~kurela pergi.. pagi, pulang pagi..
hanya untuk jadi saksi pemilu uu uuu~
~doakan saja aku pergi
smoga pulang dompetku terisi~
yahh kalo dompet terisi sesuai dengan kerjanya mah, aku rela rela aja, tapi kenyataannya... eits, bentar dulu deh, jangan langsung ke arah sana, mari kita mulai pada pembukaan dulu!
Dari penggalan lirik lagu di atas, merupakan pengantar untuk postingan yang akan berisi curahan hati saya yang kebagian bertugas menjadi saksi di Pemilihan Umum negara tercinta Republik Indonesia yang baru aja dilaksanakan tanggal 14 Februari kemarin. Singkat cerita, awalnya saya hanya akan mengambil bagian menjadi pemilih saja. Datang ke TPS, ngasih surat undangan, nunggu giliran, nyoblos, celup tinta, dan langsung pulang lagi deh. Tapi, beberapa waktu menjelang pemilihan, tetangga dekat saya (yang merupakan koordinator saksi suatu partai) menawarkan saya buat jadi saksi pemilu mewakilkan partai tersebut. Setelah dipikir, baiklah, saya sanggupi akhirnya. Dan mulailah saya bertugas di salah satu TPS di kota tersayang Tasikmalaya sesuai instruksi, dengan persiapan yang cukup matang karena sebelumnya sudah diarahkan harus ngapain aja selama bekerja.
Pada hari pemilu, saya datang pukul 07.00 WIB. Ikut acara pembukaan di TPS tersebut bersama KPPS, Perwakilan Bawaslu, Petugas Keamanan, dan beberapa saksi lainnya. Kemudian, pemungutan suara pun dimulai. Semuanya berjalan aman dan cukup lancar, hanya ada sedikit kendala saja yang langsung bisa diatasi. Waktu terus berjalan hingga enam jam berlalu, pada pukul 13.00 WIB akhirnya pemungutan suara selesai. Nah, selama waktu itu, saya merasa agak suntuk karena hanya menceklis siapa saja pemilih yang sudah memilih pada DPT dan DPTb, selebihnya, waktu hanya dihabiskan dengan diam saja (dan dikit-dikit diskusi dengan saksi lain), memantau jalannya pemungutan suara. "Alhamdulillah, mudah juga ternyata jadi saksi," begitu awalnya saya pikir.
Setelah selesai, saya pulang dulu buat sholat dan makan. Lalu pukul 14.00 WIB kembali lagi ke TPS dan sekitar 30 menit kemudian mulailah pada penghitungan suara! Yang pertama, untuk suara Capres dan Cawapres dulu. Cukup cepat juga sesi pertama ini, beres dalam satu jam! Nah, sampai di sini, saya berpikir lagi, "Okee ternyata emang mudah sih kerjanya saksi. Maksimal habis isya juga udah selesai."
Eh,
Akan tetapi,
Pada kenyataannya,
Justru,
PERTARUNGAN YANG SESUNGGUHNYA LAH BARU DIMULAI DARI SINI! HAHAHAHAHA!! //menertawakan penderitaan//
Pertarungan seperti apakah itu?
Mari kita lanjut aja curhatnya ya~
Masuk ke penghitungan kotak suara yang kedua, saya mulai merasakan bahwa prosesnya lamaaa sekali!! Menyita waktu selama sekitar tiga jam! Begitu juga pada kotak suara ketiga! Untuk penghitungan yang terpilihnya, memang cukup cepat, tapi, proses "pembuka" dan "penutupnya" lah yang super lama! Harus nunggu dulu KPPS nyusun surat suara yang mau dihitung, nunggu lagi nyusun kotak-kotak berjumlah puluhan untuk menyimpan suara tiap partai dan calegnya yang terpilih, nunggu lagi mereka pasang kertas bagan C1, dan bagan partai yang terlibat dengan jumlah belasan!! Kertasnya pada gede pula, haduh!! Nah pas selesai, nunggu lagi mereka ngisi perhitungan di para bagan itu, nunggu cocokin lagi, nunggu beres-beres, nunggu copotin bagan.. segalanya harus menungguuuu yang menguras banyak waktu!
Udah jam berapa nih? Baru kotak suara ketiga tapi waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam. Astagfirullah.. udah kerasa nih badan saya gak enak, dan menyangkal total pemikiran yang saya tuturkan di awal! Pokoknya untuk selanjutnya, langkah-langkah yang terjadi terus berulang dengan sama. Melewati berjam-jam dengan sangat berat! Kantuk yang terus menyerang, kena angin dingin juga semalaman, mumet, mana kelaparan karena gak dikasih jatah makanan sama sekali! Jadi bawa makanan sendiri-sendiri, yang kurang efektif juga sebenarnya. Padahal ada "relawan" sih yang ngasih makanan, tapi sungkan, saksi yang lainnya juga sama, karena menurut saya KPPS di tempat saya ini kurang bisa berbaur dengan saksi, kurang peka gitu, jadi kan gimana lah yaa paham lah yaa heuheuheu.. Pokoknya udah gak karuan lah muka bantal kusut banget acak-acakan, melewati jam 1.. 2.. 3.. 4 dinihari sampai ketemu lagi dengan adzan subuh! Allahuakbar.. tobatttt Ya Allah rasanya hamba ingin langsung tidur di atas sajadah aja setelah sholat hikkssss rungkad yeuh awak ainggg!!!
Harusnya sih, penghitungan memang selesai di sekitar jam 02.30 WIB, tapi, saksi kan perlu salinan C1 dari setiap kategori pemilunya. Nah itu loh, yang superrr lama diprosesnya! Jadi, KPPS di sini, semuanya yang tujuh orang itu malah ngurusin dulu urusan laporan dan lainnya. Sementara kebutuhan saksi malah dikesampingkan dulu. Alhasil, yaa harus nunggu lagi, nunggu terus.. baru deh jam 05.00 WIB mereka selesai dengan keperluannya, dan salinan C1 baru diurusin!! Sampai jam menunjukkan pukul 06.00 WIB, akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba juga!! Mari kita pulaaanngg huhuhuhu!!! Tapi nih ya, bisa pulang pun belum tentu kerjaan udah beres. Saya masih harus meriksa ulang kelengkapan C1 yang berangkap-rangkap itu dan menyerahkannya ke koordinator saksi yang keberadaannya sedang jauh dari saya pada saat itu juga. Setelah semuanya beres, barulah tugas saya benar-benar selesai! Baru pukul 08.00 WIB saya bisa nyantai (ngantuk sambil kelaparan XD). Saya bersih-bersih diri dulu deh.. cuci tangan, kaki, muka, dan ganti pakaian. Lanjut makan gorengan dulu buat mengisi perut walau di pertengahan ada drama mual-mual dan bikin saya jadi gak nafsu lagi. Mungkin karena terlalu telat makan kali yaa.. habis itu saya langsung bawa tidur aja di hamparan kasur yang amat dirindukan!!
Efek dari kerjaan ini bagi saya, di hari Kamis (15 Februari), sepanjang hari saya merasa ngantuk, kepala jadi berat, pusing, kleyengan, dan masih mual. Terus besoknya, giliran badan yang pegal-pegal. Nah, baru deh di hari Sabtu, energi dalam tubuh saya bisa terisi lagi dengan penuh!! Syukurlah gak sampai sakit keterusan huhuhu
Jadi begini ya gaes..
Jika hanya dilihat sekilas, memang benar, saksi pemilu lebih banyak diam dan duduk selama bertugas, karena yaa kami harus bagaimana lagi? Dalam aturannya, saksi dilarang untuk membantu pekerjaan KPPS, jadi udah bener kan seperti itu seharusnya. Waktu banyak terbuang percuma. Tapi, faktanya, saksi pun merasakan pula lelahnya dari pekerjaan yang sedang digeluti. Ikut menghitung dalam data pribadi juga. Lalu menginput data ke aplikasi partai yang bersangkutan. Serta menandatangani semua kertas hasil suara yang jumlahnya bejibun itu!! Malahan nih ya, kepulangan para saksi ke rumahnya masing-masing, bersamaan pula dengan jam pulangnya KPPS!! Hmm.. okelah, kami bisa pahami dan mewajarkan untuk itu. Nah.. yang jadi permasalahan utama buat saya (dan yakin juga untuk semua saksi pemilu) adalah.. coba kita intip lagi ke paragraf paling atas!! Mengenai "dompet terisi" alias gaji alias pembayaran untuk saksi pemilu yang TIDAK SESUAI dengan pekerjaan yang dilakoni!! Saksi partai dibayar dengan nominal yang rendah, yang bahkan terasa tidak dihargai kehadirannya. Setengah dari gaji KPPS aja enggak.. itulah yang saya dapatkan sekaligus banyak pengakuan dari saksi lainnya juga. Padahal, saksi adalah elemen sangat penting bagi partai + caleg yang terlibat dalam pemilu! Kalo gak ada saksi, gimana mereka bisa dapat salinan hasilnya? Gimana mereka bisa dapat info jalannya pemilu? Gimana bisa dipastikan bahwa suara untuk mereka terjaga dengan aman? Gimana pemilu bisa berjalan dengan formasi lengkap? Betul atau betul?!
Setelah saya melakukan pencarian di internet, ternyata jumlah bayaran untuk saksi memang tercantum demikian sejak lama. Berarti, dari pemilu-pemilu di masa lampau pun, bayarannya udah gak sesuai dong? Tapi tetap terulang lagi dan lagi. Bayaran untuk saksi tidak disediakan oleh negara, melainkan oleh partai + caleg yang ikut dalam pemilu. Jadi, mereka yang bersangkutan lah yang seharusnya lebih menggunakan otak serta hati nurani untuk memberikan bayaran yang sepadan bagi para saksi yang mereka tugaskan. Mereka harus lebih memerhatikan dan diharapkan menjamin "kesejahteraan" untuk para saksinya, yang sudah mengorbankan waktu juga kesehatan. Gilak aja! Ini saksi gak tidur loh lebih dari 24 jam, mana udara gak bersahabat juga! Mana gak dikasih makan! Meski ada uang makan tapi gak cukup woii segitu mah! Jika seperti ini terus untuk pemilu mendatang, yahh suruh orang dalam partai atau malah calegnya aja lah yang jadi saksi! Orang biasa mah mana mau dimanfaatkan dengan semena-mena lagi. Kecuali yang kepepet kayaknya, tapi plisss banget, jangan sampai menjadikan ini sebagai kesempatan untuk berbuat dzolim dan menormalisasikan sikap kikir!! Ingat itu yaa untuk para partai dan calegnya~
Jadi itulah curhatan saya tentang pengalaman jadi saksi pemilu untuk pertama dan terakhir kali, sepertinya, wkwkwkw. Karena kapok deh sumpah, timbal baliknya gak setimpal dengan capek yang dirasakan! BYE!!
No comments:
Post a Comment