Friday, December 27, 2013
Cerpen: Secret Admirer Itu Ternyata……
Aku duduk sendiri di depan kelas. Tersenyum tak karuan memandangi Bisma, seseorang yang aku suka sejak kelas 1 SMA. Ia sedang bermain bola. Sedang asyiknya aku dalam suasana ini, tiba tiba ada yang merusak pemandanganku,
“dorrr… haha, lo ngapain disini sendirian??? Ketawa ketawa sendiri lagi kaya yang ga waras!!” Usil Vara.
“ihhh lo tuh ngagetin gue tau ga!! Mana ngerusak mood gue lagi!!!” jawab aku ketus.
“iya deh, sorry sorry. Jangan ngambek dong, nah lo lagi ngapain??” tanya Vara.
“tuh (tanganku menunjuk ke arah Bisma). Lo ngerti kan maksud gue??” jawabku.
“ohh si Bisma ternyata. Lo kalo suka sama dia mending tembak aja. Daripada gini terus” Canda Vara sambil tertawa.
“idiiihhhh ogah ah. Masa cewe nembak cowo sih, tengsin ah gue.”
“ya udah, terserah lo sih. Jangan nyesel yah nanti kalo diambil orang. Hahahahaaaa”
Bel pun berbunyi dan terpaksa aku harus masuk kelas untuk kembali belajar.
Sorenya aku dan Vara pergi ke toko peminjaman buku. Saking asyiknya aku membaca novel sambil jalan, tiba tiba aku bertabrakan dengan seseorang hingga membuat aku terjatuh. Orang itupun menolongku. Saat aku lihat wajahnya, tak kusangka dia adalah……….. Bisma !!!. orang yang aku suka saat ini. Dia pun mengenalku tapi kita tak saling akrab. Dia meminta maaf padaku.
“eh sorry yah Cind, gue ga sengaja nabrak lo” ucap Bisma sambil mengulurkan tangannya padaku.
“ohh eng.. engg.. enggak kok. Gue yang salah, gu.. gue yang jalannya ga liat liat” jawab aku sambil terbata bata.
Kita pun saling berjabat tangan. Tak lama kemudian Bisma pamit kepadaku karena dia sudah selesai membeli bukunya. Aku langsung menghampiri Vara yang sedang duduk membaca buku. Kuceritakan semuanya kepada Vara tetapi dia biasa saja menanggapinya. Mungkin dia bete karena aku ganggu. Tapi biarkan sajalah, yang penting aku senang sekali. Kejadian ini takkan pernah kulupakan sepanjang hidupku.
Besoknya ketika aku masuk kelas, ada sesuatu diatas mejaku. Terlihat setangkai bunga mawar dan secarik kertas bertuliskan “Maafin aku Cindy”. Kukira itu bukan untukku, tapi jelas jelas tulisannya tertuju padaku. Aku bingung. Ku tanya pada teman teman tapi mereka tidak tahu. Mereka bilang bunga itu sudah ada dari tadi di mejaku. Tak lama Vara datang dan melihat bunga itu di tanganku,
“eh Cind, ni bunga punya siapa??” tanya Vara.
“gue juga ga tau,pas gue dateng, bunga ini udah ada di meja gue.” Jawab aku bingung.
Kami pun diam sejenak, tiba tiba Vara nyeletuk,
“Bismaa…”
“Bisma?? Masa sih dia??
“ya mungkin aja kan, siapa tau ini permintaan maaf dia ke lo gara gara kejadian kemaren.” Ucap Vara sambil meyakinkan aku.
Aku pun terdiam. Ya, mungkin saja. Tapi aku belum yakin kalo bunga itu dari Bisma.
Jam pertama dimulai. Kami disuruh pergi ke perpustakaan untuk mencari buku yang ditugaskan oleh Bu Guru sekaligus mengerjakan tugas disana. Aku dan Vara sedikit kesulitan untuk mengerjakan tugas. Tiba tiba datanglah seseorang menghampiri kami. Ternyata dia adalah Pandu. Dia anak yang jenius dan selalu jadi juara di kelasnya. Hampir satu sekolah mengenal dia, termasuk kita. Dia juga berpenampilan rapi, baik, dan selalu tepat waktu untuk datang ke sekolah. Aku suka dengan cowo yang seperti itu, tapi entah kenapa aku tak punya rasa lebih padanya. Hanya sekedar teman.
“ada yang bisa gue bantu??”tanya Pandu.
“lo ga keberatan kan bantuin kita ngerjain tugas??”jawab Vara.
“okeyy… kita kerjain bareng bareng aja.” Ucap Pandu.
“mmm…. Apa ga ngerepotin nih??” tanyaku.
“ga kok, nyantei aja kali gue juga lagi ga sibuk.” Jawab Pandu.
Kami pun mengerjakan tugas bersama sama. Dia anaknya agak pendiam. Jadi dia cuma bicara seperlunya saja dan fokus pada tugas. Sedangkan aku dan Vara malah terus bercanda.
Dua jam berlalu. Akhirnya kami selesai juga mengerjakan tugasnya.
“thanks yah Pan udah bantuin kita.” Ucap Vara.
“iya, makasih ya. Jangan bosen bosen yah bantuin kita.hehee.” Ucap aku sambil ketawa.
“sama sama. Kalo butuh bantuan, tinggal cari gue aja.” Jawab Pandu sambil memegang pundakku. Dia tersenyum padaku.
Malamnya, di kamar aku terus memandangi bunga itu. Aku mulai membayangkan Bisma lah yang memberi bunga itu kepadaku secara langsung. Aku tersenyum sendiri melamunkan Bisma. Tetapi, kenapa hatiku belum benar benar yakin kalau Bisma lah yang memberi bunga itu.
Keesokan harinya, hal yang sama terjadi lagi. Bunga dan surat yang sama tersimpan diatas mejaku. Demikian juga pada hari hari selanjutnya. Hingga sampai dua minggu, aku sudah tak sabar lagi dan aku sangat penasaran. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertemu dengan Bisma dan menanyakan tentang bunga itu. Tetapi apa yang kudapat setelah aku bertemu dengan Bisma??? Dia justru malah bingung dan benar benar tidak tahu tentang bunga itu. Aku sangat malu rasanya dan tak ingin bertemu dengan Bisma lagi.
Kuceritakan semua hal itu pada Vara. Dan dia pun dapat mengerti perasaanku dan mencoba menenangkanku. Kemudian Vara berkata;
“kalo bukan Bisma yang ngasih bunga itu, trus siapa dong??”
“gue juga gatau Ra, gue bener bener penasaran. Apa coba maksud tuh orang ngasih gue bunga segala!!”
“hmmm… oh ya!! Mungkin lo punya pengagum rahasia. Secret admirer gitu???” tanya Vara sambil meyakinkanku.
“masa sih?? Ahh ga mungkin lah, emang gue artis apa???” tepis aku.
“yah gue juga masih ngira ngira sih.” Jawab Vara.
Sepulang sekolah aku dan Vara pergi dulu ke toko bunga karena disuruh oleh mama. Aku sibuk mencari bunga yang dipesan mama. Disana aku bertemu dengan Pandu. Kulihat dia memegang setangkai bunga dan diselipi secarik kertas. Tetapi tak lama bunga tersebut ia sembunyikan ke belakang badannya. Tiba tiba ada seorang anak kecil yang berlari lari dan tak sengaja menabrak Pandu. Bunga yang dipegangnya pun jatuh tepat di samping kaki Vara. Diambillah bunga itu oleh Vara, dan ia sangat terkejut ketika membuka secarik kertas yang ada pada bunga itu.
“jadi lo Pan pengagum rahasianya Cindy???” tanya Vara serius.
“maksud lo apaan sih Ra?? Gue ga ngerti??” tanya aku balik.
Kemudian Vara memberikan kertas tersebut kepadaku, betapa kagetnya aku setelah membaca isi dari kertas tersebut.
“Pandu, ternyata lo secret admirer gue...” tanya aku.
“iya Cind, gu.. gu.. gue pengagum rahasia lo, gue suka sama lo dari dulu, dari kelas satu SMA. Tapi gue tau, lo sukanya sama Bisma.” Jawab Pandu gugup.
“tapi kenapa lo ga ngomong langsung sama gue.??” Tanya aku lagi.
“ asal lo tau yah, gue tuh udah dibikin malu di depan Bisma soalnya gue nyangka kalo Bisma yang suka nyimpen bunga diatas meja gue.!!” Bentak aku.
“maafin gue yah... gue cuma pengen bikin lo seneng. Gue bener bener sayang ma lo Cind.” Ucap Pandu.
Tanpa menunggu jawaban dariku, Pandu langsung pergi meninggalkan aku dan Vara. Aku benar benar tak tahu harus berbuat apa. Harus mengatakan apa pada Pandu. Saat itu pikiranku benar benar tak karuan.
Keesokan harinya, hal berbeda terjadi. Tak ada bunga lagi tersimpan diatas mejaku. Ya, kali ini aku sudah tahu siapa sosok misterius itu. Aku mulai memikirkan Pandu. Aku merasa bersalah karena kemarin sudah membentak dia.
“Ra, gue nyesel deh kemaren udah ngebentak Pandu di depan umum..” ucap aku.
“kalo menurut gue sih, wajar aja lo berbuat kaya gitu.” Jawab Vara.
“ya, tapi gue ga enak aja sama dia, maksud dia itu kan baik..” jawab aku kembali.
“yaudah, lo sekarang maunya gimana??” tanya Vara.
“gue harus minta maaf sama dia.” Ucap aku serius.
“hmmm… yaudah lo ke perpustakaan aja sekarang. Lo temuin Pandu.” Vara meyakini aku.
“tapi gue maluu…” jawab aku.
“katanya mau minta maaf, gimana sih lo???” jawab Vara.
“okey deh. Gue ke perpustakaan sekarang.” Jawab aku yakin.
Aku pun pergi ke perpustakaan. Dan benar saja, Pandu sedang ada disana. Kulihat dia sedang membaca buku. Aku menghampirinya. Pandu melihatku dan dia terlihat gugup sekali. Aku ajak dia ke taman sekolah dan dia pun menurut saja.
“Pan, gue minta maaf yah. Ga seharusnya gue bentak lo kemaren.” Ucap aku.
“gue udah maafin lo kok, gue juga minta maaf yah..” ucap Pandu.
“iyaaa.. “ jawab aku.
Tak lama, Pandu memegang kedua tanganku. Hatiku dag dig dug, tak tahu apa yang akan dilakukan oleh Pandu. Apa dia akan………………………………..
“Cindy, gue bener bener sayang sama lo. Gue tahu, lo suka sama Bisma, tapi gue cuma pengen nyatain perasaan gue aja.” Ucap Pandu serius.
“gu.. gu.. gue….” Jawab aku gugup.
“lo mau jadi pacar gue??” tanya Pandu.
“gu..gu..guee.. aduh gimana yah.” Jawab aku sangat gugup dan terkejut.
“ga papa kok kalo lo nolak gue. Gue terima lapang dada, yang penting gue udah jujur tentang perasaan gue sama lo.” Ucap Pandu.
“lo beneran sayang sama gue??” tanya aku.
“iya, gue bener bener sayangggggg sama lo. Gimana??” jawab Pandu.
“gue, gue mau jadi pacar lo.” Jawab aku.
“serius?? Trus Bisma ??” tanya Pandu.
“gue udah mulai ngelupain dia. Ternyata susah buat bikin orang yang kita suka jadi suka sama kita. Dan sekarang ada cinta yang datang, gue ga mau sia sia in itu.” Jawab aku meyakinkan Pandu.
“makasih yah Cind, gue janji gue bakal bikin lo bahagia. Gue bakal bikin lo nyaman sama gue. Dan gue ga bakal sia sia in lo.” Ucap Pandu.
“iyah, gue yakin kok kalo lo ga bakal nyakitin gue.” Jawab aku.
Akhirnya aku dan Pandu menjadi sepasang kekasih. Dan dia tetap jadi secret admirer ku yang setiap hari selalu meletakkan bunga diatas mejaku.
Subscribe to:
Posts (Atom)