Title: "Star Traveling" In The Sky
Author: Harucin
Cast: Ryota Katayose (GENERATIONS from EXILE TRIBE)
Genre: Slice of life, Fan fiction AU
Length: One Shot
Nanto iu hoshizora, nanto iu shunkan
Mabataki suru kotosura dekinai
Betapa langit berbintang, betapa momen itu luar biasa
Aku bahkan tak bisa berkedip
"Benar sekali.. Aku sulit berkedip saat menatap kilauan bintang-bintang di atas sana yang tak terhitung jumlahnya."
"Sama seperti yang dirimu katakan pada saat itu. Kini aku bisa merasakannya juga."
"Di perjumpaan terakhir kita, kau meninggalkan sebaris kalimat yang akan selalu aku ingat."
"Kau pergi ke langit, menjadi bagian dari bintang-bintang itu."
"Sekarang maumu telah terwujud."
***
Flashback
"Aku sangaattt bahagia! Onii membiarkanku untuk datang sendirian. Meski nyatanya cuman Onii yang tetap memperlakukanku dengan normal, tapi itu sudah cukup."
"Mengapa kakakmu ini harus berlaku beda padamu? Kamu juga manusia. Bisa bernapas, bergerak, sama seperti manusia lainnya."
"Mulai nih.. Apa kakakku yg katanya tampan bak pangeran ini harus sekolah lagi supaya bisa mengerti maksudku?"
"Hmmm.. mungkin.. aku lulus sekolah 8 tahun lalu, jadi otakku sepertinya sudah lemot."
"Hahaha dasar!"
Percakapan yang takkan kunjung habis terjadi antara dua orang, gadis beranjak remaja berumur 13 tahun dan seorang pria dengan usia dua kali lipatnya. Pada malam hari di atas bukit belakang kediaman salah satunya. Berteman tiupan angin dengan udara yang cukup dingin namun takkan membuat keduanya membeku karena telah kalah oleh kehangatan dari canda tawa mereka. Di atas langit, bintang-bintang pun ikut hadir menemani dua insan ini. Walau faktanya, hanya si orang yang dipanggil "Onii" ini saja yang bisa melihat taburan bintang tersebut.
"Aku bisa menebak, pasti Onii sedang menatap luasnya langit yang dipenuhi oleh bintang-bintang." ucap gadis itu polos.
"Dih, sok tahu! Huuhhh," pria di sampingnya coba menjahili dengan mendekatkan mulutnya ke daun telinga gadis itu. Memengangi pendengaran.
Dia pun refleks menjauh setelah ada suara mengagetkan yang masuk ke gendang telinganya, "Yamete yooo.. Katayose Ryota-nii!" tegasnya hingga menyebut nama lengkap pria itu.
Ryota terus tertawa melihat ekspresi kesal dari adiknya. Adik yang bukan terlahir dari rahim Katayose Mama namun telah membuat Ryota merasa sangat dekat dengannya. Perasaan ingin melindungi seperti seorang kakak selalu muncul ketika dia tengah bersama gadis itu. Gadis yang pertama kali ia temui dua tahun lalu ketika diajak oleh sang ayah yang merupakan seorang guru musik pergi ke sebuah panti asuhan. Di mana setiap dua kali dalam seminggu beliau rutin untuk mengajari musik semua penghuni di sana baik dari anak kecil sampai dewasa. Dan Ryota, sering menemani sang ayah untuk berbagi ilmu di sana karena memang berbanding lurus dengan pekerjaan Ryota yang seorang musisi. Jadi, apa salahnya?
Pada perjumpaan pertama, Ryota menemukan sesosok gadis kecil tak biasa bernama Kurumi. Dengan kekurangan yang tampak jelas datang dari indera penglihatannya, namun gadis itu tetap berusaha untuk bisa mengikuti pelajaran ini. Mencoba menekan setiap tuts dari piano berukuran mini yang ada di hadapannya. Tak menyerah untuk dapat menyesuaikan nada hanya dengan melalui pendengaran. Sejak saat itu, Ryota tergerak untuk mulai berinteraksi dengan dia kemudian coba membimbingnya hingga seiring waktu mereka berdua dapat saling berbagi dan menjadi dekat seperti kakak dan adik. Layaknya keluarga. Sampai saat ini.
"Ya, tebakanmu sangat benar! Tapi bukan berarti kamu hebat sih, karena ini sudah sering terjadi.. Kamu hanya mencontek tebakan-tebakan dari yang lalu saja," dengan nada mengejek, Ryota lagi-lagi menggodanya melalui perkataan pedas yang sudah menjadi ciri khasnya.
"Huh! Memang benar apa yang dibilang sama Katayose-sensei waktu pertama kali memperkenalkan Onii. Walau wajahnya tampan, tapi bicaranya tajam seperti pisau!" Kurumi memalingkan wajahnya, berpura-pura jutek pada Ryota.
"Hidup itu harus seimbang. Jika kita memiliki sisi positif, kita juga harus memiliki sisi negatif!" timpal Ryota tak mau kalah. Mengulum tawa, khawatir suaranya akan terdengar. Karena dia hanya bermaksud untuk mengerjai adiknya.
Dahi Kurumi mengkerut mendengar ucapan dari Ryota. "Hah?? Apa itu sebuah kata-kata mutiara? Atau nasehat? Mana ada hal yang seperti itu.." kepalanya lalu menghadap ke arah Ryota.
Pria itu tak sanggup menahan tawanya lagi melihat wajah gadis kecil ini yang kebingungan atas kata-kata yang tadi ia lontarkan. Kurumi pun kemudian sadar jika ia tengah dikerjai setelah suara ngakak Ryota mendominasi keadaan.
"Oniiii!! Menyebalkan!"
Tak tega melihat kemarahan Kurumi, akhirnya Ryota meminta maaf sambil kembali mengontrol dirinya.
"Kalau Onii mau aku maafkan, Onii harus memberitahuku rahasia yang waktu itu sensei bilang!"
Selain satu sifat itu, ayah Ryota juga pernah mengatakan bahwa anaknya ini memiliki rahasia. Namun yang namanya rahasia, pasti tak boleh diketahui oleh orang lain.
Ryota langsung terdiam saat Kurumi menunggu jawaban darinya. Ia menatap lekat wajah mungil itu dari samping. Tanpa berkata, perlahan tubuhnya ia geser mendekat pada si pemilik tanya. Lalu mendekapnya dan membenamkan kepala sang adik di dadanya. Telapak tangan dia, mengelus lembut rambut hitam yang panjangnya sebahu itu.
"Onii.. Ada apa?" Kurumi mulai heran atas sikap Ryota yang tiba-tiba. Sudah kesekian kali ia merasakan dekapan darinya, tapi saat ini, dekapan itu terasa begitu erat.
"Kamu pasti akan tahu rahasiaku, setelah aku bisa melakukan perjalanan ke langit dan menjadi bagian dari bintang-bintang itu." suara lembut Ryota perlahan memelan seperti tertahan. Kepalanya tertunduk bertumpu pada milik Kurumi.
"Onii akan terbang ke sana?" tanyanya dengan polos.
"Mmmm.." singkat Ryota membalas tanya tersebut.
"Aku ingin ikut! Meski aku tidak bisa melihat semua yang ada di sana, tapi kalau bersama Onii aku pasti akan baik-baik saja." Lanjutnya, "Karena Onii akan jadi penerang dalam kegelapanku. Cahaya bintang yang dilihat oleh matamu akan terasa oleh mataku juga."
Ryota semakin memeluk erat tubuhnya. Hatinya begitu terenyuh menerima setiap pengakuan tulus dari gadis ini.
Namun, jawaban Ryota berbanding terbalik. Ia menyangkal, "Tidak bisa! Aku akan pergi ke sana sendiri saja."
Gadis itu tiba-tiba berontak. Menarik dirinya dari dekapan Ryota.
"Kenapa?"
"Jalanmu masih sangat panjang. Ini belum saatnya.." batin Ryota. Tapi yang dia katakan berbeda. "Karena kita akan sama-sama melihat bintang itu dari sini. Tak perlu pergi ke tempat yang jauh." matanya berbinar menatap tatapan kosong dari bola mata Kurumi.
"Seperti sekarang?" Kurumi mendongak memposisikan kepalanya memandang langit.
"Bukan, tapi kamu akan sungguh-sungguh melihatnya." sambil berkata, Ryota ikut melebarkan pandangan ke langit.
"...dan aku akan mengawasimu dari atas sana." lagi, Ryota hanya memendam kalimat ini di dalam hatinya.
"Janji? Aku dan Onii akan sama-sama melihat bintang yang indah itu suatu saat nanti." Kurumi meminta Ryota untuk saling menautkan jari kelingking.
"Aku bukan anak kecil lagi, mana mau melakukan hal itu? wleee" Ryota menolak ajakannya sambil menjulurkan lidah. Bermaksud mengejeknya agar suasana kembali ceria lagi.
Sudah jelas, gadis itu dibuat kesal untuk yang kedua kalinya. Ryota kembali menertawai dan malah mencubit gemas kedua pipi Kurumi yang bulatnya sama persis seperti milik Ryota.
"Kau telah memberiku tujuan, Kurumi-chan. Aku takkan menyesal dengan semua perjalanan hidupku ini. Terima kasih."
Percakapan malam itu tampak sangat panjang. Walau masih dibumbui candaan, lalu bernyanyi bersama, namun hawanya berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya. Ryota lah yang paling merasakan. Karena pada kenyataannya, ini adalah perjumpaan langsung mereka yang terakhir.
Flashback end
***
"Kau sungguh menepati janjimu, Onii.." sambil terus bertahan pada posisinya di tempat favorit ini, Kurumi mengingat kembali semua kenangan antara dia dan sang kakak yang saat ini tengah dipandangi. Di langit malam. Satu cahaya yang amat bersinar di atas sana. Berwujudkan bintang, itulah dirinya.
"Kita bisa melihat bintang-bintang itu bersama. Melalui matamu yang juga merupakan milikku."
"Kilauannya.. Kerlap-kerlip itu.. Kita akan selalu menatap titik yang sama!"
"Aku bersamamu, sama-sama memandang dirimu."
"Apa yang aku katakan ini, Onii? haha." Kurumi terus bermonolog disertai tawa tipisnya.
Dengan terbongkarnya rahasia yang dimiliki oleh Ryota, maka pria itu pun kini telah damai menuju ke tempat yang ia inginkan. Rahasia itu, menyangkut tentang sisa usianya yang tak bisa bertahan lebih lama lagi. Sejak mengenal Kurumi, ia jadi memiliki tekad untuk menyerahkan penglihatannya pada gadis itu di saat waktunya telah tiba. Tak ada penyesalan sedikitpun, ia bahagia karena hidupnya bisa berarti bagi kehidupan lain. Dan tujuan mulia itu, akhirnya tercapai.
Hanya saja, hati si gadis kecil hancur. Ia yang belum mengerti apa-apa tak bisa menerima. Pikirannya selalu berbisik jika sang kakak tega meninggalkan dia sendirian di dunia ini.
Empat tahun berlalu, sekarang sang gadis kecil telah berubah menjadi seorang gadis remaja. Sepanjang waktu itu, dengan dibantu oleh keluarga Katayose yang telah resmi menjadi orang tua angkatnya atas permintaan terakhir dari Ryota, Kurumi mulai paham dengan semua keadaan. Ia dapat memperluas pemikirannya dan bisa menerima jalan hidup ini. Justru rasa optimislah yang sekarang tertanam di dirinya. Ia takkan menyia-nyiakan 'kehidupan' yang telah diberi oleh Ryota. Ia akan terus berusaha dengan berpegang pada setiap nasehat yang dulu sering dikatakannya.
"Aku harap Onii takkan lelah mengawasiku dari sana. Teruslah berjalan mengikuti kemanapun aku pergi." senyumnya mengembang kala terus menerus menatap satu bintang paling terang itu.
"Aku selalu bisa melihatmu."
"Bagiku kau bukan pangeran seperti yang dikatakan oleh orang-orang. Tapi kau adalah pahlawan. Satu-satunya pahlawanku."
"Terima kasih, Onii.."
-TAMAT-
It's so saddddd.....oniiiiiiðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeleteDemooo...iii storyy daaaaa
🥺🥺🥺🥺🥺
Arigatooou ðŸ˜
Delete