Ini
dia! Aku temukan tempat yang pas sesuai minat dan keahlianku. Tujuan untuk
melamar pekerjaan selepas wisuda kelulusan sepekan lalu. Lewat website lowongan
pekerjaan mataku tertuju pada satu poster itu. Kucari tahu informasi tentang
tempat tersebut termasuk pada orang yang memposting info itu.
“selamat siang, Saya melihat
lowongan kerja di perusahaan xxx dari website xxx. Apakah lowongannya masih
dibuka?” tanyaku
“iya masih. Silahkan datang saja ke
tempat ya..” jawabnya
“sampai kapan dibuka lowongannya.”
“akhir bulan ini.”
“persyaratannya hanya yang
tercantum saja? Tidak bisa ditambahkan dengan dokumen pendukung?”
“yang tercantum saja ya, karena
hanya itu yang penting.”
“baik. Terimakasih informasinya
ya..”
“sama-sama.”
Baiklah.
Tekadku sudah bulat akan datang ke tempat tersebut. Kupersiapkan segala
persyaratannya dengan rapi. Entah kenapa aku bersemangat sekali akan hal ini.
Mungkin karena respon yang baik dan cepat dari salahsatu karyawannya tadi. Tapi
hatiku juga sepertinya yakin bahwa inilah tempat ku bekerja nanti. Semoga.
Semua
persiapan telah selesai. Saat sedang rebahan di kasur, baru kuingat bahwa besok
adalah hari sabtu. Hari dimana sebagian besar tempat kerja libur. Untuk
mendapat kepastiannya aku pun menghubungi si pemberi informasi itu.
“selamat malam. maaf ganggu. Besok
kan hari sabtu, apa kantornya tutup?”
“sabtu masuk ya sampai jam dua
siang.”
“iya besok saya akan kesana.
Terimakasih ya..”
Iya sama-sama. Semoga berhasil.”
Oke,
karena hari sabtu tetap buka saya pasti akan meluncur kesana esok hari.
Mudah-mudahan saja ada rejekinya.
**
Berangkat!!
Berbekal alamat perusahaan yang nama jalannya tidak kukenal namun daerahnya aku
tahu, akupun memutuskan untuk naik kendaraan umum yang memiliki jalur kesana
agar menghindari kebingungan dan pastinya tidak tersasar. Sampai disana, aku
tanya pada tukang becak tentang alamat itu. Dia bilang lurus lalu belok kanan.
Oke aku ikuti petunjuknya. Tapi tak kutemukan juga. Kutanya lagi pada tukang parkir,
dia mengatakan,
”di depan mbak yang ada mobil sedan
itu terus belok kiri. Ada tulisan nama perusahaannya di plang.”
Akupun
menurutinya dan syukurlah sampai juga di tempat tujuan. Memang ini tempatnya.
Tetapi, yang kulihat pagar disana tertutup dan digembok. Pikirku, apa hari ini
libur? Tapi dari info yang kudapat bahwa hari sabtu tetap masuk. Aku sms saja
mbak si pemberi informasi itu dan menanyakan hal ini. Tapi balasan dari dia tak
kunjung datang. Aku mulai bingung. Apa aku harus pulang dan hari senin kembali
lagi kesini? Tapi aku masih penasaran masa iya tutup sih. Kutunggu agak lama di
depan pagarnya. Menengok kesana kemari seperti orang bingung. Kini kepercayaan
diriku menciut. Kecewa. Sudah besar harapanku ternyata malah seperti ini.
Hmmm..
Eh
tunggu dulu! Saat aku membelakangi pagar, ternyata ada seseorang yang keluar
dari sana.
“ada perlu apa mbak?” tanyanya
“begini pak, saya mau melamar kerja. Benarkan ini PT xxx?” jawabku
“iya, silahkan masuk mbak.”
“baik pak terimakasih.”
Masuklah
aku kedalam tempat itu. Dipersilahkannya aku duduk dengan perasaan lega tapi
bingung juga sih.
“sebentar ya mbak, saya panggil Pak
Adam dulu.” Ucapnya
“iya pak silahkan.” Jawabku
Pasti
Pak Adam itu atasannya. Pikirku.
Tak
lama datanglah seorang pria menghampiriku. Dia masih muda. Tampan, putih, tinggi.
Mungkin seumuran juga denganku. Siapa dia? Aku bertanya-tanya. Tak sadar hatiku
pun berdebar.
“selamat siang, saya Adam.”
Ucapnya.
Dia
memperkenalkan diri padaku sambil mengajak berjabat tangan.
Dalam
hatiku. Eh? Ini Pak Adam? Atasannya? Masa sih? Sumpah aku ga nyangka banget!
Ternyataaaaaaa ^^
“saya Isyana. Saya mau melamar
pekerjaan, pak. Saya dapat informasi lowongan pekerjaan disini dari website
xxx.” Jawabku agak gugup.
“iya memang benar disini sedang
membutuhkan karyawan. Baik saya terima dulu berkas lamarannya. Bisa ditunggu
saja kabar selanjutnya ya. Ada nomor teleponnya?” tanya dia
“ada pak. Di dalam surat lamaran
dan CV juga.”
“baik saya akan pertimbangkan dulu
ini. Ditunggu saja ya kabarnya.” Ucapnya dengan santai dan memberiku sebuah
senyuman.
“iya pak terimakasih. Kalau begitu
saya permisi pak.”
“iya. Hati-hati ya di jalannya.”
Ucapnya
Keluar
dari sana di pikiranku malah terbayang-bayang dia. Semua rasa kecewa itu
langsung hilang setelah bertemu dengannya. Kepercayaan diriku kembali dan meningkat
drastis. Malahan aku ingin ingin ingin sekali kerja di tempat itu. Bagaikan
durian runtuh. Mungkin ini pertanda juga saat aku klop dengan pekerjaan itu, eh
aku menemukan bonusnya juga. Walaupun masih ngambang nasibku disana, tapi aku
sangat optimis. Lamaran pekerjaan mengantarkanku bertemu sang pangeran. Lewat
pertemuan pertama dengannya, aku merasa telah jatuh cinta