“Ketua,
ada polisi yang ingin bertemu denganmu..” Ucap salah satu
anggota ForSter
“Baiklah.”
Jawabku kemudian menemui polisi tersebut
“Mbak
Reika, silahkan ikut dengan kami ke kantor. Anda pasti sudah tahu apa maksud
kedatangan kami.” Ucap polisi
Aku pun mengikuti mereka. Ya, aku
tahu mengapa harus ikut dengan mereka. Ini memang kesalahanku, bukan kesalahan
ForSter ataupun salah satu diantara mereka.
Aku adalah seorang wanita yang
memimpin sebuah gang turun temurun warisan ayahku. Sejak kecil aku sudah
diperkenalkan dengan mereka. Dan kini, setelah ayah pergi untuk selama-lamanya,
akulah yang menjadi penerus dari ForSter, Forever Gangster, nama gang ini, dengan anggota yang
juga merupakan keturunan dari anggota gang di masa kejayaan ayahku. Ada pria
dan wanita, namun kami tak memandang gender. Semuanya sama, berbaur satu sama
lain layaknya keluarga. Aku rasa kepemimpinanku sudah baik. Gang yang kumiliki
bukanlah gangster urakan yang seperti orang-orang pikir. Memang penampilan kami
terlihat seram, gaya bicara terdengar kasar dan jumlah anggota yang banyak
membuat orang-orang takut. Tapi percayalah, kekerasan bukan motto dari kami.
Bahkan, polisi pun tahu gang kami sejak dulu dan mereka mengizinkan ForSter
tetap ada dengan aturan yang telah disepakati. Walau demikian, bukan berarti
kami tak pernah beradu fisik. Jika ada “pengganggu”, kami tak segan untuk
melayaninya. Seringkali. Seperti sekarang yang terjadi padaku.
Sampai di kantor polisi, aku
dipersilahkan duduk disamping seorang pria berandalan yang ternyata adalah
seseorang yang terlibat dalam masalahku.
“Bisa
ceritakan bagaimana kronologis peristiwanya? Silahkan mbak Reika..”
Tanya polisi
Kronologis dimulai. Saat aku sedang
bersama salah satu anggota ForSter, Nara, yang juga merupakan sahabat terdekatku
telah diganggu oleh empat orang pria nakal. kami berdua memang pandai beladiri,
namun mereka pun cukup berbakat ditambah dengan jumlah yang lebih. Kami
terperangkap bahkan Nara sempat terkena pukulan oleh mereka. Kemudian datang
seorang pria yang dengan kalapnya memukul keempat pecundang tersebut. Mereka
pun jatuh. Lalu Nara kusuruh menjauh karena dia sudah tak bisa bertarung lagi. Tinggal
aku dan si pria penyelamat. Dia mengalahkan tiga dari mereka, dan aku hanya
terfokus pada satu orang yang seenak jidat dia memukul sahabatku. Aku berhasil
mengalahkannya bahkan saat dia sudah tak berdaya lagi aku terus-terusan
memukulnya tanpa perasaan hingga si pria penyelamat itu menghentikanku. Lalu
mereka kemudian pergi bersamaan dengan hilangnya si penyelamat. Sialnya, setelah aku
tahu kebenaran tentang si pecundang tersebut, nyatanya dia adalah anak dari
seorang pejabat dan tak terima atas perlakuanku hingga melaporkan pada polisi,
begitupun si pria yang menyelamatkanku masuk dalam laporannya. Aku coba membela
diri namun kekuatan “harta dan tahta” mengalahkannya. Si pria itu sudah
ditetapkan menjadi tahanan dan aku diberi pilihan, bebas namun ForSter harus
bubar karena melanggar salah satu isi kesepakatan yaitu jangan bermain-main
dengan petinggi negara, atau ForSter tetap ada tapi aku harus siap menjadi
tahanan. Ini bukan salah ForSter, maka kuputuskan pilihan kedua.
**
Seminggu sudah aku mendekam di
jeruji besi menyebalkan ini. Empat bulan, ketentuannya. Setelah negosiasi panjang akhirnya kesepakatan itu diputuskan. Aku kini tak bisa hidup bebas, makan enak dan pastinya
berkumpul dengan ForSter. Lalu bagaimana kabar mereka? Kegiatan ForSter mati
semenjak kepergianku. Mereka pun berusaha mengeluarkanku dari balik penjara
namun itu hanya sia-sia. Maka aku berpesan, jagalah selalu ForSter dan lakukan
apa yang seharusnya ForSter lakukan.
Saat ada kegiatan rutin tahanan,
aku melihat si pria yang terlibat dalam masalahku itu sedang duduk sambil
memandangi tahanan pria lainnya yang sedang berolahraga dengan tatapan yang
seram. Kuhampiri dia.
“Menakutkan..”
Ucapku
Dia menoleh diiringi senyuman
miring.
“Gak
ikut gabung?” Tanyaku
“Gak.
Males gue..” Jawabnya
“Ohh..
hmmm btw thankyou udah nyelamatin gue waktu itu. Sampe lo malah jadi ikut masuk
penjara.” Ucapku
“Lo
gak tau siapa gue?” Tanyanya
Aku menggelengkan kepala sambil
melirik dia dengan heran.
“Gue
langganan loh keluar masuk penjara ini. Makanya pas polisi tau itu gue, mereka
gak butuh penjelasan lagi dan langsung jeblosin gue tanpa ampun. Tapi ini
pertama kalinya gue dipenjara karena nolongin orang. Mungkin anak buah gue gak
akan terima soal ini.” Ucapnya
Akupun bengong. Pantas saja saat
hari itu dia tak ditanya sedikitpun oleh polisi dan tidak membantuku saat coba
membela diri. Ternyata ini alasannya.
“Gue
Jack, ketua Death..” Ucapnya sambil melihatku
Ya! aku tahu walau hanya dengan
namanya saja! Death adalah sebuah gangster juga. Mereka berkebalikan dengan
ForSter. Mereka memang kumpulan berandalan yang menempatkan kekerasan diatas
segalanya. Pemimpinnya juga sudah terkenal sadis bahkan tak segan-segan
menghabisi nyawa sasarannya karena emosi yang tak bisa dikontrol. Death sudah
ada sejak dulu dan itupun adalah gang warisan juga. Sampai sekarang polisi
sulit sekali memberantas mereka karena cerdasnya mereka dalam persembunyian.
Gila! Sekarang aku sedang berhadapan dengan pemimpinnya, dan mungkin akan
berurusan dengan gang nya juga.
“Kenapa
bengong ketua ForSter? Lo kaget? Biasa aja kali gue gak akan ngebunuh lo kok cuman
gara-gara ini..” Ucap dia
“Gimana
kalo gang lo yang bertindak?” Tanyaku khawatir
“Death
gak akan bertindak tanpa suruhan gue! Jangan khawatir..”
Jawabnya
Baiklah. Kupegang ucapannya itu.
Waktu terus berlalu. Setiap hari
kami selalu bercakap-cakap mengenai kehidupan gangster yang dijalani.
Pengalaman pahit dan sedikit manis tak lepas dari cerita. Kami selalu
menghabiskan waktu bersama. Walau dia sering membuat onar dengan tahanan
lainnya, tapi entah kenapa aku selalu berusaha untuk membuat dia belajar
menahan emosi. Setiap hari. Aku merasa nyaman dengan dia. Kehidupan kelam di
penjara kini mulai berubah bagaikan pelangi. Dan dia pun perlahan menjadi orang
yang lebih lembut. Aku merasa bahwa dia bisa menjadi orang baik. Semakin aku
mengenalnya, semakin membuat aku menyukainya.
**
“Mbak
Reika, ada kunjungan untuk anda..” Ucap polisi
memberitahuku yang sedang tiduran di balik jeruji
Kulihat, ada Nara dan Aldi, wakilku
di ForSter.
“Ketua,
markas kita diserang! Semua hancur berantakan!” Ucap
Aldi tanpa basa-basi
“APA!!!”
Akupun refleks menggebrak meja dan membuat semua yang ada disana terkejut yang
kemudian diperingatkan oleh polisi.
“Iya
Re, pas kita pergi terus balik ke markas, semua udah berantakan. Dan gue nemu
kertas ini disana.” Ucap Nara sambil memberikan kertas
bertuliskan huruf D
Aku langsung tertuju pada Death. Sepertinya
merekalah yang merusak kedamaian ForSter mengingat peristiwa pemukulan si
pecundang itu. kuceritakan pada Nara dan Aldi tentang Jack, juga Death, gang
yang dia pimpin. Dan mereka pun menyangka bahwa Death lah penyebab ini semua.
**
Saat ada kesempatan, kutanyakan kertas
itu pada Jack. Memang benar, itu adalah pemberian Death! Jack terkejut dan
berpikir mana mungkin mereka bertindak diluar sepengetahuan pemimpinnya. Namun itulah kenyataan yang terjadi.
Keesokan harinya ada kunjungan untuk Jack, dan itu dari anak buahnya.
Keesokan harinya ada kunjungan untuk Jack, dan itu dari anak buahnya.
“Siapa
yang suruh kalian nyerang ForSter? Hah? Siapa?”
Bentak Jack
“Emang
itu kan yang harusnya Death lakuin? Lo masuk penjara bukan karena kesalahan lo,
itu semua gara-gara ForSter, kita gak terimalah ketua Death diperlakukan kayak
gitu. Walau lo sering keluar masuk penjara tapi kali ini bukan kesalahan lo! Dan
apa yang ForSter lakuin, mereka gak ada sama sekali buat minta maaf, bahkan
sekalipun! Mau ditaro mana harga diri Death!” Ucap salah satu
anggota Death yang ternyata adalah adik dari Jack
“Dia
udah minta maaf sama gue.” Jack
“Sama
lo doang, bukan sama Death kan? Ini sama aja bohong!.”Ucap
adiknya
“Tapi
sebelum gue suruh, gak seharusnya kalian bertindak!” Jack
“Terus
kapan ketua bakal nyuruh kita? Sekarang?” Jawab yang lain
“Gue
gak akan pernah nyuruh kalian buat hancurin ForSter!.”
Ucap Jack
“Apa?
Kita gak salah denger? Sejak kapan hati ketua jadi lembek gini! Apa karena
pemimpin ForSter cewek, trus kita gak seharusnya lawan cewek? Ayolah, bukannya
ketua juga pernah mukulin cewek kan?” Ucap anggota lain
memaksa
“Oh..
atau jangan-jangan lo jatuh cinta sama pemimpin dari ForSter itu. Polisi bilang
kalian selalu akrab disini.” Tanya adik Jack
Jack membisu.
“Jawab..”
“Jawab
ketua!!”
“Iya!!
Gue jatuh cinta sama dia!! Dia udah buat gue jadi lebih baik dibanding saat
dulu ada di Death!” Jawab Jack
“Benerkan
dugaan gue! Cuman gara-gara cinta lo jadi kehilangan akal gini. Pokoknya. Death
gak akan nurutin apa kata lo. Death bakal tetep ngancurin ForSter. Menang atau
kalah, kita gak peduli. Ada atau gak adanya lo, kita juga gak peduli. Besok malam,
penyerangan bakal dimulai!”
Death pergi meninggalkan Jack. Diapun
memberitahuku dan kami sangat khawatir dengan hal ini. Apa yang harus kami
lakukan? Melibatkan pihak keamanan? Sangat mustahil. Resiko terlalu besar untuk
kelangsungan ForSter kedepannya. Akhirnya kami memutuskan untuk berencana kabur
dari tahanan pada malam penyerangan dimulai. Karena penjara ini keamanannya tak maksimal, kami yakin bisa lolos!
**
Tibalah saatnya.
Tibalah saatnya.
“Wooiii
ForSter keluar kalian!! Death bakal hancurin kalian! Sini lawan kita!!”
Terdengar teriakan huru-hara di depan markas ForSter
“Ngapain
kalian kesini? Seenaknya ngancurin markas ForSter. Kalian pikir kita takut sama
kalian. Cih!! Najis banget!!” Ucap Aldi
“Berisik
kalian!! Death!! Seraaaannggg!!!”
Brakbrukbrokpakpokbruakprakbomduarbrakbrukbrokpakpokbruakprakbomduarbrakbrukbrokpakpokbruakprakbomduarbrakbrukbrokpakpokbruakprakbomduarbrakbrukbrokpakpokbruakprakb
Pecah!! Baku hantam antara ForSter
dan Death tak bisa dihindari. Saat aku dan Jack berhasil kabur dan sampai
disana, mereka sudah ribut tak terkendali. Segera kami berusaha untuk
menghentikannya dengan susah payah. Hingga masuk ke dalam perkelahian tersebut.
“STOOOPPP!!!”
Teriakan dariku dan Jack
Mereka berhenti. Melihat kearah
kami dengan tatapan tajam.
“Apa-apaan
ini! Kalian harusnya tahu apa yang bakal terjadi sama ForSter kalo berurusan
dengan Death! Kita bakal dibubarin!!” Teriakku memandang
ForSter
“Tapi
mereka yang nyerang kita duluan ketua. Apa kita harus diem aja!”
Jawab salah satu anggota
“Eh!
Lo ketua ForSter! Lo racunin apa otak kakak gue sampe dia bisa lebih ngebela lo
daripada gang yang dia pimpin selama bertahun-tahun!! Death datang kesini buat
balas dendam!” Bentak adik Jack
“Berisik
lo!!” Bentak Jack
“Demi
cinta lo jadi berubah total bang! Gue kecewa! Death kecewa sama lo!!”
Bentak lagi adik Jack
Aku tahu apa maksud mereka. Kemudian
aku maju perlahan mendekati Death. Lalu berlutut.
“Oke,
ini semua salah gue. Gue minta maaf atas semua kesalahan gue. Gue mohon, jangan
libatin ForSter ke dalam masalah pribadi gue. Kalo kalian mau bunuh gue,
silahkan. Gue siap! Tapi jangan pernah kalian sekalipun usik kedamaian ForSter!”
Semuanya diam. Kemudian Death pun
dipaksa bubar oleh Jack walau amarah mereka masih terlihat. Dan ForSter kembali
masuk ke markas. Tinggal aku dan Jack yang masih tak beranjak.
“Maaf
ini semua salah gue..” Ucapku
“Maaf
ini juga kesalahan gue yang udah jatuh cinta sama lo.”
Ucap Jack
“Gue
juga ngerasain hal yang sama kok..”
“Terus?”
“Terus
apa? Lo mau kita bersama? Gila!!”
“Emang
kenapa? Salah?”
“ForSter
segalanya buat gue. Gue gatau apa jadinya kalo lo sama gue. Peristiwa kayak
gini pasti bakal terjadi lagi, bahkan lebih parah.”
“Gue
bakal ninggalin Death demi lo! Beres kan? Lo yang udah bikin gue berubah jadi
lebih baik. Dan gue gak bisa lepas dari lo Re!”
“Gue
gak bisa! Tetaplah bersama Death. Mereka peduli sama lo. Walau caranya kasar,
tapi gue ngeliat bahwa mereka gak mau kehilangan lo. Mereka bakal hancur tanpa
lo! Gue tau mereka bahaya, tapi dengan keadaan lo yang sekarang, gue yakin lo
bisa ngubah jalan pikiran mereka.” Ucapku meyakinkan Jack
Kami hanya bisa saling memandang di malam yang dinginnya begitu merasuk tubuh ini.
Lalu kami pulang lagi ke penjara
diam-diam. Aman.
**
Satu minggu kemudian aku dan Jack
bebas. Diluar aku sudah disambut oleh ForSter dan Jack pun dijemput oleh Death.
Kedua gang ini saling berhadapan masih dengan tatapan sinis. Saatnya Aku dan
Jack berpisah. Aku yang memutuskan melepas cinta demi keluargaku di ForSter dan
Jack pun yang telah merelakan perasaannya dan siap memulai kepemimpinan baru
bersama Death. Kami membuat kesepakatan untuk tak berkawan namun tak berlawan
juga. Kami akan menghilang dari kehidupan masing-masing. Mulai dari sekarang.
Ini jalan hidup yang kupilih. Melepas
cinta demi kebahagiaan. Sesungguhnya cinta dan kebahagiaan akan selalu
kutemukan saat bersama ForSter. Pasangan hidup? Biarlah waktu saja yang
menentukan. Jack, terimakasih telah menghadirkan pelangi dibalik masa kelamku.
Namun ForSter sangat berharga. ForSter more than you, sorry.. ForSter is my
life.
-Tamat-
-Tamat-
No comments:
Post a Comment