebelum ke eskrim. Entah kebetulan lagi atau memang takdirku seperti ini, aku melihat si misterius berjaket motif belang yang tadi ada di sana. Dengan postur tubuh yang sama, sekarang aku yakin kalo dia adalah si bocah semalam. Kudekatinya dan berbisik,
"Ketahuan! Sano Reo.. Kau bersembunyi disini ternyata.." bisikku.
"Eehh?? Siapa?" kagetnya menjauhiku.
"Moriyama-san kan? Bagaimana bisa tau?" tanyanya.
"Apa sih yang aku gak tau? Hubunganmu dan Yumi-chan pun aku tau.." ucapku sambil memilih makanan.
"Eee? Kau mengenalnya? Kok bisa?" tanyanya lagi kemudian mendekatiku.
"Yaaa aku sangat mengenalnya. Aku dan Yumi-chan berteman dekat. Tentang kebiasaanmu mengikuti dia pun aku tau. Seperti yang barusan terjadi.." balasku dengan yakin.
"Benarkah???" ucapnya terkejut lagi.
"Hai! Kamu pasti akan membutuhkan pertolonganku supaya bisa dekat lagi dengannya.." ucapku pede.
"Hmmm enggak kok. Itu urusanku, aku bisa mengatasinya. Aku cuman kaget Moriyama-san tau tentang Yumi." balasnya.
"Sok banget sih.. Yakin? Kalo gak mau yasudah. Aku berniat mendekatkan Yumi-chan dengan adikku. Toh dia jomblo kan sekarang?" balasku memanasinya.
"Jangan! Dia milikku!" ucapnya tegas.
"Jadi?" tanyaku tersenyum miring.
"Ano Moriyama-san.. hehehe.." ucapnya cengengesan sambil menggaruk kepala.
"Hmm baiklah.. Sano-kun tunggu saja kabar selanjutnya dariku." Ucapku. Dan dia pun memberikan kontaknya padaku. Sebenarnya ini bukan urusanku sama sekali, tapi aku ingin membantu dari sisi Yumi-chan karena aku mengenalnya dengan baik. Dan hubungan mereka memang harus dipersatukan kembali, karena dua hati itu masih memiliki satu rasa.
-bersambung-
Part 7: Never Let You Go
"Itaaaaaiii!!" sakitku. Kumelihat sebuah kaleng tergeletak di sana.
"Kampret banget!! Siapa sih yang ngelempar kaleng?" aku masih kesal sambil melihat ke sana-ke mari. Lalu seseorang menghampiriku meminta maaf,
"Sumimasen! Sumimasen! Aku benar-benar tidak sengaja! Maafkan aku! Anda baik-baik saja?" ucapnya membungkuk
"Sakit taauuu!!" kesalku.
"Hontou ni sumimasen!" ucapnya lagi yang kini sambil melirik ke arahku.
"Apa yang sedang kamu lakukan? Itu membahayakan orang! Kaleng ini bekasmu kan? Harusnya kamu buang ke tempat sampah, bukan dilempar ke mana saja. Dasar anak nakal!!" aku terus mengomel saat tahu ternyata seorang anak laki-laki lah yang ada di hadapanku. Walau lebih tinggi dia sedikit daripada aku, tapi wajahnya begitu imut. Berponi dan dia memakai sweater oversize dengan pelindung kepalanya menutupi rambut. Anak labil seperti dia memang harus diberi peringatan agar tak menjadi liar nantinya.
"Aku kan sudah meminta maaf.. Aku tidak sengaja.." jawabnya.
"Hai.. hai.. Pulanglah! Orangtuamu pasti khawatir." ucapku.
"Ehh? Orangtuaku tidak di sini.. Aku tinggal sendiri.." dia kebingungan mendengar ucapanku. Aku pun ikutan bingung dengan jawabannya.
"Lah nih bocah berani juga hidup jauh dari ortunya.." batinku.
"Ano.. Sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau aku traktir minum?" ajaknya.
"Kamu punya uang untuk mentraktirku? Sebaiknya ditabung saja untuk masa depanmu.." ucapku.
"Aku punya uang. Tenang saja." balasnya terlihat agak kesal. Anak itu pun membawaku ke sebuah cafe di dekat sini.
"Sekali lagi tolong maafkan aku.. Hmm nama anda siapa? Namaku Sano Reo." ucapnya langsung mengenalkan diri.
"Baiklah.. sudah aku maafkan. Namaku Moriyama." jawabku masih jutek. Lalu pelayan datang siap untuk mencatat pesanan.
"Moriyama-san boleh pesan apapun sesuai keinginanmu. Semuanya aku yang bayar.." tawarnya.
"Kamu pasti anak orang kaya yang suka menghambur-hambur uang orang tuamu kan? Hmmm." tudingku sambil melihat-lihat menu. Dia tak menjawab.
"Ini orang beneran gak kenal gue apa? udah ngenalin diri pun dia tetep gak tau gue." batinnya kesal.
"Aku tidak lapar sih.. Aku pesan bir saja.." ucapku.
"Baiklah. Tolong dua gelas bir." ucapnya pada pelayan.
"Ehh tidak! Cukup satu gelas saja. Aku tak ingin mabuk." timpalku.
"Satu lagi untukku. Aku juga ingin minum bir.." jawabnya. Pelayan pun meninggalkan meja kami.
"Ano.. Bukankah anak dibawah umur dilarang 'minum'?" tanyaku pada bocah di depan.
"Akuuuu?? Umurku sudah 22 tahun.. Yang benar saja anak dibawah umur.." jawabnya sedikit nyolot.
"Uso?! Kamu masih anak-anak kan Sano-kun!" aku sangat kaget mendengar pengakuannya.
"Untuk apa aku berbohong. Pertama, aku bukan anak-anak. Kedua, aku sudah lama tinggal sendiri disini. Dan ketiga, aku sudah bekerja dan memiliki uang sendiri." jelasnya menunjukkan kartu identitas.
"Souka.. Hehehe.. Jadi aku salah.." ucapku ketawa-ketiwi.
"Tidak apa-apa Moriyama-san.. Memang berapa usiamu sekarang?" tanyanya.
"Tahun ini umurku 24." jawabku.
"Oiii di sini!" Sano-kun memanggil seseorang sambil melambaikan tangannya. Sepertinya dia mengundang oranglain juga.
"Oiii what's up bro!" dia dan temannya saling toss menyapa.
"Loh, Mandy-san?" ucapku saat melihat temannya itu.
"Loh, Moriyama-san? Sedang apa di sini bareng Reo?" tanya dia.
"Kalian saling kenal?" tanya Reo.
"Jadi Moriyama-san ini temennya pacar gue, terus dia temennya Ryota juga. Itu tuh cewek yang diceritain dia waktu di rumah Hayato." ucap Mandy-san.
"Ooohhhh jadi Moriyama-san orangnya? Souka souka.." ucap Reo.
"Cerita apa? Terus Mandy-san dan Sano-kun berteman kah?" giliran aku yang bertanya meminta kejelasan.
"Bukan cerita apa-apa! Hehe.. Ahh aku dan Reo satu grup. Kami GENERATIONS, barengan Ryota juga." jelasnya.
"Eh? GENERATIONS? Hontou ni? Sano-kun artis dong?" tanyaku. Mandy-san mengangguk. Aku mulai mengingat wajah Sano-kun yang pernah kulihat di rumah Komori-san waktu itu.
Pelayan datang membawakan pesanan dan mencatat pesanan Mandy-san juga.
"Sebentar, aku haus.. Aku ingin minum dulu.." ucapku yang meneguk habis setengah gelas besar bir.
"Gilee tadi gue udah marah-marah sama ini anak, ternyata dia artis toh. Ntar kalo gue dilaporin ke polisi atas perbuatan tidak menyenangkan gimana? Kalo gue dipenjara gimana? Masa depan gue gimana? *enggak deh ini lebay wkwk* " panikku dalam hati.
"Men-san! Lo tau gak! Tadi gue habis dimarah-marahin sama Moriyama-san." ucap Sano-kun.
"Itu.. Aku memarahinya juga dengan alasan. Dia melempar kaleng kosong dan mengenai punggungku dengan keras. Pasti sakit kan? Makanya aku marah.." jawabku membela diri.
"Aku tidak melempar, tapi aku menendangnya.." ucapnya lagi.
"Laahh menendang lebih parah dari melempar. Gimana sih nih bocah.." balasku lagi.
"Lagian lo ngapain sih Reo kurang kerjaan banget nendang-nendang kaleng gitu?" tanya Mandy-san.
"Gue iseng aja sih.." jawabnya mengalihkan pandangan.
"Sebenernya gue lagi galau.. Tapi gue gak mau cerita.." ucapnya dalam hati.
"Ohh iya! Masa gue dibilang anak-anak juga sama Moriyama-san." lanjutnya seperti seorang anak yang sedang mengadu pada bapaknya.
"Habisnya mukamu itu sangat imuuttt.. Sano-kun lebih imut daripada adikku yang baru berumur 20 tahun." balasku gereget.
"Lo kan emang bocah, gak usah protes lah hahaha." canda Mandy-san.
Kami terus mengobrol di cafe bertema alam ini. Sesekali Mandy-san menanyakan tentang hubunganku dan Katayose-kun, akupun sebaliknya menanyakan hubungan dia dengan Angel. Sedangkan Sano-kun jadi lebih banyak diam dan terus 'minum' menghabiskan tiga gelas bir sampai dia mabuk. Dalam keadaan tidak sadarnya, aku mendengar dia menyebut sebuah kata yang kukira itu adalah satu nama.
"Yui? Dare desu ka?" tanyaku pada Mandy-san.
"Yumi.. Dia mantan pacarnya Reo.." jawab Mandy-san.
"Apa anak ini gagal move on?" tanyaku lagi.
"Sepertinya.. Tapi dia gak mau cerita-cerita tuh.." jawabnya.
"Souka.." balasku. Tak lama aku pun berpamitan pulang pada mereka walau Sano-kun masih tampak mabuk berat.
Esok harinya.
Sudah sore tapi cuaca tetap panas terik. Aku ingin membeli eskrim ke minimarket sebelah apartemen. Di pertengahanku menuju ke sana, aku berjumpa Yumi-chan yang sedang mengantarkan pesanan ke penghuni lain apartemen. Dari halaman depan terlihat motor kerja Yumi-chan terparkir di sisi jalan. Lalu mataku tertuju pada satu orang mencurigakan yang menghampiri kendaraan itu. Memakai jaket motif belang namun wajahnya tertutup. Aku perhatikan dulu gerak-gerik dia dan sepertinya orang itu menyimpan sesuatu di dalam kotak tempat penyimpanan pizza. Setelah itu si misterius pun berlari meninggalkan tkp sebelum aku sempat meneriakinya.
"Siapa itu? Pencuri? Penjahat? Apa orang itu mau mencelakai Yumi-chan?" aku berbicara sendiri dengan posisi diam berdiri. Lalu seseorang menepuk pundakku,
"Moriyama-san? Lagi ngapain diem disini? Bukannya mau ke minimarket?" tanya Yumi-chan.
"Tadi.. aku lihat orang mencurigakan di dekat motormu.." jawabku.
"Aahh pasti dia lagi!" timpalnya.
"Siapa? Dia orang jahat?" tanyaku. Aku dan Yumi-chan pun menuju ke motornya dan mengecek apa yang dia taruh disana. Setangkai bunga mawar dan kertas bertuliskan "daisuki" lah yang kami temukan.
"Apa sih yang dia mau? Selalu mengikutiku. Selalu menyimpan ini. Perasaanku gak akan berubah." Yumi-chan menggerutu kesal.
"Kamu punya penggemar rahasia? Sugoi.." ucapku yang malah memuji.
"Dia.. dia mantan pacarku Moriyama-san.." jawabnya lemas.
"Oh? Apa dia masih menyukaimu? Emang kenapa kalian putus?" tanyaku lagi kepo.
"Hmmmm.." gumamnya.
"Yasudah, lebih baik Yumi-chan aku dekatkan aja sama Taishi, biar dia gak mengganggumu lagi. Kamu mau?" tanyaku coba menghiburnya.
"Gomen Moriyama-san, aku gak bisa.." jawabnya makin lemas.
"Hmm berarti kamu pun masih menyukainya. Ceritakanlah.. Aku yakin itu bisa mengurangi beban Yumi-chan." ucapku menenangkannya.
"Dia.. orang terkenal. Aku rasa aku gak pantas bersama dia, makanya aku akhiri hubungan ini." balasnya.
"Maksudnya pacarmu itu artis?" tanyaku lagi. Dia mengangguk.
"Apa status sosial sangat berpengaruh buat hubungan kalian? Kita semua sama saja.." ucapku.
"Tapi dia sungguh terkenal. Penggemarnya pun banyak. Keluarganya juga pasti berkecukupan. Sedangkan aku? Dari keluarga yang biasa saja dan pekerjaanku pun hanya seperti ini.." jawabnya.
"Etto.. kisahmu itu kayak di film-film aja yak? hehehe." candaku berniat meredakan kegelisahannya.
"Kalo film pasti berakhir bahagia Moriyama-san.. Nah ini? Kisahku jauh dari kata bahagia.." balasnya muram.
"Tapi bukankah Yumi-chan juga kuliah? Aku yakin kamu gak akan selamanya bekerja seperti ini kan? Setelah lulus kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih, bahkan di perusahaan besar. Atau malah nanti kamu bisa membangun perusahaan sendiri. Kamu pun bisa membantu orang tuamu juga." jelasku coba memotivasinya.
"Entahlah.. Tapi aku rasa hubungan ini emang harus berakhir." balasnya.
"Siapa dia?" tanyaku ingin mengetahui orangnya.
"Dia member GENERATIONS, namanya Sano Reo. Ini..." jawabnya sambil menunjukkan foto dia yang ada di ponselnya padaku.
"Heh?? Anak ini? Anak ini yang semalam kan? Oohhh jadi selama ini pacarnya Yumi-chan itu dia? Dan GENERATIONS lagi? Kenapa sekarang nama itu selalu menghantui kehidupan gue sih?!!" batinku rasanya seperti di bom bertubi-tubi.
"Ohh souka.. souka.. Aku tau dia.. iyaa artis.." balasku pelan coba menyembunyikan kekagetan.
"Moriyama-san pasti tau dia lah.. Bahkan semalam pun kita sempet ketemu di taman kota, tapi aku meninggalkannya.. Aku kira dia akan kesal, tapi salah, dia tetap aja bersikeras.." jelasnya lagi.
"Taman kota? Semalam? Laaahh jadi dia ada disana karena ini? Terus kesal? Nendang kaleng? Kena gue? Kusoooo!" batinku lagi mulai kesal.
"Yasudah Moriyama-san, aku permisi dulu ya. Aku harus melanjutkan pekerjaan.. Terimakasih udah mau dengerin curhatanku hehe.." ucapnya pamit.
Aku melanjutkan pergi ke minimarket sambil tak habis pikir tentang mereka berdua. Di dalam sana sepi, aku menuju rak makanan dulu sebelum ke eskrim. Entah kebetulan lagi atau memang takdirku seperti ini, aku melihat si misterius berjaket motif belang yang tadi ada di sana. Dengan postur tubuh yang sama, sekarang aku yakin kalo dia adalah si bocah semalam. Kudekatinya dan berbisik,
"Ketahuan! Sano Reo.. Kau bersembunyi disini ternyata.." bisikku.
"Eehh?? Siapa?" kagetnya menjauhiku.
"Moriyama-san kan? Bagaimana bisa tau?" tanyanya.
"Apa sih yang aku gak tau? Hubunganmu dan Yumi-chan pun aku tau.." ucapku sambil memilih makanan.
"Eee? Kau mengenalnya? Kok bisa?" tanyanya lagi kemudian mendekatiku.
"Yaaa aku sangat mengenalnya. Aku dan Yumi-chan berteman dekat. Tentang kebiasaanmu mengikuti dia pun aku tau. Seperti yang barusan terjadi.." balasku dengan yakin.
"Benarkah???" ucapnya terkejut lagi.
"Hai! Kamu pasti akan membutuhkan pertolonganku supaya bisa dekat lagi dengannya.." ucapku pede.
"Hmmm enggak kok. Itu urusanku, aku bisa mengatasinya. Aku cuman kaget Moriyama-san tau tentang Yumi." balasnya.
"Sok banget sih.. Yakin? Kalo gak mau yasudah. Aku berniat mendekatkan Yumi-chan dengan adikku. Toh dia jomblo kan sekarang?" balasku memanasinya.
"Jangan! Dia milikku!" ucapnya tegas.
"Jadi?" tanyaku tersenyum miring.
"Ano Moriyama-san.. hehehe.." ucapnya cengengesan sambil menggaruk kepala.
"Hmm baiklah.. Sano-kun tunggu saja kabar selanjutnya dariku." Ucapku. Dan dia pun memberikan kontaknya padaku. Sebenarnya ini bukan urusanku sama sekali, tapi aku ingin membantu dari sisi Yumi-chan karena aku mengenalnya dengan baik. Dan hubungan mereka memang harus dipersatukan kembali, karena dua hati itu masih memiliki satu rasa.
-bersambung-
Part 7: Never Let You Go
Yg di Wattpad dilanjut juga dongggg huhu
ReplyDeletePas baca part ini aku jadi merasa ter-spoiler-i ππ
Ahh... disini dah jdi mantann π π
DeleteYaampunnnn reo omut bangett disiniiii~ π₯Ίπ₯Ίπ₯°
ReplyDeleteDi wattpad dong kak , gantian ryota gitu yg love story hehe
ReplyDelete