find me on:

Saturday, April 16, 2022

Fan Fiction: So Special

Fan Fiction: So Special
 
Title: So Special
Author: Harucin
Cast: Ryuto Kazuhara “GENERATIONS from EXILE TRIBE”
Genre: Music, Fan Fiction AU
Length: Oneshot Story


Sore ini terasa sangat berat bagi Kazuhara Ryuto. Bahkan sejak satu minggu ke belakang, hidupnya tak bisa tenang. Hanya satu alasan, mata pencaharian yang ia miliki akan segera terlepas dari genggaman beberapa jam lagi, jika.. dirinya tak mampu memenuhi permintaan sang bos. Meski usaha keras telah ia lakukan dalam kurun waktu tersebut, hasil yang diinginkan belum terwujud. Mungkin apabila gagal, dia bisa saja mencari pekerjaan baru. Namun sejujurnya, ia terlalu nyaman dengan apa yang dilakoni saat ini. Menggeluti pekerjaan yang sejalan dengan passion, tentunya siapa pun akan tetap mempertahankan hingga batas maksimal. Begitu juga dirinya. Apalagi dengan bayaran yang di atas ekspektasi.
 
“Kau adalah bagian dari orang yang sangat istimewa, Ryuto. Bisa mendapatkan penghasilan dari sesuatu yang kau sukai. Jangan sampai hal yang tak diinginkan terjadi!! Arghhh!!”
 
Menempuh perjalanan ke tempat ia bekerja cukup dengan berjalan kaki. Ketika langkahnya selama satu tahun ini selalu konsisten diiringi kepercayaan diri dan rasa bahagia, kini hal yang sama tidak terjadi lagi. Jelas saja, di pikirannya terus berputar tentang nasib pekerjaan dirinya yang dipertaruhkan. Tentang sulitnya untuk mengabulkan apa yang dipinta atasannya.
 
Sesaat setelah pria bertubuh cukup kekar ini sampai di tujuan yang dari arah depan saja sudah terlihat ramai karena akhir pekan, ia segera memasuki ruangan yang seperti biasanya dengan keadaan yang sama sekali tak bersemangat. Sang bos datang tak lama kemudian. Beliau takkan mengulur waktu lagi untuk ‘menagih hutang’ pada Ryuto.
 
“Bagaimana, Kazuhara?” pertanyaan yang arah tujuannya langsung dipahami oleh Ryuto.
 
Ryuto menggeleng.
 
“Hanya mencari satu orang saja, kau benar-benar tidak bisa?” bos tersebut seakan meremehkan.
 
“Bukan aku yang tidak bisa, tapi tak semudah itu untuk mendapat kecocokannya.” Ryuto coba memberi penjelasan. Sebenarnya ia sempat menemukan dua orang dalam batas waktu yang ditentukan ini. Tapi keduanya sama sekali bukan yang diinginkan.
 
Masih, sang bos belum mau mengerti, “Daripada kau harus kehilangan pekerjaan, lebih baik pilih yang mana?” tantangnya.
 
“Tolong mengertilah,” Ryuto meminta bosnya untuk bisa melihat dari sudut pandang dia sebagai si pelakon. “Jika aku melakukannya sendirian saja untuk ke depannya, itu masih bisa, kan?”
 
“Bisa saja, tapi tidak di tempat ini.” secara tersirat bos tersebut mengindikasikan bahwa Ryuto telah dipecat dari pekerjaannya.
 
“Tolonglah..” mohon Ryuto. Ia ingin berkompromi.
 
“Kau juga tahu kan jika cafe ini ditujukan untuk para pasangan. Jadi mana mungkin kau bisa melakukan pekerjaanmu sendirian? Itu tidak sesuai dengan landasan visi dan misi kami!” sang bos menegur dengan tegas. “Apa yang akan dipikirkan pengunjung nantinya? Sudah cukup kau bernyanyi sendirian selama satu minggu ini. Saya tidak bisa mengizinkanmu melakukan itu lagi.” pungkasnya.
 
Tak bisa dipungkiri, dari awal, Ryuto memang sudah tahu jika tempatnya bekerja ini adalah sebuah café yang dikhususkan untuk para pasangan. Oleh karena itu, pada setahun silam pun ia beserta ‘pasangannya’ yang sudah dikenal sejak lebih dari satu dekade mengajukan diri untuk berduet menjadi penyanyi di tempat tersebut. Sesuai dengan syarat wajib yang diberlakukan. Tapi sekarang.. Ryuto telah kehilangan ‘pasangannya’, maka tak ada pilihan lain selain ia mencari ‘pasangan’ baru, atau pekerjaannya akan melayang.
 
“Baiklah.. aku terima apapun keputusan anda, Yamashita-san..” akhirnya Ryuto pasrah. Menyerahkan seutuhnya nasib pekerjaan dia di sini pada sang bos yang nyatanya sudah mendapatkan tawaran dari ‘pasangan baru’ untuk menjadi penyanyi di café yang dikelolanya ini. Tapi karena sekarang adalah hari Sabtu, bos tersebut memutuskan untuk merekrut mereka pada hari Senin saja. Dan dengan kemurahan hatinya, ia memberi kesempatan terakhir kali pada Ryuto sampai esok tiba. Jika hasilnya tetap sama, maka ucapkanlah selamat tinggal pada tempat ini.
 
“Yasudah, sekarang bersiaplah untuk bernyanyi. Saya tidak meragukan kemampuanmu, tapi peraturan tetaplah peraturan. Patuhi itu!” camkan bos Yamashita. Ia pergi meninggalkan Ryuto yang masih berusaha mengumpulkan kekuatan lagi untuk menuju panggung.
 
Pekerjaannya telah selesai. Selepas dari café, Ryuto menepi dahulu di sebuah taman kecil sekitaran tempat tersebut. Ada cukup banyak orang di sana, namun Ryuto merasa kesepian. Apalagi semenjak ditinggal ‘pasangannya’.
 
Ia mengeluarkan ponsel. Memasuki folder galeri di mana banyak foto tersimpan di sana. Membuka penuh salahsatunya yang berisi potret dia sedang bernyanyi bersama seorang wanita. Menatap sendu, namun detik kemudian ia tersenyum.
 
“Aku ikut bahagia saat kau telah menemukan kebahagiaanmu. Tapi aku sangat sedih juga saat kau pergi dari sisiku.” ungkapnya. Layar ponsel tersebut kemudian ia geser. Kini tertampil wanita yang sama dengan mengenakan pakaian pengantin yang begitu anggunnya.
 
Ryuto meracau kembali, “Aku harus bagaimana, Karen-chan? Hanya kau yang sampai sekarang paling cocok untuk menjadi ‘pasanganku’. Tapi kau telah menikah dan meninggalkanku..” suaranya makin memelan sambil terus menatap layar ponsel. Keputusan 'pasangan' Ryuto tersebut untuk menikah menjadikannya harus melepas juga pekerjaan yang sedang ia jalani bersama pria ini. Karena akan sulit untuk membagi waktu, maka ia harus mengorbankannya. Dan Ryuto, tak bisa memaksa agar wanita itu tetap bersamanya walau ingin. Ia tak boleh egois meski hal ini membuatnya dilema akan nasib pekerjaan.
 
Merenung hampir satu jam, Ryuto pun memutuskan untuk pulang saja. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Masih belum ada jalan keluar yang ia temukan sampai saat ini. Besok adalah harapan terakhir, namun tak tampak sedikitpun keyakinan dari dirinya.
 
Lagi, langkah yang lesu menyertai kepulangannya. Di pinggiran jalanan yang terlihat masih lumayan ramai ini banyak raut keceriaan yang ia tangkap. Tapi itu sama sekali tak bisa tertular sedikitpun padanya akibat ketidaktenangan yang menghantui. Justru, wajah muram miliknya malah menampakkan sedikit keterkejutan kala melihat sebuah mobil yang ia kenal menepi di depan sana. Pengemudinya keluar, lalu mengecek pada bagian ban belakang.
 
“Itu kan Yamashita-san?” ucap Ryuto. Dari gerak-gerik yang ditunjukkan oleh pemilik nama yang disebutkan barusan, terdeteksi bahwa ada kebocoran pada salahsatu ban mobilnya.
 
Apa yang akan Ryuto lakukan? Sewajarnya, ia harus memberi pertolongan. Tapi karena kejadian tak mengenakkan beberapa saat lalu antara dirinya dan orang itu, membuat dia mengurungkan niat baik tersebut. Ryuto malas untuk berhubungan dulu dengannya. Alih-alih membantu, ia malah mundur perlahan dan berbalik menjauh darinya. Ia akan menempuh jalur lain agar tak bertemu sang bos.
 
“Maafkan aku, bos..” batinnya.
 
Jalur yang dilaluinya kini membuat jarak tempuh Ryuto untuk sampai ke rumah jadi lebih lama. Tidak apa-apa. Ini yang paling baik menurut kata hatinya.
 
Karena jarang sekali Ryuto melewati jalur ini, ia pun belum tahu apa saja ‘pemandangan’ yang akan menemani perjalanan pulangnya. Seperti yang ia lihat kini, di pinggiran jalan sebelah kanan terdapat cukup banyak orang berkerumun seperti sedang menyaksikan sesuatu. Lalu samar-samar terdengar suara instrumen musik dari gitar akustik yang tengah dimainkan. Jiwa musisinya tak dapat memungkiri, menjadikan dia terpengaruh untuk mendekati sumber tersebut. Coba menyusup kerumunan agar pandangannya tak terhalang. Tampak wujud seorang wanita berponi dan panjang rambutnya sebahu dengan alat musik petik itu di pangkuannya. Di bagian neck gitarnya, tertulis sebuah nama, “Rei”.
 
“Apakah itu namanya?” tebak Ryuto sembari matanya yang belum teralihkan dari sosok tersebut.
 
Suara nyanyian wanita itu kembali mengalun. Indah dan lembut. Membuat siapa saja yang mendengarnya takkan pernah mau beranjak sampai selesai. Ditambah kepiawaian dalam memetik gitar, menjadikan penampilan yang sedang ia tunjukkan semakin istimewa.
 
So special..” ungkap Ryuto. Ia takjub dengan apa yang kini tengah disaksikannya.
 
Semakin sosok wanita itu melantunkan melodi dengan merdu, semakin tersihir pula Ryuto oleh kekuatan suaranya. Berkarakter. Memiliki daya tarik yang besar. Dari orang-orang yang ditemuinya saat lalu, wanita inilah yang paling mempunyai keistimewaan sesuai kriteria Ryuto. Sosok yang ia cari selama satu minggu ini telah ada di hadapan.
 
Ikutsumo no deai ga atte
Sono naka demo, you were so special
Aku telah bertemu begitu banyak orang sebelumnya
Tapi bahkan di antara mereka, kau sangat istimewa
 
Terpana dan terpana. Lagi dan lagi. Reaksi yang sejatinya tampak dari Ryuto terus berulang seperti ini hingga wanita itu sampai di penghujung lagu yang dinyanyikannya. Ia tersenyum penuh makna. Untuk kekaguman yang sudah jelas patut diterima oleh sang wanita. Untuk nasibnya pula yang kemungkinan besar akan berubah menjadi baik sebentar lagi. Terbesit sedikit pertanyaan dalam benaknya, mengapa baru sekarang pertemuan ia dan wanita itu terjadi? Namun ini tak lepas dari campur tangan Tuhan dalam menggariskan takdir untuk setiap umatnya.
 
Naze bokura wa deattandarou
Unmei to iuna no hitsuzen nandarou
Aku bertanya-tanya mengapa kita bertemu
Aku ingin tahu apakah itu karena keniscayaan yang disebut takdir
 
Tepuk tangan membanjiri tempat Ryuto berada kini. Ditujukan hanya untuk satu-satunya wanita yang telah sukses memberikan penampilan istimewa. Dalam balutan kesederhanaan pakaian yang dikenakannya, terpancar kemewahan dari kemampuan bermusiknya.
 
Orang-orang di sekeliling memberikan wanita itu uang sukarela atas penampilannya. Yang mereka taruh di atas tempat gitar yang tergeletak di depannya. Tak segan, Ryuto pun ikut menyisihkan uangnya. Bahkan ia beranggapan bahwa wanita ini layak mendapatkan hasil lebih banyak. Itu akan terwujud tak lama lagi, jika kelak si wanita akan menyetujui untuk ikut bersamanya.
 
Harusnya, penampilan si penyanyi berakhir sampai sini, dan Ryuto akan segera mengajaknya berkomunikasi untuk memberi ‘tawaran’. Namun ada sepasang pria dan wanita yang kira-kira berusia 40 tahun telah mendahului niatnya.
 
“Ah!” sesal Ryuto.
 
Pasangan itu berkenalan sejenak dan diketahui bahwa mereka adalah suami istri. Nama sang suami terlintas pada pendengaran Ryuto. Akira, sebutnya. Dan diketahui pula bahwa penyanyi tersebut memanglah bernama Rei, sama dengan nama yang tertangkap oleh mata Ryuto sebelumnya. Mereka mengajukan permohonan agar Rei bersedia memberikan penampilannya sekali lagi dengan menyanyikan sebuah lagu yang mereka request. Dan mereka akan memberi bayaran sepadan untuk itu.
 
“Bisakah kau menyanyikannya, kami mohon.” pinta sang suami.
 
Istrinya mengikuti, “Ini adalah hari spesial kami, dan lagu itu adalah lagu yang paling kami sukai..” jelasnya.
 
Rei kebingungan. Ia tak keberatan untuk bernyanyi sekali lagi, namun lagu yang dipinta itu mustahil ia nyanyikan sendirian. Karena lagu tersebut merupakan lagu duet, antara pria dan wanita. Lagu hits milik Atsushi dari EXILE yang dinyanyikan bersama seorang penyanyi wanita bernama AI dengan judul “So Special”. Lagu cinta yang amat romantis sehingga memang cocok sekali untuk menjadi soundtrack bagi para pasangan. Percaya pada pertemuan takdir yang seolah-olah bagai keajaiban teristimewa di dalam hidup.
 
“Tapi bagaimana bisa aku melakukannya sendiri, Tuan Akira?” ucap Rei yang merasa tak enak hati tapi ia pun tak tahu harus berbuat apa. Sementara pasangan ini masih penuh harap.
 
Mengetahui peristiwa tersebut, sebuah ide muncul tiba-tiba dari Ryuto yang berjarak sekitar 5 meter dari ketiganya.
 
Ima anata ga koko ni iru koto~
Ima kimi to deaeta koto~
 
Lirik dari bagian chorus sang lagu terdengar mengalun lembut. Suara seorang pria mengalihkan atensi dari tiga orang ini. Begitupun pada manusia-manusia yang masih menetap di sana. Ia berjalan mendekat. Dengan irama nada yang sedikit diperlambat, pemilik suara itu yang tak lain adalah Ryuto seakan memberi isyarat mengajak Rei untuk ikut bernyanyi melengkapi lirik selanjutnya.
 
Kitto aishi au tame no suteki na Destiny~
Ai wo tada dakishimete~
 
Meski merasa heran, Rei tak dapat berdiam diri dalam menanggapi ajakan Ryuto. Alhasil ia ikut menggabungkan suaranya, dan membuat lagu ini memungkinkan untuk ia nyanyikan sekarang juga. Terpancar kebahagiaan dari paras pasangan suami istri itu.
 
“Kami akan menyanyikannya.” ucap Ryuto ramah pada mereka. Dan Rei setuju walau ia belum tahu siapa, dari mana dan apapun itu mengenai orang di sampingnya. Yang terpenting, fokusnya kini adalah menyenangkan hati penontonnya.
 
“Apa kau siap?” Ryuto bertanya pada Rei.
 
“Ya.” balasnya singkat.
 
“Bagi penyanyi, tidak ada yang tidak tahu tentang lagu hits ini.” ungkap Ryuto.
 
“Benar sekali! Mari kita menyanyikannya dengan baik.” Rei menanggapi dengan antusias. Percakapan awal keduanya dimulai dengan cara yang tidak biasa.
 
Gitar beralih pada Ryuto. Kedua penyanyi ini bernyanyi dalam keadaan berdiri. Stand mic yang asalnya dipakai oleh Rei sekarang berpindah pula pada Ryuto. Dan ia akan memegang si mikrofon dalam genggaman tangannya.
 
Musik intro mulai dimainkan. Semua pasang mata menyaksikan dua orang yang siap memberikan pertunjukkannya..
 
(mari kita membayangkan kembali video Ryuto dan Rei sedang menyanyikan lagu ini sampai selesai. Mau sambil ditonton videonya? Boleh bangeeett!! :D)
 
Suara sang pria terdengar amat merdu. Dalam ke-powerful-an yang dimilikinya, tersimpan kelembutan pula yang mampu membuat hati pendengarnya merasa dilingkupi ketenangan. Dipadukan dengan suara dari sang wanita yang sudah tak diragukan lagi, lagu cinta ini berhasil tersampaikan dengan sempurna! Terutama pada sepasang suami istri itu. Kepuasan terlukis jelas dari wajah. Cinta yang mereka miliki semakin bermekaran menyaingi bunga sakura yang tengah mekar di musim semi ini.
 
Banjir tepuk tangan didapat lagi oleh Rei, yang kini tertuju juga untuk Ryuto. Mereka saling melemparkan senyum dan memberi tanda hormat pada masing-masing. Tak lupa pula ucapan terimakasih khusus datang dari suami istri yang telah menyatukan mereka dalam penampilan lagu yang dipintanya. Dan janji yang mereka ikat tadi, telah terpenuhi juga.
 
Ryuto belum beranjak dari samping Rei. Ia sedikit menyerongkan tubuh agar bisa berhadapan dengannya. Lalu niat yang sedari tadi masih terpendam akhirnya bisa dia utarakan. “Aku benar-benar telah menemukan orang yang tepat. Bahkan di keramaian seperti ini.”
 
“Apa maksudmu?” Rei tidak memahami ucapan pria ini.
 
“Maukah kau menjadi ‘pasanganku’?” ungkap Ryuto serius.
 
“Eh?!” kaget Rei. Matanya menatap tak percaya.
 
“Untuk hal yang begitu istimewa, kau pantas jadi yang ter-istimewa.” pungkas Ryuto.
 
Keduanya mematung saling berpandangan. Tergurat senyum tipis dari bibir Ryuto. Sementara para penonton masih memadati tempat mereka berada seolah menjadi saksi dari perbincangan ini.
 
Ano toki moshi surechigatte
Hitogomi ni magiretatte
Kitto deaeta hazu date I believe
Kono hoshi ga hajimatta kiseki no youni
Bahkan jika kita akhirnya melewati satu sama lain saat itu
Dan tersesat di keramaian
Aku yakin kita bisa bertemu, aku percaya
Seolah-olah planet ini telah memulai keajaiban
 
 
-TAMAT-

No comments:

Post a Comment