find me on:

Monday, July 3, 2017

Cerpen: ForSter



“Ketua, ada polisi yang ingin bertemu denganmu..” Ucap salah satu anggota ForSter

“Baiklah.” Jawabku kemudian menemui polisi tersebut

“Mbak Reika, silahkan ikut dengan kami ke kantor. Anda pasti sudah tahu apa maksud kedatangan kami.” Ucap polisi

Aku pun mengikuti mereka. Ya, aku tahu mengapa harus ikut dengan mereka. Ini memang kesalahanku, bukan kesalahan ForSter ataupun salah satu diantara mereka.

Aku adalah seorang wanita yang memimpin sebuah gang turun temurun warisan ayahku. Sejak kecil aku sudah diperkenalkan dengan mereka. Dan kini, setelah ayah pergi untuk selama-lamanya, akulah yang menjadi penerus dari ForSter, Forever Gangster, nama gang ini, dengan anggota yang juga merupakan keturunan dari anggota gang di masa kejayaan ayahku. Ada pria dan wanita, namun kami tak memandang gender. Semuanya sama, berbaur satu sama lain layaknya keluarga. Aku rasa kepemimpinanku sudah baik. Gang yang kumiliki bukanlah gangster urakan yang seperti orang-orang pikir. Memang penampilan kami terlihat seram, gaya bicara terdengar kasar dan jumlah anggota yang banyak membuat orang-orang takut. Tapi percayalah, kekerasan bukan motto dari kami. Bahkan, polisi pun tahu gang kami sejak dulu dan mereka mengizinkan ForSter tetap ada dengan aturan yang telah disepakati. Walau demikian, bukan berarti kami tak pernah beradu fisik. Jika ada “pengganggu”, kami tak segan untuk melayaninya. Seringkali. Seperti sekarang yang terjadi padaku.

Sampai di kantor polisi, aku dipersilahkan duduk disamping seorang pria berandalan yang ternyata adalah seseorang yang terlibat dalam masalahku.

“Bisa ceritakan bagaimana kronologis peristiwanya? Silahkan mbak Reika..” Tanya polisi

Kronologis dimulai. Saat aku sedang bersama salah satu anggota ForSter, Nara, yang juga merupakan sahabat terdekatku telah diganggu oleh empat orang pria nakal. kami berdua memang pandai beladiri, namun mereka pun cukup berbakat ditambah dengan jumlah yang lebih. Kami terperangkap bahkan Nara sempat terkena pukulan oleh mereka. Kemudian datang seorang pria yang dengan kalapnya memukul keempat pecundang tersebut. Mereka pun jatuh. Lalu Nara kusuruh menjauh karena dia sudah tak bisa bertarung lagi. Tinggal aku dan si pria penyelamat. Dia mengalahkan tiga dari mereka, dan aku hanya terfokus pada satu orang yang seenak jidat dia memukul sahabatku. Aku berhasil mengalahkannya bahkan saat dia sudah tak berdaya lagi aku terus-terusan memukulnya tanpa perasaan hingga si pria penyelamat itu menghentikanku. Lalu mereka kemudian pergi bersamaan dengan hilangnya si penyelamat. Sialnya, setelah aku tahu kebenaran tentang si pecundang tersebut, nyatanya dia adalah anak dari seorang pejabat dan tak terima atas perlakuanku hingga melaporkan pada polisi, begitupun si pria yang menyelamatkanku masuk dalam laporannya. Aku coba membela diri namun kekuatan “harta dan tahta” mengalahkannya. Si pria itu sudah ditetapkan menjadi tahanan dan aku diberi pilihan, bebas namun ForSter harus bubar karena melanggar salah satu isi kesepakatan yaitu jangan bermain-main dengan petinggi negara, atau ForSter tetap ada tapi aku harus siap menjadi tahanan. Ini bukan salah ForSter, maka kuputuskan pilihan kedua.

**
Seminggu sudah aku mendekam di jeruji besi menyebalkan ini. Empat bulan, ketentuannya. Setelah negosiasi panjang akhirnya kesepakatan itu diputuskan. Aku kini tak bisa hidup bebas, makan enak dan pastinya berkumpul dengan ForSter. Lalu bagaimana kabar mereka? Kegiatan ForSter mati semenjak kepergianku. Mereka pun berusaha mengeluarkanku dari balik penjara namun itu hanya sia-sia. Maka aku berpesan, jagalah selalu ForSter dan lakukan apa yang seharusnya ForSter lakukan.

Saat ada kegiatan rutin tahanan, aku melihat si pria yang terlibat dalam masalahku itu sedang duduk sambil memandangi tahanan pria lainnya yang sedang berolahraga dengan tatapan yang seram. Kuhampiri dia.

“Menakutkan..” Ucapku

Dia menoleh diiringi senyuman miring.

“Gak ikut gabung?” Tanyaku

“Gak. Males gue..” Jawabnya

“Ohh.. hmmm btw thankyou udah nyelamatin gue waktu itu. Sampe lo malah jadi ikut masuk penjara.” Ucapku

“Lo gak tau siapa gue?” Tanyanya

Aku menggelengkan kepala sambil melirik dia dengan heran.

“Gue langganan loh keluar masuk penjara ini. Makanya pas polisi tau itu gue, mereka gak butuh penjelasan lagi dan langsung jeblosin gue tanpa ampun. Tapi ini pertama kalinya gue dipenjara karena nolongin orang. Mungkin anak buah gue gak akan terima soal ini.” Ucapnya

Akupun bengong. Pantas saja saat hari itu dia tak ditanya sedikitpun oleh polisi dan tidak membantuku saat coba membela diri. Ternyata ini alasannya.

“Gue Jack, ketua Death..” Ucapnya sambil melihatku

Ya! aku tahu walau hanya dengan namanya saja! Death adalah sebuah gangster juga. Mereka berkebalikan dengan ForSter. Mereka memang kumpulan berandalan yang menempatkan kekerasan diatas segalanya. Pemimpinnya juga sudah terkenal sadis bahkan tak segan-segan menghabisi nyawa sasarannya karena emosi yang tak bisa dikontrol. Death sudah ada sejak dulu dan itupun adalah gang warisan juga. Sampai sekarang polisi sulit sekali memberantas mereka karena cerdasnya mereka dalam persembunyian. Gila! Sekarang aku sedang berhadapan dengan pemimpinnya, dan mungkin akan berurusan dengan gang nya juga.

“Kenapa bengong ketua ForSter? Lo kaget? Biasa aja kali gue gak akan ngebunuh lo kok cuman gara-gara ini..” Ucap dia

“Gimana kalo gang lo yang bertindak?” Tanyaku khawatir

“Death gak akan bertindak tanpa suruhan gue! Jangan khawatir..” Jawabnya

Baiklah. Kupegang ucapannya itu.

Waktu terus berlalu. Setiap hari kami selalu bercakap-cakap mengenai kehidupan gangster yang dijalani. Pengalaman pahit dan sedikit manis tak lepas dari cerita. Kami selalu menghabiskan waktu bersama. Walau dia sering membuat onar dengan tahanan lainnya, tapi entah kenapa aku selalu berusaha untuk membuat dia belajar menahan emosi. Setiap hari. Aku merasa nyaman dengan dia. Kehidupan kelam di penjara kini mulai berubah bagaikan pelangi. Dan dia pun perlahan menjadi orang yang lebih lembut. Aku merasa bahwa dia bisa menjadi orang baik. Semakin aku mengenalnya, semakin membuat aku menyukainya.

**
“Mbak Reika, ada kunjungan untuk anda..” Ucap polisi memberitahuku yang sedang tiduran di balik jeruji

Kulihat, ada Nara dan Aldi, wakilku di ForSter.

“Ketua, markas kita diserang! Semua hancur berantakan!” Ucap Aldi tanpa basa-basi

“APA!!!” Akupun refleks menggebrak meja dan membuat semua yang ada disana terkejut yang kemudian diperingatkan oleh polisi.

“Iya Re, pas kita pergi terus balik ke markas, semua udah berantakan. Dan gue nemu kertas ini disana.” Ucap Nara sambil memberikan kertas bertuliskan huruf D

Aku langsung tertuju pada Death. Sepertinya merekalah yang merusak kedamaian ForSter mengingat peristiwa pemukulan si pecundang itu. kuceritakan pada Nara dan Aldi tentang Jack, juga Death, gang yang dia pimpin. Dan mereka pun menyangka bahwa Death lah penyebab ini semua.

**
Saat ada kesempatan, kutanyakan kertas itu pada Jack. Memang benar, itu adalah pemberian Death! Jack terkejut dan berpikir mana mungkin mereka bertindak diluar sepengetahuan pemimpinnya. Namun itulah kenyataan yang terjadi.

Keesokan harinya ada kunjungan untuk Jack, dan itu dari anak buahnya.

“Siapa yang suruh kalian nyerang ForSter? Hah? Siapa?” Bentak Jack

“Emang itu kan yang harusnya Death lakuin? Lo masuk penjara bukan karena kesalahan lo, itu semua gara-gara ForSter, kita gak terimalah ketua Death diperlakukan kayak gitu. Walau lo sering keluar masuk penjara tapi kali ini bukan kesalahan lo! Dan apa yang ForSter lakuin, mereka gak ada sama sekali buat minta maaf, bahkan sekalipun! Mau ditaro mana harga diri Death!” Ucap salah satu anggota Death yang ternyata adalah adik dari Jack

“Dia udah minta maaf sama gue.” Jack

“Sama lo doang, bukan sama Death kan? Ini sama aja bohong!.”Ucap adiknya

“Tapi sebelum gue suruh, gak seharusnya kalian bertindak!” Jack

“Terus kapan ketua bakal nyuruh kita? Sekarang?” Jawab yang lain

“Gue gak akan pernah nyuruh kalian buat hancurin ForSter!.” Ucap Jack

“Apa? Kita gak salah denger? Sejak kapan hati ketua jadi lembek gini! Apa karena pemimpin ForSter cewek, trus kita gak seharusnya lawan cewek? Ayolah, bukannya ketua juga pernah mukulin cewek kan?” Ucap anggota lain memaksa

“Oh.. atau jangan-jangan lo jatuh cinta sama pemimpin dari ForSter itu. Polisi bilang kalian selalu akrab disini.” Tanya adik Jack

Jack membisu.

“Jawab..”

“Jawab ketua!!”

“Iya!! Gue jatuh cinta sama dia!! Dia udah buat gue jadi lebih baik dibanding saat dulu ada di Death!” Jawab Jack

“Benerkan dugaan gue! Cuman gara-gara cinta lo jadi kehilangan akal gini. Pokoknya. Death gak akan nurutin apa kata lo. Death bakal tetep ngancurin ForSter. Menang atau kalah, kita gak peduli. Ada atau gak adanya lo, kita juga gak peduli. Besok malam, penyerangan bakal dimulai!”

Death pergi meninggalkan Jack. Diapun memberitahuku dan kami sangat khawatir dengan hal ini. Apa yang harus kami lakukan? Melibatkan pihak keamanan? Sangat mustahil. Resiko terlalu besar untuk kelangsungan ForSter kedepannya. Akhirnya kami memutuskan untuk berencana kabur dari tahanan pada malam penyerangan dimulai. Karena penjara ini keamanannya tak maksimal, kami yakin bisa lolos!

**
Tibalah saatnya.

“Wooiii ForSter keluar kalian!! Death bakal hancurin kalian! Sini lawan kita!!” Terdengar teriakan huru-hara di depan markas ForSter

“Ngapain kalian kesini? Seenaknya ngancurin markas ForSter. Kalian pikir kita takut sama kalian. Cih!! Najis banget!!” Ucap Aldi

“Berisik kalian!! Death!! Seraaaannggg!!!”

Brakbrukbrokpakpokbruakprakbomduarbrakbrukbrokpakpokbruakprakbomduarbrakbrukbrokpakpokbruakprakbomduarbrakbrukbrokpakpokbruakprakbomduarbrakbrukbrokpakpokbruakprakb

Pecah!! Baku hantam antara ForSter dan Death tak bisa dihindari. Saat aku dan Jack berhasil kabur dan sampai disana, mereka sudah ribut tak terkendali. Segera kami berusaha untuk menghentikannya dengan susah payah. Hingga masuk ke dalam perkelahian tersebut.

“STOOOPPP!!!” Teriakan dariku dan Jack

Mereka berhenti. Melihat kearah kami dengan tatapan tajam.

“Apa-apaan ini! Kalian harusnya tahu apa yang bakal terjadi sama ForSter kalo berurusan dengan Death! Kita bakal dibubarin!!” Teriakku memandang ForSter

“Tapi mereka yang nyerang kita duluan ketua. Apa kita harus diem aja!” Jawab salah satu anggota

“Eh! Lo ketua ForSter! Lo racunin apa otak kakak gue sampe dia bisa lebih ngebela lo daripada gang yang dia pimpin selama bertahun-tahun!! Death datang kesini buat balas dendam!” Bentak adik Jack

“Berisik lo!!” Bentak Jack

“Demi cinta lo jadi berubah total bang! Gue kecewa! Death kecewa sama lo!!” Bentak lagi adik Jack

Aku tahu apa maksud mereka. Kemudian aku maju perlahan mendekati Death. Lalu berlutut.

“Oke, ini semua salah gue. Gue minta maaf atas semua kesalahan gue. Gue mohon, jangan libatin ForSter ke dalam masalah pribadi gue. Kalo kalian mau bunuh gue, silahkan. Gue siap! Tapi jangan pernah kalian sekalipun usik kedamaian ForSter!”

Semuanya diam. Kemudian Death pun dipaksa bubar oleh Jack walau amarah mereka masih terlihat. Dan ForSter kembali masuk ke markas. Tinggal aku dan Jack yang masih tak beranjak.

“Maaf ini semua salah gue..” Ucapku

“Maaf ini juga kesalahan gue yang udah jatuh cinta sama lo.” Ucap Jack

“Gue juga ngerasain hal yang sama kok..”

“Terus?”

“Terus apa? Lo mau kita bersama? Gila!!”

“Emang kenapa? Salah?”

“ForSter segalanya buat gue. Gue gatau apa jadinya kalo lo sama gue. Peristiwa kayak gini pasti bakal terjadi lagi, bahkan lebih parah.”

“Gue bakal ninggalin Death demi lo! Beres kan? Lo yang udah bikin gue berubah jadi lebih baik. Dan gue gak bisa lepas dari lo Re!”

“Gue gak bisa! Tetaplah bersama Death. Mereka peduli sama lo. Walau caranya kasar, tapi gue ngeliat bahwa mereka gak mau kehilangan lo. Mereka bakal hancur tanpa lo! Gue tau mereka bahaya, tapi dengan keadaan lo yang sekarang, gue yakin lo bisa ngubah jalan pikiran mereka.” Ucapku meyakinkan Jack

Kami hanya bisa saling memandang di malam yang dinginnya begitu merasuk tubuh ini.

Lalu kami pulang lagi ke penjara diam-diam. Aman.

**
Satu minggu kemudian aku dan Jack bebas. Diluar aku sudah disambut oleh ForSter dan Jack pun dijemput oleh Death. Kedua gang ini saling berhadapan masih dengan tatapan sinis. Saatnya Aku dan Jack berpisah. Aku yang memutuskan melepas cinta demi keluargaku di ForSter dan Jack pun yang telah merelakan perasaannya dan siap memulai kepemimpinan baru bersama Death. Kami membuat kesepakatan untuk tak berkawan namun tak berlawan juga. Kami akan menghilang dari kehidupan masing-masing. Mulai dari sekarang.

Ini jalan hidup yang kupilih. Melepas cinta demi kebahagiaan. Sesungguhnya cinta dan kebahagiaan akan selalu kutemukan saat bersama ForSter. Pasangan hidup? Biarlah waktu saja yang menentukan. Jack, terimakasih telah menghadirkan pelangi dibalik masa kelamku. Namun ForSter sangat berharga. ForSter more than you, sorry.. ForSter is my life.

-Tamat-

No comments:

Post a Comment