Baru di bulan puasa tahun ini sejak terakhir kalinya empat tahun lalu saya hanya menghabiskan waktu di rumah. Dalam artian tidak melakukan rutinitas biasanya seperti di puasa-puasa tahun kemarin. Penyebabnya? Tak usah ditanya, yang jelas saya jadi salahsatu dari sekian banyaknya orang yang terpaksa tidak 'keluar rumah'. Otomatis waktu luang bertambah pesat, rasa lelah pikiran dan fisik tidak terasa dan pastinya, me time semakin meningkat. Disebut senang, yaa saya senang karena ibaratnya saya jadi bisa melakukan apapun sesuai yang diinginkan. Kebebasan telah diraih. Tak terpaku pada 'tanggungjawab'. Bisa berleha-leha, memainkan si telepon genggam dengan suka-suka bahkan sepanjang hari pun tak akan ada yang protes. Tapi, dibalik semua hal itu lambat laun kebosanan mulai mengusik. Kebingungan melanda. Terlalu senang seperti ini justru membuat diri jadi tak 'berkembang'. Dan satu hal lagi, saat setiap harinya saya tak 'bergerak', maka hilanglah sudah si lembaran tipis penunjang hidup. Tak tahu harus bagaimana menyikapi ini, antara bersyukur karena alhamdulillah kesehatan selalu menjadi prioritas, atau tetap mengeluh karena bukan seperti ini juga cara yang saya inginkan. Harus tetap bersabar dalam menjalani semua cobaan ini. Harus selalu diingat, bukan hanya saya saja satu-satunya di dunia, dan harus selalu diingat juga, hal yang sangat penting, bahwa saya memiliki Sang Pencipta yang akan terus mencukupi serta melindungi entah bagaimanapun cara-Nya, percayalah..
No comments:
Post a Comment